Luar Negeri

Militer Myanmar Kembali ‘Basmi’ Etnis Rohingya di Rakhine, Belasan Terbunuh dan Puluhan Terluka

Lebih dari 12 orang warga Rohingya terbunuh dan puluhan lainnya luka-luka dalam dua hari serangan di desa Buthidaung Tsp Rakhine.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Muhammad Hadi
AP/Thein Zaw
Polisi Myanmar berpatroli di perbatasan antara Myanmar dan Banglades. Foto ini diambil pada Oktober 2016 di Maungdaw, Negara Bagian Rakhine, Myanmar. 

Militer Myanmar Kembali ‘Basmi’ Etnis Rohingya di Rakhine, Belasan Terbunuh dan Puluhan Terluka

SERAMBINEWS.COM – Junta Militer Myanmar kembali melakukan ‘pembasmian’ terhadap etnis Rohingya di negara itu.

Militer Myanmar melakukan serangan mematikan di negara bagian Rakhine selama dua hari, pada Kamis dan Jumat (25-26/1/2024).

Akibar serangan tersebut, belasan etnis Rohingya terbunuh dan puluhan orang lainnya terluka.

Seorang aktivis hak asasi manusia di Myanmar, Ro Nay San Lwin pada Sabtu (27/1/2024) mengungkapkan, militer Myanmar melakukan tindakan genosida itu dengan serangan artileri.

Pendiri Koalisi Rohingya Merdeka ini mengungkapkan, militer Myanmar dengan sengaja menargetkan masyarakat yang berada di desa Buthidaung Tsp di Danau Hpon Nyo.

“Lebih dari 12 orang warga Rohingya terbunuh dan puluhan lainnya luka-luka dalam dua hari serangan,”

“Militer Myanmar menembakkan artileri ke desa Buthidaung Tsp di Danau Hpon Nyo di Negara Bagian Rakhine pada Kamis dan Jumat,” kata Lwin, dikutip dari Anadolu Agency.

Baca juga: Jenguk Rohingya di ISC, Kapolres Aceh Timur Tegaskan Gencarkan Patroli Laut

Ia mengatakan, serangan itu tampaknya terjadi di tengah pertembutan melawan tentara Arakan.

“Di tengah pertempuran antara Tentara Arakan dan militer Myanmar, korban Rohingya banyak sekali dan menjadi sasaran,” tambahnya.

Pada tahun 2017, eksodus massal warga Rohingya dipicu oleh tindakan keras brutal militer Myanmar terhadap minoritas Muslim di negara tersebut.

Sejak itu, sekitar 1,2 juta orang Rohingya melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh, hidup dalam situasi gentung di kamp pengungsi terbesar di dunia di Cox's Bazar.

Saat ini, setidaknya tiga kelompok etnis bersenjata, yang bersatu di bawah apa yang disebut Aliansi Persaudaraan, juga telah melawan rezim junta untuk mengambil kendali di bagian utara Myanmar sejak akhir Oktober.

Myanmar berada di bawah pemerintahan junta sejak Februari 2021 dan militer, yang dikenal sebagai Tatmadaw, menghadapi perlawanan sengit dari kelompok etnis di banyak wilayah di negara tersebut.

(Serambinews.com/Agus Ramadhan)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved