Luar Negeri

Iran Tegaskan Tidak akan Hentikan Pengayaan Uranium Meski Dikepung Negara Barat

Dengan hak tersebut Iran mulai melakukan pengayaan uranium dengan tujuan untuk energi listrik, riset medis, dan industri nasional.

Editor: Faisal Zamzami
SERAMBINEWS.COM/middle-east-online
Pembangkit listrik tenaga nuklir Bushehr Iran. 

Ringkasan Berita:
  • Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menegaskan bahwa negaranya tidak akan menghentikan pengayaan uranium meski mendapat tekanan keras dari negara-negara Barat.
  • Araghchi menegaskan bahwa Iran akan tetap mempertahankan kedaulatan dan haknya di bidang nuklir.
  • Menurutnya, langkah-langkah Barat untuk membatasi aktivitas nuklir Iran adalah bentuk tekanan politik yang tidak akan diindahkan.

 

SERAMBINEWS.COM - Ketegangan di Timur Tengah kembali meningkat setelah Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menegaskan bahwa negaranya tidak akan menghentikan pengayaan uranium meski mendapat tekanan keras dari negara-negara Barat.

Dalam wawancara dengan media lokal Press TV, Araghchi menegaskan bahwa Iran akan tetap mempertahankan kedaulatan dan haknya di bidang nuklir.

Menurutnya, langkah-langkah Barat untuk membatasi aktivitas nuklir Iran adalah bentuk tekanan politik yang tidak akan diindahkan.


“Iran tidak akan menyerah pada tekanan politik atau ancaman militer. Program nuklir kami sepenuhnya damai dan akan terus berjalan,” tegas Araghchi.

Hak Nuklir Iran di Bawah NPT

Iran diketahui berpegang pada perjanjian internasional Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear Weapons (NPT) tahun 1968, yang memberi hak bagi setiap negara untuk mengembangkan teknologi nuklir untuk tujuan damai.

Dengan hak tersebut Iran mulai melakukan pengayaan uranium dengan tujuan untuk energi listrik, riset medis, dan industri nasional.

Oleh karenanya Araghchi menyebut, tuntutan agar Iran menghentikan pengayaan uranium tanpa pencabutan sanksi ekonomi adalah tindakan tidak adil. 

“Kami tidak akan menyerah sebelum ada kesepakatan yang benar-benar adil dan saling menghormati,” katanya.


Selain isu nuklir, Araghchi juga menolak setiap bentuk negosiasi yang menyangkut program misil Iran.

Menurutnya, misil merupakan bagian dari pertahanan diri, bukan alat agresi, terutama terhadap ancaman dari Amerika Serikat dan Israel.

“Iran sudah lama menjadi sasaran sanksi dan ancaman militer. Karena itu, sistem pertahanan kami adalah garis merah yang tidak bisa dinegosiasikan,” ujarnya.

Ia menegaskan, tidak ada negara yang akan bernegosiasi soal pertahanan nasionalnya kepada pihak asing.

Meski sikapnya keras, Araghchi mengatakan Iran tidak menutup pintu diplomasi.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved