Berita Banda Aceh

Mau Kembangkan Hidroponik? Yuk Belajar Penanaman Tanpa Tanah Ini di Nakasipan Dinas Pangan Aceh

Pusat pembelajaran hidroponik ini terletak di depan Laboratorium Dinas Pangan Aceh dalam Kompleks Keistimewaan Aceh, Banda Aceh atau tepatnya di belak

Penulis: Mursal Ismail | Editor: Mursal Ismail
For Serambinews.com
Kadis Pangan Aceh, Surya Rayendra (kiri) didampingi Koordinator Nakasipan Dinas Pangan Aceh, Dr Ir Purwana Satriyo (dua kiri), pejabat dan pegawai Dinas Pangan Aceh memanen selada hidroponik di Nakasipan Dinas Pangan Aceh, Banda Aceh, Senin (5/2/2024).  

Bagi masyarakat yang datang perorangan dapat langsung masuk ke fasilitas tersebut. 

Tapi bagi instansi atau komunitas yang datang dalam jumlah banyak, harus melapor terlebih dulu ke Dinas Pangan Aceh agar  bisa dijadwalkan.

“Alhamdulillah setiap hari selalu ada pengunjung,” kata Benni, yang juga berprofesi sebagai mantri tani di Aceh Besar.

Di Nakasipan, pihaknya menggunakan metode mengalirkan air melalui pipa-pipa. Dia mengungkapkan, ada dua sumber air yang digunakan yaitu dari bak penampungan dan kolam ikan.

“Air di bak penampungan telah dicampur nutrisi pabrikan, kemudian dialirkan ke pipa tanaman dan kembali lagi ke bak,” ujarnya.

Sedangkan sumber dari kolam ikan, kata Benni, air yang digunakan sudah tercampur dengan kotoran dan pakan ikan (pelet) yang sangat baik untuk tanaman.

“Baik nutrisi pabrik maupun dari kolam sama-sama bagus. Hasil panennya nyaris sama,” imbuhnya, dan menyebut sebagian tanaman lainnya menggunakan irigasi tetes agar menyerap nutrisi lebih baik dan lebih efisien.

Aneka tanaman bisa ditemukan di Nakasipan mulai dari kangkung, selada merah, selada hijau, kailan, sawi, sawi pakcoi, tomat, gambas, pare, hingga melon. Masa panen setiap tanaman bervariasi.

“Paling cepat itu kangkung 25 hari bisa dipanen. Kalau yang paling lama melon butuh waktu 3 bulan,” jelasnya.

Hal menarik lainnya dari Nakasipan, yakni setiap tanaman di sana bebas pestisida (pembasmi hama). Karena itu, fasilitas tersebut didesain tertutup dengan jaring-jaring agar hama tidak masuk ke dalam.

Untuk masuk ke wahana ini pun terbilang unik, dimana pengunjung harus melewati dua pintu yang tak boleh dibuka berbarengan. 

“Pengunjung yang masuk harus terlebih dulu menutup pintu pertama sebelum membuka pintu kedua. Hal ini dilakukan untuk memastikan hama tidak masuk ke dalam,” kata Benni. (*)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved