Opini
Puasa Semakin Dibutuhkan di Era Mental Health
Ramadhan sendiri bagi mayoritas umat Islam adalah kebahagiaan, buktinya ia dirayakan di banyak tempat, daerah, dan bahkan dirayakan secara kenegaraan.
Oleh: Ihsan Sulis *)
SUATU ketika seorang pria bersenandung ria, terucap dari lisannya sebuah lirik; “Ramadhan tiba, Ramadhan tiba, tiba-tiba Ramadan, tiba-tiba Ramadhan….." sontak teman-teman yang berada di sekitarnya tertawa terkekeh.
Seorang teman lainnya menyahuti: "Kalau gak senang puasa, ya cukup sendiri aja!"
Mendengar ucapan ini, seketika mereka terperanjat.
Fragmen di atas adalah sketsa ragam respons menyambut Ramadhan, ada yang gembira, ada yang biasa saja, ada yang mungkin merasa sebaliknya.
Semua tak lepas dari pondasi yang dibangun untuk melihat ramadhan itu sendiri, baik pengetahuan, pengamalan, juga pengalaman spiritualitas yang dirasa.
Ramadhan sendiri bagi mayoritas umat Islam adalah kebahagiaan, buktinya ia dirayakan di banyak tempat, daerah, dan bahkan dirayakan secara kenegaraan.
Baca juga: Catat! Ini Jadwal Penerbangan Pesawat Perintis Susi Air ke Aceh Singkil
Secara bahasa Ramadhan berasal dari kata Ramad yang bermakna panas atau membakar, dinamakan demikian karena pada bulan tersebut matahari jauh lebih menyengat dari bulan-bulan lainnya juga ada pendapat karena pada bulan ini pahala dilipat gandakan dan dosa-dosa dileburkan oleh Allah SWT, bak api yang melalap kayu bakar
Umat muslim sendiri identik merayakan Ramadhan dengan ibadah puasa, yang dilakukan sebulan penuh, ibadah ini bagi muslim adalah kewajiban.
Menariknya banyak juga non muslim yang ikut merayakan ramadhan dan berpuasa dibulan agung ini, konten-konten di media sosial juga kerap menampilkan sosial eksperimen dari non muslim yang ingin ikut merasakan sensasi menahan lapar dan dahaga di bulan agung ini
Menyikapi Ramadhan
Bagi muslim yang hakiki kedatangan Ramadhan adalah sebuah anugerah yang Allah SWT berikan, ia ibarat tamu agung yang ditunggu kehadirannya, sebelum ia datang, sang pemilik rumah telah bergegas mempersiapkan rumah dan seisinya sejak jauh-jauh hari.
Karenanya senandung yang dinyanyikan adalah senandung riang-gembira; “Ramadhan tiba-Ramadhan tiba, marhaban ya Ramadhan….” Hal ini mengingat keutamaan yang ada pada bulan tersebut, apalagi puasa di bulan ini juga perintah yang telah Allah tetapkan; “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 183).
Dalil-dalil teologis baik Al-Qur’an dan hadits amat banyak yang mengajak kita untuk mengagungkan bulan ini, apalagi di bulan ini Allah SWT menurunkan Al Qur’an yang menjadi kompas bagi kehidupan kita.
Allah SWT berfirman; “Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang haq dan yang batil).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.