Politik

Wakil Ketua Partai Aceh Tanggapi Pernyataan Panglima TNI: Jangan Selalu Melihat Aceh sebagai Lawan

Nurlis Effendi mengatakan, jika melihat Aceh sebagai lawan, maka yang selalu muncul adalah analisis dari perspektif negatif.

|
SERAMBINEWS.COM/HANDOVER
Dr. Nurlis E. Meuko (Nurlis Effendi), Wakil Ketua Dewan Pakar Partai Aceh. 

Nurlis memberi contoh, Partai Gerindra yang didirikan oleh Prabowo Subianto yang telah terpilih sebagai Presiden RI periode 2024-2029 pada Pemilu 2024 ini juga menampung aspirasi politik eks kombatan GAM.

Ketika awal mula berdiri di Aceh, mantan Panglima GAM Muzakir Manaf adalah Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Aceh. Hingga saat ini, eks-kombatan GAM, Fadhlullah, adalah Ketua Gerindra Aceh.

“Bahkan Fadhlullah hingga saat ini masih sebagai anggota DPR-RI dari Gerindra," kata Nurlis.

Baca juga: VIDEO Gerindra Sebut Akan Ada Partai Baru Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Surya Paloh Ucapkan Selamat

Selain itu ada Partai Golkar juga menjadi wadah politik bagi Saiful Bahri alias Tiyong yang adalah eks-kombatan GAM.

Bahkan Tiyong sudah terpilih menjadi anggota DPR-RI dari Partai Golkar.

Selain itu, ada Toke Seuum yang berpolitik pada Partai Hanura. Selain itu, ada eks kombatan Sofyan Dawod yang menjadi politisi PDI-P.

Sedangkan Partai Lokal Aceh pun tidak semata-mata menjadi wadah aspirasi politik eks kombatan GAM.

“Partai Aceh, misalnya, saat ini ramai diisi oleh politisi-politisi yang bukan berasal dari eks-kombatan GAM. Salah satunya saya sendiri, salah satu pengurus yang bukan eks-kombatan,” katanya.

Nurlis melanjutkan, bahkan dalam Partai Aceh juga ada tokoh Partai Golkar, Sulaiman Abda.

Saat ini, Sulaiman Abda adalah Ketua Dewan Pakar Partai Aceh.

Selain itu, ada politisi PKB Bener Meriah, Baharuddin, yang kini justru menjadi Ketua DPW Partai Aceh Bener Meriah.

“Selain itu, Partai Aceh saat ini banyak diisi oleh akademisi, dan anak-anak muda yang semuanya bukan eks-kombantan GAM,” katanya.

“Jadi politik Aceh saat ini sangat dinamis dan sangat modern,” tambahnya.

Pergeseran-pergeseran tokoh politik di Aceh, kata Nurlis, berlangsung biasa-biasa saja.

“Ada tokoh partai local Aceh yang berpindah ke partai nasional, begitu juga tokoh partai nasional yang berpindah ke partai lokal,” katanya.

Nurlis membenarkan bahwa Partai Aceh hanya fokus untuk Pembangunan Aceh dan kesejahteraan rakyat Aceh.

“Namun demikian, juga perlu pergaulan politik nasional juga. Keterkaitan antara Aceh dan Pemerintah Pusat itu tidak bisa dipisahkan,” demikian Nurlis.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved