Kupi Beungoh
Menilik Potensi Kunci Aceh di Selat Malaka, Selat Tersibuk Di Dunia
Selat Malaka merupakan perairan paling sibuk di dunia, selain itu Selat Malaka juga merupakan selat alami yang menghubungkan antara Samudera
Oleh: Teuku Alfin Aulia
Menilik potensi daerah yang tiada habis, harusnya menjadi sebuah tema penting yang harus benar-benar diperhatikan, baik oleh Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat. Potensi daerah dan regional Yg Ada Inilah yang Seharusnya Menjadi Kunci Utama Dari Kemakmuran.
Selat Malaka merupakan perairan paling sibuk di dunia, selain itu Selat Malaka juga merupakan selat alami yang menghubungkan antara Samudera Hindia Dengan Samudera Tiongkok.
Setiap Tahun Minimal Hampir 100,000 Kapal Kontainer dengan Membawa Hampir 90 juta TEUs kontainer melintasi selat tersebut, bahkan 90 persen dari kapal dunia yang berlalu lalang di poros maritim Indonesia, hampir 80 % melewati Selat Malaka.
Sayangnya, hampir seluruh potensi poros maritim dunia tersebut, justru dinikmati oleh negara tetangga yang notabenenya bukan negara kepulauan, dan tak memiliki luas cakupan wilayah diselat tersebut seluas wilayah yang dimiliki oleh Indonesia.
Negara tetangga Indonesia layaknya Singapura dan Malaysia, masing-masing mampu menyedot sekitar hampir 40 Juta TEUs Potensi Ekonomi Dari Kapal Yg berlalu lalang dipermukaan Selat tersebut Setiap Tahunnya, Thailand yang hanya memiliki sedikit wilayah di pojok selat malah mendapatkan keuntungan hampir 10 Juta TEUs setiap tahunnya, sedangkan Indonesia hanya mampu mendapatkan Keuntungan tak lebih dari satu Juta TEUs dari potensi Selat Malaka setiap tahunnya.
Miris tapi nyata, disaat yang sama garis pantai yang dimiliki Indonesia di sepanjang selat Malaka lebih luas dari negara-negara lainnya, hampir 600 mil potensi yang dimiliki gagal dimanfaatkan oleh Pemerintah Indonesia selama ini, berbanding balik dengan Singapura, dengan modal kepemilikan garis pantai di Selat Malaka yang hanya 15 mil dan Malaysia yang hanya mencapai 200 mil, masing-masing mampu meraup hampir Rp300 triliun keuntungan per-tahunnya dari Jalur emas maritim tersebut.
Hal Ini dianggap wajar terjadi, dan dapat dinilai dari pandangan pembangunan pemerintah yang selama Ini gagal memahami potensi daerah dan lebih memilih memusatkan perhatian pembangunan sesuai dengan pola kepentingan politik.
Aceh merupakan sebuah provinsi diujung barat Sumatera yang terletak di persimpangan antara Samudera Hindia dan pintu gerbang Selat Malaka, selain dikenal sebagai daerah yang memiliki cadangan gas dan minyak bumi yang melimpah, Aceh juga memiliki wilayah yang begitu strategis, disisi wilayah barat dan utara Aceh, membentang anak benua India, Thailand hingga Malaysia, sedangkan disisi barat selatan berhadapan langsung dengan Samudera Hindia luas yang turut menjadi pintu gerbang perairan antara dunia barat dan dunia timur, dengan posisi yang demikian strategis tersebut, tak ayal selama berabad-abad pelabuhan-pelabuhan yang terletak di wilayah paling barat Sumatera tersebut, sangat diperhitungkan keberadaannya, bahkan menjadi incaran utama kekuatan barat, baik Eropa Maupun Amerika.
Sepanjang sejarahnya Pelabuhan-pelabuhan tersebut, bukan saja berfungsi sebagai pelabuhan bongkar muat saja, namun turut membuktikan kemampuannya sebagai outlet yang menyediakan bahan baku yang dibutuhkan dan sangat diincar dalam perdagangan Internasional. Pengaruh posisi strategis yang dimanfaatkan dengan baik, tak ayal, menghantarkan Aceh di abad ke -19 Menduduki posisi Negara Eksportir Lada terbesar di dunia.
Selat Malaka selama Berabad-abad turut menjelma menjadi pusat perdagangan dunia bahkan sampai saat Ini, Selat tersibuk didunia ini telah menjadi penghubung utama yang menghubungkan kapal-kapal penting dari Asia Timur (Jepang, Korea, China, Taiwan) menuju Amerika, Eropa, Afrika, dan Timur Tengah ataupun sebaliknya.
Meski telah Berabad-abad menjadi pusat jalur perdagangan dunia Kestrategisan Selat Malaka kini mulai terancam dengan proyek ambisius Tiongkok yang ingin membuka Jalur Genting Kra di Thailand yang sangat tentu akan memindahkan Jalur Tersibuk Dunia di perairan yang terletak diantara pulau sumatera dan semenanjung Melayu selama Berabad-abad, menuju ke wilayah selatan Thailand, berbagai negara tetangga penguasa selat, layaknya Malaysia dan Singapura mulai khawatir akan terjadinya pergeseran jalur ekonomi yang telah memberikan Devisa yang begitu besar selama bertahun-tahun bagi Negara-negara tersebut.
Rencana pembukaan Terusan Kra di Thailand menurut hemat Kami, tidak terlalu berpengaruh terhadap wilayah Aceh, mengingat posisi Aceh yg berada di pintu gerbang Samudera Hindia dan Selat Malaka yang juga turut berhadapan dengan Teluk Benggala.
Perairan Aceh tentu akan tetap menjadi Jalur laluan ratusan ribu kapal-kapal yang akan menuju jalur Genting Kra maupun Selat Malaka, posisi Aceh yang juga turut memiliki hasil komoditas ekspor yang mumpuni layaknya Kopi, Minyak, Gas, Lada, Pala, Kapas, Cokelat, bahkan sektor pariwisata Menambah daya tarik tersendiri bagi Investor asing, bahkan jika dinilai dari beberapa sisi tersebut kondisi Pelabuhan di Aceh memiliki keunggulan tersendiri dari Pelabuhan-pelabuhan lainnya yang hanya menjadi tempat bongkar muat barang.
Pendapatan Negara dan Daerah tentu akan melejit Ratusan Kali Lipat. Namun, sayang hal tersebut gagal disadari selama ini oleh negara, negara lebih memusatkan perhatian pembangunan pada beberapa wilayah, tanpa memperhatikan potensi yang seharusnya dikembangkan dari daerah tersebut.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.