Opini

Pendidikan Aceh Pasca Damai, Sebuah Perspektif Pentingnya Program Beasiswa

Pada dunia pendidikan, salah satunya adalah ketika tumbuhnya ekonomi (makro/mikro/non-formal) tidak dibarengi dengan peningkatan sumber daya manusia (

Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM/FOR SERAMBINEWS
Dr Muhammad Aulia MTESOL MA 

Bahwa memastikan sebuah janin sehat dengan asupan yang bergizi dari seorang ibu hamil dimulai dari pengetahuan dan pemahaman ayah dan ibu terhadap pentingnya pertumbuhan otak dan fisik anak. Hal ini juga berdampak pada pendidikan dini pada usia emas si anak.

Hal ini terus menjadi perbincangan oleh pakar di forum-forum pendidikan karena adanya dugaan banyak sekali social engineering atau rekayasa sosial bahkan disorientasi untuk mengalihkan fokus dari program peningkatan kapabilitas SDM (human capability building) pada program pendidikan yang berjangka pendek seperti pembangunan fisik, peremajaan mobiler, dan pelbagai lainnya.

Sepertinya mereka lalai atau bahkan acuh terhadap peningkatan kualitas pendidikan, khususnya melalui program beasiswa. Perkembangan negara tetangga seperti Malaysia yang sudah dimulai dari tahun 1980-an dengan pada bidang-bidang vital ke universitas-universitas terbaik di Inggris, Amerika Serikat, dan Timur Tengah menghasilkan perubahan positif yang bahkan negara tetangga dapat rasakan dampaknya pada hari ini.

Hal yang sama terjadi pada negara-negara benchmark lainnya seperti Vietnam, Thailand, dan Tiongkok sampai hari ini.

Terkait dengan menghindari middle-income-trap dan mengelola potensi bonus demografi usia produktif diatas adalah memperluas akses pendidikan yang langsung beririsan dengan dunia kerja untuk mendorong ekonomi lebih cepat; program beasiswa pendidikan vokasi dan pendidikan tinggi menjadi kunci.

Saat ini Pemerintah Indonesia sudah membuka jalur prestasi dan tes bagi lulusan SMA/SMK (mulai kelas 11) melalui Beasiswa Indonesia Maju (BIM) untuk dapat mengenyam pendidikan vokasi atau Strata 1 universitas-universitas terbaik dunia.

Pada pendidikan vokasi (beasiswa non-gelar dan sertifikasi) juga dibuka melalui lintas kementerian (Kemdikbud Ristekdikti Dirjen Vokasi dan Kemenaker Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas).

Program magang dan sertifikasi keahlian sudah mulai digalakkan sehingga SDM produktif kita bisa mendaftar dan mendapat pelatihan keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja atau membuka usaha mikro (UMKM) untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

Untuk universitas-universitas dalam negeri, calon mahasiswa juga bisa mendapat beasiswa KIP – Kuliah (dulu bernama Bidikmisi bagi yang memiliki keterbatasan ekonomi). Berbagai skema diberikan dari beasiswa penuh sampai pengurangan biaya pendidikan yang disesuaikan dengan kemampuan ekonomi calon mahasiswa.

Untuk pascasarjana (Strata 2 dan Strata 3) melalui Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), berbagai skema beasiswa juga diprogramkan seperti Beasiswa Pendidikan Kader Ulama, Beasiswa Indonesia Bangkit (dikelola Kementerian Agama), Beasiswa Pendidikan Indonesia (dikelola Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi).

Bahkan ada skema beasiswa pra sejahtera dan afirmasi bagi SDM yang memiliki keterbatasan ekonomi dan berasal dari Daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T) yang diberikan prioritas untuk meningkatkan kualitas SDM dan ekonomi pada daerah tersebut.

Penulis mengingat bahwa program ini untuk menjamin bahwa satu keluarga harus memiliki minimal 1 SDM dengan Strata 1 untuk menjamin jaminan sosial dari keluarga tersebut. Dan, hal tersebut secara tahap demi tahap terbukti, meskipun butuh dukungan data saintifik yang lebih akurat.  

Berdasarkan data, rasio SDM dengan berpendidikan Strata 2 (Master) dan Strata 3 (Doktor) terhadap populasi usia produktif, Indonesia masih hanya 0,49 % , sedangkan negara yang menjadi benchmark adalah 2, 43 % , serta negara maju 9,80 % (World Bank dan OECD, 2023).

Hal ini mungkin tidak akan terkejar dalam waktu yang singkat. Diestimasi dibutuhkan waktu hampir setengah abad untuk bisa melakukan leap frog atau lompatan jauh inovatif.

Pastinya ada keterbatasan dan kelemahan dalam program-program di atas, namun satu hal yang pasti adalah semuanya dimulai dari sebuah political will, yaitu Dana Abadi Pendidikan Nasional. Pada tahun Maret 2024, pada sebuah presentasi dari LPDP, dari total dana abadi 154,11 Triliun, LPDP mengelola dana bagi hasil sebesar 25 Triliun pada tahun 2024 dan kecenderungan akan terus bertambah dan mendukung tujuan Indonesia Maju pada tahun 2045.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved