Perang Gaza

Anggota Kabinet Perang Sebut Hamas Maupun Israel tidak Boleh Memerintah Gaza

Laporan penolakan Gantz terhadap pendudukan militer di Gaza juga muncul setelah laporan pemerintah bocor di media Israel yang memperkirakan Israel mem

Editor: Ansari Hasyim
AFP
Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz meninggalkan Anitkabir di makam pendiri Republik Turki Mustafa Kemal Ataturk di Ankara, Kamis (27/10/2022). 

SERAMBINEWS.COM - Anggota kabinet perang Israel Benny Gantz telah menyatakan penolakannya terhadap militer Israel yang mengambil kendali atas Jalur Gaza di tengah laporan bahwa pendudukan militer di wilayah Palestina memerlukan perpanjangan wajib militer negara itu dari 32 bulan menjadi empat tahun, menurut laporan lembaga think tank pertahanan.

Institut Studi Perang (ISW) dan Proyek Ancaman Kritis (CTP) yang berbasis di Washington DC mengatakan dalam penilaian terbaru mereka di Gaza bahwa komentar Gantz merupakan tindak lanjut dari ultimatumnya baru-baru ini kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk menetapkan strategi baru dalam perang Israel di wilayah Palestina.

Laporan penolakan Gantz terhadap pendudukan militer di Gaza juga muncul setelah laporan pemerintah bocor di media Israel yang memperkirakan Israel memerlukan “peningkatan dramatis” tentara cadangan untuk melaksanakan operasi semacam itu dan biayanya bisa mencapai 5 miliar dolar.

Baca juga: Tubuh Warga Palestina Tercabik-cabik Kena Bom Israel, Jet Tempur Serang 70 Sasaran dalam Sehari

Menteri Kebudayaan dan Olahraga, Miki Zohar juga mengatakan Israel tidak boleh memaksakan kekuasaan militer atas Gaza karena hal ini dapat mengakibatkan hilangnya banyak tentara.

Zohar, anggota partai sayap kanan Likud yang dipimpin oleh PM Netanyahu, menyampaikan pernyataan tersebut dalam pertemuan partai pada hari Senin, menyoroti meningkatnya perpecahan di dalam blok tersebut mengenai masalah pemerintahan Gaza pascaperang.

“Siapa pun di sini yang menyerukan pemerintahan militer tahu bahwa dia nantinya akan pergi ke rumah ibu-ibu yang akan kehilangan, mungkin ratusan atau lebih tentara, dan menjelaskan kepada mereka mengapa anak-anak mereka jatuh,” kata Zohar, menurut Israel National News.

Pekan lalu, Menteri Pertahanan Gallant, yang juga anggota Partai Likud, meminta Netanyahu untuk secara eksplisit menolak pemerintahan militer Israel di Gaza setelah perang dan menguraikan rencana alternatif bagi pemerintahan Gaza pasca perang.

Tubuh Warga Sipil Palestina 'Tercabik-cabik' Kena Bom Israel di Beit Lahiya, Jet Tempur Serang 70 sasaran Sehari

Tentara Israel mengatakan angkatan udaranya mencapai sekitar 70 sasaran di Gaza dalam 24 jam terakhir.

Militer mengatakan dalam sebuah postingan di X bahwa sasarannya termasuk pejuang Palestina, depot senjata, peluncur roket, pos pengamatan dan bangunan kelompok pejuang.

Pernyataan itu mengatakan pasukan melanjutkan operasi mereka dan membunuh para pejuang di seluruh Gaza, termasuk Gaza tengah, kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara dan Rafah di Gaza selatan.

Seperti yang baru saja dilaporkan Tareq, jurnalis Al Jazeera di Gaza, sejak tengah malam, setidaknya delapan warga Palestina tewas di Rafah setelah sebuah bangunan tempat tinggal dihancurkan, dan tiga orang tewas di Beit Hanoon, Gaza utara, tempat warga Palestina terjebak selama perluasan pertempuran ke kamp pengungsi Jabalia.

Serangan Israel berlanjut di Gaza utara, menargetkan wilayah sipil.

Pada hari Senin, serangan Israel terhadap lingkungan Mashrou di Beit Lahiya, sebuah kota di utara Jabalia di Gaza, menghancurkan bangunan tempat tinggal dan menjebak orang-orang di bawah reruntuhan.

Kepanikan menyebar di antara ribuan warga Palestina yang berlindung di sini, dan satu orang mengatakan bahwa hal itu “seolah-olah terjadi gempa bumi”.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved