Serambi Awards 2024
Kiprah Ayah Faisal Membesarkan Dayah Darul Ihsan Abu Krueng Kalee
Pria yang lahir pada 24 Agustus 1971 ini juga merupakan seorang dosen di universitas Islam terbesar di Aceh, UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
KEBERHASILAN Dayah Darul Ihsan menjadi pelopor kurikulum dayah terpadu di Aceh tidak terlepas dari peran Tgk. H. Muhammad Faisal, Pimpinan Dayah yang juga cucu Abu Hasan Krueng Kalee, anak kandung dari H. Sanusi Hasan.
Sosok Ayah Faisal, sapaan akrab Tgk. H. Muhammad Faisal, juga tak asing lagi di dunia Pendidikan Aceh.
Ia bahkan pernah diundang oleh United Nations Development Programme (UNDP) untuk memberi materi tentang model pendidikan dayah di Aceh bagi Moro Islamic Liberation Front (MILF), Filipina yang akan menjadi bahan masukan arah pendidikan agama Islam di sana.
Juga pernah mengisi seminar tentang Pendidikan di Kamboja, Thailand dan Malaysia.
Pria yang lahir pada 24 Agustus 1971 ini juga merupakan seorang dosen di universitas Islam terbesar di Aceh, UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
Profesi sebagai tenaga pendidik di kampus tersebut telah ia geluti sejak 1998.
Di samping itu, ia juga pernah menjadi Anggota MPU Aceh Besar periode 2017-2022 dan saat ini masih aktif sebagai Anggota MPU provinsi Aceh periode 2022-2027.
Sebelum memimpin dayah, Ayah Faisal menjabat sebagai sekretaris Yayasan Darul Ihsan.
Ia mulai melanjutkan estafet kepemimpinan dayah ini pada akhir 2010.
Tekadnya ketika memimpin dayah, hanya ingin meneruskan jejak pimpinan sebelumnya serta pembenahan dalam berbagai aspek, mulai dari kurikulum, sarana dan prasarana, serta membangun kemitraan dalam dan luar negeri serta lainnya.
Sejak mulai menjabat pimpinan, Ayah Faisal melakukan pembenahan dan mengakomodir masukan para guru senior berlatar belakang dayah salafiah, dayah modern, dan guru alumni perguruan tinggi dalam dan luar negeri, yang saling berebut dominasi dalam mengatur roster dan porsi jam pelajaran umum dan membaca kitab kuning.
“Hingga melahirkan roster dengan alokasi jam pelajaran yang seimbang antara pelajaran umum dan pelajaran dayah. Akhirnya saya bentuk tim khusus, karena kurikulum belum ada yang pasti,” ujarnya.
Seiring waktu, sampai sekarang, kurikulum dayah sudah tiga kali penyempurnaan, terakhir direvisi oleh para guru senior Dayah Darul Ihsan.
“Hingga lahir sebuah kurikulum yang ideal menurut kami, dan Alhamdullah dijadikan oleh Dinas Dayah Aceh sebagai standar baku kurikulum dayah terpadu di Aceh,” papar Ayah Faisal.
“Sebagai bentuk dukungan kuat realisasi program unggulan membaca kitab kuning dan Bahasa Arab, kami mendatangkan native speaker Bahasa Arab, syekh asal Mesir dan syekh dari Aljazair,” lanjutnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.