Berita Banda Aceh

Kasus Bocor Jantung di Aceh Tinggi Setahun 300-400 Penderita

"Salah satu kendala yang dihadapi RSUDZA dalam pelayanan jantung anak di Aceh adalah keterbatasan jumlah SDM." ISRA FIRMANSYAH, Dirut RSUDZA Banda Ace

Editor: mufti
IST
Kasus Bocor Jantung 

"Salah satu kendala yang dihadapi RSUDZA dalam pelayanan jantung anak di Aceh adalah keterbatasan jumlah SDM." ISRA FIRMANSYAH, Dirut RSUDZA Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Direktur Umum RSUDZA Banda Aceh, dr Isra Firmansyah, menyebutkan, setiap tahun sebanyak 300-400 kasus baru anak bocor jantung ditemukan di Aceh.

Hal ini dikatakannya usai melakukan pertemuan dengan Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Kardiologi Anak di RSUDZA. Untuk menangani kasus jantung yang menimpa anak, pihak RSUDZA melakukan pengembangan pelayanan tindakan intervensi jantung anak non-bedah.

Dikatakan, hal tersebut dilakukan lantaran melihat tingginya kasus bayi dan anak dengan penyakit jantung bawaan (PJB) di Provinsi Aceh menjadi permasalahan yang perlu segera diselesaikan.

Ia mengatakan, PJB atau yang biasa disebut bocor jantung merupakan salah satu kelainan kongenital dengan jumlah kasus yang cukup tinggi. Secara umum, terdapat 8-10 dari 1.000 kelahiran bayi dengan kelainan jantung bawaan.

"Di Provinsi Aceh, diperkirakan terdapat 300-400 kasus baru PJB tiap tahunnya. Setiap minggunya menerima rujukan kasus baru anak dengan bocor jantung dari berbagai kabupaten/kota di Provinsi Aceh," kata Isra, Kamis (20/6/2024).

Menurutnya, dengan semakin berkembangnya ilmu kardiologi anak, banyak pasien dengan penyakit jantung bawaan dapat diselamatkan dan dapat tumbuh dan berkembang seperti anak sehat lainnya. Salah satunya adalah tindakan intervensi jantung anak non-bedah.

Dikatakan Isra, tingginya angka kejadian PJB di Aceh dan belum tersedianya pelayanan intervensi non-bedah di RSUDZA selama ini, menyebabkan sebagian besar pasien terpaksa di rujuk ke RS Adam Malik Medan atau RS Harapan Kita dan RS Cipto Mangunkusumo di Jakarta.

"Salah satu kendala yang dihadapi RSUDZA dalam pelayanan jantung anak di Aceh adalah keterbatasan jumlah SDM," jelasnya.

Hingga saat ini, RSUDZA hanya memiliki 1 orang dokter spesialis anak konsultan jantung yaitu Prof Dr dr Herlina Dimiati SpA(K). Sebelumnya RSUDZA pernah melakukan tindakan kateterisasi jantung anak pada tahun 2018, namun terhenti hingga saat ini.

Karena itu, lanjut Isra, kedepannya RSUDZA akan terus berbenah dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan jantung anak dengan meningkatkan jumlah SDM yang ada.

Pihaknya akan terus melengkapi sarana dan prasarana untuk memberikan pelayanan yang paripurna kepada masyarakat aceh sehingga pasien-pasien dengan kelainan jantung bawaan dapat ditatalaksana secara optimal di RSUDZA.

"Kami memohon doa dan dukungan dari semua pihak agar pelayanan tindakan intervensi jantung non-bedah di RSUDZA dapat terealisasi secepatnya dengan paripurna," pungkasnya.

Sementara itu, Ketua UKK Kardiologi anak, dr Rizky Adriansyah MKed(Ped) SpA(K), mengatakan, pihaknya berkomitmen membantu RSUDZA secara maksimal melalui program Proctorship. Hal tersebut berupa pendampingan pelaksanaan tindakan intervensi non bedah oleh dokter-dokter ahli jantung anak yang akan datang langsung ke RSUDZA.

"Alhamdulillah Direktur RSUDZA menyambut baik kerjasama pengembangan pelayanan jantung anak non-bedah antara RSUDZA dan UKK Kardiologi anak dan diagendakan mulai dilaksanakan pada bulan Juli 2024," tutupnya.(iw)

 

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved