Opini
Umat Islam di Mata Mahathir Mohammad
Semua itu terjadi karena umat Islam lemah dari sisi ekonomi, politik dan ilmu pengetahuan. Ditambah lagi dengan kejahatan lima penguasa dunia yang men
Prof Dr Tgk Hasanuddin Yusuf Adan MCL MA, Ketua Majelis Syura Dewan Dakwah Aceh dan Guru Besar Ilmu Fikih Siyasah UIN Ar-Raniry Banda Aceh
SATU hal menarik dalam Muzakarah Ulama Dunia yang diadakan oleh Perhimpunan Ahlul Halli wal ‘Aqdi Dunia yang berpusat di Banyuasin, Sumatera Selatan pada Selasa 2 Juli 2024 adalah kehadiran Tun Dr Mahathir bin Muhammad, mantan Perdana Menteri Malaysia keempat dan ketujuh sebagai keynote speaker. Dalam tausiahnya beliau terlihat segar dan mampu berdiri di podium hampir satu jam walaupun usianya tersisa dua bulan menuju 99 tahun. Juga dapat menyampaikan pemikiran dan analisa kondisi terkini secara cermat dan berhati-hati sehingga tidak ada kesalahan dari pemaparannya.
Dalam pemaparan tausiahnya Tun Dr Mahathir bin Mohammad mengisahkan eksistensi umat Islam di dunia sekarang. Menurutnya umat Islam kehilangan power, kehilangan gezah, kehilangan kekuasaan dan kekuatan sehingga bisa dibantai, dibunuh, diperkosa oleh penganut agama lain seperti kasus pembantaian muslim Palestina oleh Yahudi laknatilah. Demikian juga dengan kasus pembantaian muslim Rohingya oleh rezim Budha di Myanmar, pembantaian muslim di India oleh rezim penganut agama Hindu.
Semua itu terjadi karena umat Islam lemah dari sisi ekonomi, politik dan ilmu pengetahuan. Ditambah lagi dengan kejahatan lima penguasa dunia yang menjadi anggota tetap PBB yang bukan negara mayoritas muslim. Mereka yang memiliki hak veto di PBB tersebut adalah Inggris, Perancis, Rusia, Cina dan Amerika. Mereka yang mengklaim diri sebagai pemerintah dunia memainkan strategi standar ganda terhadap umat Islam.
Kalau umat Islam terlanggar hak asasinya mereka diam seperti kasus Palestina. Sebaliknya kalau ada pemimpin negara mayoritas muslim yang menegakkan kebenaran sehingga mengganggu kepentingan mereka dihancurkan seperti kasus Saddam Husein di Iraq, kasus Muammar Khadafi di Libya dan kasus-kasus lainnya.
Kondisi semacam itu menurut Tun Mahathir tidak boleh dibiarkan berlalu begitu saja melainkan harus dilawan oleh umat Islam dengan ilmu pengetahuan, lewat penguasaan ekonomi dan politik terutama politik antarbangsa yang selama ini didominasi oleh kaum kuffar. Dominasi mata uang dolar Amerika untuk konsumsi dunia ikut disorot oleh Tun Mahathir karena tidak memperoleh keadilan bagi penghuni dunia di berbagai negara hari ini. Beliau mengajak para ulama yang mengikuti acara muzakarah tersebut untuk mengembangkan ekonomi sendiri agar dominasi dolar yang membunuh mata uang lain di dunia dapat segera berakhir.
Diyakini atau tidak kondisi ummat Islam dan negara-negara mayoritas muslim hari ini berada pada posisi diatur bukan mengatur, dipimpin bukan memimpin, diperas bukan memeras, dihina bukan menghina, ditipu bukan menipu, dihabisi bukan menghabisi, dirampok dan dirampas bukan merampok dan merampas. Demikianlah tantangan dan kondisi Islam dan umat Islam yang perlu dilepaskan agar menjadi bebas, yang perlu diajari agar menjadi kaum terpelajar, yang perlu disungkit agar segera bangkit dan yang perlu dipompa agar segera bergulir.
Kondisi terjepitnya ummat Islam dan negara-negara mayoritas muslim hari ini bukan faktor kebetulan melainkan by design oleh kuasa besar dunia yang dirancang demikian rupa yang sangat bersahaja dan dipertahankan sehingga akhir zaman nantinya. Kalau umat Islam pasif maka kondisi semisal itu tidak akan pernah berubah, kalau ummat Islam ragu-ragu membela diri sampai kapan pun umat Islam tidak memiliki peluang dan kesempatan untuk memimpin dan menguasai. Sesungguhnya kondisi semisal itulah yang sangat diharapkan oleh mereka agar kekuasaan dan kekuatan dunia tetap berada dalam genggaman mereka. Mereka yang kita maksudkan di sini adalah para penguasa dunia yang serasi dengan sebutan kuasa besar dunia.
Bersedih hati
Dalam tausiahnya Tun Dr Mahathir bin Muhammad berkali-kali mengumandangkan kata-kata sedih terhadap kondisi umat Islam hari ini. Kesedihan hati beliau tersebut terkait dengan kebiadaban rezim Zionis Israel terhadap umat Islam di Gaza Palestina. Kesedihan hati beliau lagi terkait dengan kelemahan ekonomi ummat Islam dan negara yang dihuni mereka.
Beliau juga bersedih hati karena umat Islam lalai dalam kehidupan sehingga tidak punya waktu untuk menuntut ilmu pengetahuan yang membuat mereka menjadi jahil sementara kaum kuffar terus maju dan berkembang dalam bidang ilmu pengetahuan, dalam bidang ekonomi juga dalam bidang politik. Kesedihan demi kesedihan yang diucapkan Tun Mahathir bin Mohammad tersebut membuat para peserta muzakarah terpukau dan terlena seperti kehilangan akal pikiran apa yang harus dan mesti dilakukan untuk menebus kesedihan Tun tersebut. Kesedihan hati Tun boleh jadi terkait dengan usia beliau yang sudah sangat lanjut boleh jadi juga karena beliau tidak sanggup lagi melihat kondisi umat Islam yang menjadi objek bagi umat beragama lain yang terkenal kejam dan bengis.
Ucapannya seperti, “Saya bersedih hati melihat kondisi umat Islam yang sangat terpojok hari ini” dapat menggambarkan sepertinya beliau berkeinginan untuk membela umat Islam tetapi tidak punya kuasa lagi untuk melakukan itu. Maka selaras dengan usianya yang menjelang 99 tahun tersebut terasa tidak lagi berdaya dan sepertinya mengajak para generasi muda untuk mengambil alih tugas tersebut. Dalam pemaparannya berkali-kali juga Tun menaruh harapan kepada kaum muda untuk berusaha keras agar dengan cepat dan ligat sanggup menggantikan kaum tua sebagai alternatif solusi membebaskan keterjepitan umat Islam.
Bersedih hatinya Tun terkait kondisi umat Islam hari ini karena tidak ada lagi negara mayoritas muslim yang berkuasa seperti zaman Turki Ustmani dahulu kala. Beliau sempat menyinggung keperkasaan Turki Ustmani dahulu karena kekhalifahan Turki Ustmani berjaya menguasai ilmu pengetahuan secara mendalam sehingga sanggup membuat senjata sendiri. Hari ini tidak ada negara mayoritas muslim yang mampu membuat senjata canggih untuk menyaingi kemampuan negara-negara barat tersebut.
Sedihnya beliau lagi terkait ambruknya penguasaan ekonomi umat Islam sehingga negara mayoritas muslim menjadi tukang hutang. Ini dapat menjatuhkan marwah umat Islam karena banyak yang kehilangan pekerjaan sampai kepada kehilangan tempat tinggal karena tidak ada pemasukan terukur hari-harinya. Kelemahan umat Islam menguasai panggung politik juga menjadi sorotannya.
Sebagai khatimah perlu kita ambil pelajaran dari pemaparan Tun Mahathir tersebut bahwa umat Islam tidak boleh tidak harus bangkit ekonominya, umat Islam tidak boleh tidak wajib menguasai pengetahuannya dan umat Islam wajib menguasai politik selaras dengan sistem politik yang pernah diasaskan Rasulullah saw pada periode negara Islam Madinah dahulu kala. Kawula muda tidak boleh lalai dan santai dalam hidup ini karena gaya hidup semacam itu bukan gaya hidupnya Rasulullah saw. Semoga saja dapat direnungkan.
Opini Hari Ini
Penulis Opini
Umat Islam di Mata Mahathir Mohammad
Hasanuddin Yusuf Adan
Prof Dr Tgk Hasanuddin Yusuf Adan MCL MA
Harapan Kepada 17 Guru Besar UIN Ar-Raniry, Penuntun Cahaya Bagi Umat |
![]() |
---|
Humas dan Media di Era Digital, Ibarat Jembatan dan Jalan Membangun Komunikasi dan Citra Institusi |
![]() |
---|
Ayah, Pulanglah dari Warung Kopi, Semai Cinta di Rumah |
![]() |
---|
Haruskah Karya Anak Bangsa Terindeks Scopus |
![]() |
---|
Menyusui dan Dukungan Berkelanjutan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.