Konflik Palestina vs Israel
IDF Bingung, Kenapa Alarm Tak Bunyi saat Drone Berisi Bom Hizbullah Hantam Israel
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) bingung kenapa drone berisi bom milik kelompok pejuang Islam Hizbullah kini tidak memicu alarm saat mendarat di Israel
Penulis: Sara Masroni | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM - Pasukan Pertahanan Israel (IDF) bingung kenapa drone berisi bom milik kelompok pejuang Islam Hizbullah kini tidak memicu alarm saat mendarat hantam Israel.
Diketahui seorang prajurit IDF terluka ringan akibat hantaman pesawat tak berawak yang disertai ledakan di Dataran Tinggi Golan Israel, Rabu (10/7/2024) malam tadi.
Menurut IDF, tiga pesawat tak berawak diluncurkan dari Lebanon dalam serangan itu, dan menghantam dekat persimpangan Beit Hamekhes di Israel utara.
"IDF mengatakan pihaknya sedang menyelidiki mengapa sirene tidak berbunyi dan mengapa mereka gagal mencegat drone tersebut," demikian laporan Times of Israel dilansir Kamis siang.
Baca juga: Tolak Wajib Militer Israel, Rabi ke Murid Sekolah Yahudi: Jangan ke Kantor atau Jawab Telepon IDF
Baca juga: Kasus Pemerkosaan Tinggi di Aceh, Ustaz Masrul Aidi Singgung Soal Tingginya Mahar Pernikahan
Rabi Tegaskan ke Murid Sekolah Yahudi Jangan ke Kantor atau Jawab Telepon IDF
Sementara diberitakan sebelumnya, Pemimpin tinggi Yahudi ultra-Ortodoks Ashkenazi di Israel, Rabi Dov Lando menegaskan ke murid-murid sekolah Yahudi (yeshiva) untuk tidak mengikuti wajib militer sebagaimana putusan hakim Pengadilan Tinggi beberapa waktu lalu.
"Tidak boleh datang ke kantor wajib militer [IDF] sama sekali," tegas Rabbi Lando dilansir dari Times of Israel, Kamis (11/7/2024).
Menurutnya, patuh terhadap putusan hakim pengadilan sama saja dengan menyerah dalam perang melawan Tuhan dan Taurat-Nya.
"Maka para anggota yeshiva diperintahkan untuk tidak datang ke kantor wajib militer sama sekali atau menjawab panggilan apa pun," tulis Rabbi Lando.
Diketahui Yahudi ultra-Ortodoks atau Yahudi Haredi adalah salah satu sekte yang menolak zionisme dan pertikaian seperti yang dilakukan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) membunuh warga sipil, perempuan dan anak kecil tak berdosa di Gaza.
Sementara diberitakan sebelumnya, kemarahan Yahudi ultra-Ortodoks memuncak ketika isu pendaftaran murid yeshiva kembali menjadi agenda pemerintah di tengah perang yang sedang berlangsung melawan Hamas di Jalur Gaza.
Kaum Haredim marah kepada para anggota parlemen mereka sendiri yang notabenenya sebagai anggota koalisi, mendukung langkah baru-baru ini.
Langkah tersebut yakni menghidupkan kembali rancangan undang-undang dari parlemen sebelumnya, menurunkan usia wajib militer bagi siswa yeshiva ultra-Ortodoks dari 26 tahun menjadi 21 tahun.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.