Berita Pidie Jaya
Pansus DPRA ke Makam Abdullah Syafii, Kuburan Panglima GAM Ini Dinilai tak Terurus, Usul Ada Penjaga
Di halaman kompleks makam Teungku Abdullah Syafii, yang sudah dipasang paving block itu ditumbuhi rerumputan, di sudut musalla berceceran kotoran ceca
Penulis: Idris Ismail | Editor: Mursal Ismail
Di halaman kompleks makam Teungku Abdullah Syafii, yang sudah dipasang paving block itu ditumbuhi rerumputan, di sudut musalla berceceran kotoran cecak dan burung.
Laporan Idris Ismail I Pidie Jaya
SERAMBINEWS.COM, MEUREUDU - Panitia Khusus (Pansus) II DPRA berziaran ke Kompleks Panglima GAM, Teungku Abdullah Syafii di Gampong Kayee Jatoe, Kemukiman Cubo, Kecamatan Bandar Baru, Pidie Jaya, Selasa (9/7/2024).
Amatan Serambinews.com yang ikut dalam rombongan ini, Kompleks Makam Panglima GAM, yang juga biasanya ditulis bernama Teungku Abdullah Syafi'i ini luasnya hampir satu hektare.
Di halaman kompleks makam Teungku Abdullah Syafii, yang sudah dipasang paving block itu ditumbuhi rerumputan, di sudut musalla berceceran kotoran cecak dan burung.
Sedangkan plafon makam sudah jebol di tengahnya.
Ketua Pansus II DPR Aceh, Anwar Husin SPd MAP bersama anggota H Dahlan Djamaluddin SIP, yang ikut berziaran ke kompleks makam ini mengatakan melihat kondisi seperti ini, terlihat kompleks makam itu tak terurus.
"Padahal dulu pembangunan kompleks makam ini menggunakan APBA mencapai Rp 1,2 miliar.
Sangat disayangkan kompleks makam pejuang GAM paling disegani ini tak terurus dengan baik," kata Anwar Husin kepada Serambinews.com disela-sela kunjungan ini.
Baca juga: Pansus II DPRA Temukan Banket Badan Jalan ke Makam Abdullah Syafii di Cubo Retak, PPTK Siap Perbaiki
Oleh karena itu, Husin menyarankan agar Pemkab Pidie Jaya menempatkan seorang penjaga agar makam ini terurus dengan baik.
Bukan seperti selama ini, kompleks makam ini hanya bersih serta tertata rapi saat peringatan Haul almarhum saja. Selebihnya seperti terbiarkan tak bertuan.
"Miris sekali kita melihatnya dan hal hal ini harus menjadi evaluasi semua pihak," katanya.
Dikonfirmasi Serambinews.com terpisah, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PA yang juga mantan Bupati Pidie Jaya, dua periode, H Aiyub Bin Abbas mengatakan pihak PA bersama Pemkab Pijay akan duduk kembali membahas masukan dari Pansus II DPRA itu.
Termasuk untuk menempatkan seorang penjaga di makam tersebut karena memang makam ini juga menjadi cagar budaya bagi Pidie Jaya lantaran bernilai sejarah yang tinggi.
"Sehingga hal wajib mendapatkan perhatian bersama," katanya.
Baca juga: Peringati Meninggalnya Hasan Tiro dan Abdullah Syafii, KPA/PA Aceh Barat Santuni Ratusan Anak Yatim
Sekilas tentang Abdullah Syafi'i
Bagi generasi milenial yang lahir saat konflik Aceh, apalagi setelah konflik Aceh di atas tahun 2005, mungkin nama Abdullah Syafi'i tak terlalu mereka kenal.
Dikutip Serambinews.com dari Wikipedia, Perkasa Alam Teungku Abdullah Syafi'i lebih dikenal dengan nama Teungku Lah (12 Oktober 1947 – 22 Januari 2002) adalah tokoh pejuang GAM.
Dia pernah menjabat sebagai Panglima Gerakan Aceh Merdeka.
Teungku Abdullah Syafie atau Teungku Lah adalah Panglima GAM yang sangat kharismatik, disegani kawan dan ditakuti lawan.
Di kalangan pasukannya, Teungku Lah dikenal sangat tegas, namun sopan. Ia juga santun dan bersahaja.
Teungku Lah adalah pemimpin sayap militer GAM. Dia pernah menjabat sebagai Panglima GAM Wilayah Pidie, dan terakhir sebagai Panglima Gerakan Aceh Merdeka seluruh Sumatera.
Baca juga: Secuil Kisah tentang RSUD Tgk Abdullah Syafii
Konon, lebih 20 tahun Teungku Lah memimpin gerilyawan GAM di kawasan Bireuen, Aceh.
Teungku Lah tidak mendapat pendidikan militer di Libya, seperti Arjuna atau Ahmad Kandang.
Inilah yang membuatnya tidak begitu suka dengan penggunaan kekerasan dalam berjuang. Kekuatan senjata hanya untuk mempertahankan diri.
Teungku Lah lahir di Gampong Seuneubok Rawa, Kecamatan Peusangan, Kabupaten Bireuen, Aceh.
Jaraknya sekitar empat kilometer dari Jalan Medan-Banda Aceh, kawasan Matang Glumpang Dua, Bireuen.
Jalan penghubung menuju ke gampong itu hanya tiga kilometer saja yang teraspal bagus, sementara sekitar satu kilometer lagi penuh kerikil dan berdebu.
Di beberapa bagian masih terlihat bekas aspal yang mengelupas. Di kiri kanan jalan, ada bentangan areal persawahan yang luas, bersambung kawasan perbukitan yang teduh dan asri.
Di gampong itulah, Teungku Abdullah Syafi'i lahir. Jika merujuk keterangan yang tertulis di makam Blang Sukon, Cubo, Pidie Jaya, beliau lahir pada 17 Oktober 1947.
Sementara dalam banyak informasi di media, Teungku Lah ditulis lahir pada tahun 1952.
Tidak ada yang tahu, versi mana yang benar. Tapi, adiknya, Fatimah, memiliki keterangan berbeda.
Menurut dia, abangnya lahir sekitar tahun 1955. Ia hanya sempat bersekolah hingga kelas tiga di Madrasah Aliyah Negeri Peusangan.
Keluar dari sekolah tersebut, Teungku Lah memilih belajar agama di sejumlah Pesantren di Aceh.
Teungku Lah mulai terlibat GAM pada awal 1980 (ada juga kabar yang menyebutkan, Teungku Lah bergabung dengan GAM sehari setelah Hasan Tiro memproklamirkan GAM di Gunong Halimun, Kabupaten Pidie, Aceh).
Sebenarnya, masa muda Teungku Lah termasuk unik. Ia banyak terlihat dalam dunia teater bersama group Jeumpa.
Sangat jauh dari kesan militer. Tetapi, belakangan, hal ini sangat membantu Teungku Lah dalam hal penyamaran. Mobilitas Teungku Lah tak terdeteksi.
Orang Aceh menyebut Teungku Lah punya ileume peurabon (ilmu bisa menghilangkan diri).
Pada awalnya ia memimpin satu peleton dari Markas Komando Pusat Tiro.
Pada Mei 1995, pasukan Teungku Lah bergabung dengan pasukan Mantri Hamid Idris yang berbasis di Geulumpang Minyeuk, Pidie.
Pasukan ini memiliki sekitar 15 pucuk senjata berbagai jenis dan tergolong pasukan besar GAM sebelum era reformasi.
Pada 1 Januari 1996, Teungku Lah dilantik menjadi Panglima GAM Komando Pusat Tiro menggantikan Komandan Tgk. Pawang Rasyid yang gugur pada pertengahan 1995.
Pasca reformasi, eskalasi konflik Aceh meningkat. Teungku Lah yang merupakan Panglima Tertinggi GAM secara otomatis menjadi buronan nomor 1 TNI.
Teungku Abdullah Syafie meninggal dunia pada 22 Januari 2002 di Jiem-Jiem, Kecamatan Bandar Baru, Pidie (kini Pidie Jaya) dalam sebuah penyergapan oleh TNI.
Sang istri (Fatimah binti Abdurrahman) dan dua pengawalnya bernama Muhammad bin Ishak dan Muhammad Daud bin Hasyim ikut meninggal dalam penyerangan tersebut.
Keempatnya dikuburkan di belakang rumah Teungku Lah di Cubo, Pide Jaya.
Sebelum meninggal, Teungku pernah membuat wasiat, “Jika pada suatu hari nanti Anda mendengar berita bahwa saya telah syahid, janganlah saudara merasa sedih dan patah semangat.
Sebab saya selalu bermunajat kepada Allah SWT agar mensyahidkan saya apabila kemerdekaan Aceh telah sangat dekat. Saya tak ingin memperoleh kedudukan apapun apabila negeri ini (Aceh) merdeka,” demikian wasiatnya. (*)
Peringati HUT Kejaksaan, Kejari Pidie Jaya Gelar Pasar Murah, Khitanan Massal, dan Donor Darah |
![]() |
---|
Puluhan Keuchik di Pidie Jaya Ikut Rapat Koodinasi, Ini Pesan Bupati |
![]() |
---|
Polisi Tahan Guru Honorer di Pijay, Diduga Aniaya Siswa SMP hingga Masuk RS |
![]() |
---|
Kisah Pilu Kehidupan Janda Miskin di Pidie Jaya |
![]() |
---|
Pijay Komit Sukseskan MTQ ke 27, MCK dan Rekayasa Lalulintas Jadi Prioritas |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.