Breaking News

Komunitas

Dosen UIN Ar-Raniry Jadi Pembicara di Thailand

Dua dosen dari UIN Ar-Raniry Banda Aceh menjadi narasumber dalam seminar yang dimoderatori oleh peneliti senior dari fakultas tersebut, Dr Amporn Mard

Editor: mufti
Foto IST
JADI PEMBICARA - Guru Besar UIN Ar-Raniry Prof Dr phil Saiful Akmal MA (tengah) dan Wakil Pusat Studi Pengungsi FISIP Melly Masni MIR (kedua dari kiri) berfoto dengan perwakilan negara lain usai menjadi pembicara seminar di Thammasat University, Bangkok, Kamis (11/7/2024). 

SERAMBINEWS.COM, BANGKOK - Faculty of Social Anthropology, dan Institute for East Asian Studies (IEAS) -Thammasat University, Bangkok, Thailand menggelar seminar bertajuk "Refugee, Language and Identity: The Case of Aceh" di aula setempat, Kamis (11/7/2024). Dua dosen dari UIN Ar-Raniry Banda Aceh menjadi narasumber dalam seminar yang dimoderatori oleh peneliti senior dari fakultas tersebut, Dr Amporn Marddent.

Guru Besar UIN Ar-Raniry sekaligus Peneliti Senior ICAIOS serta Pendiri Padebooks.com, Prof Dr phil Saiful Akmal MA mengatakan, penanganan isu kemanusiaan seperti Rohingya dan Palestina khususnya memerlukan koordinasi lintas komponen. Termasuk koordinasi pemerintah, penggiat kemanusiaan, akademisi dan lembaga lokal, nasional dan internasional.

Peneliti senior The Aceh Institute itu juga menekankan secara khusus, agar akademisi dan kampus menjadi tempat upaya peningkatan kesadaran dan kampanye kemanusiaan secara ilmiah. "Kampanye kemanusiaan dimaksud, baik melalui seminar serta sosialisasi aktif tentang sejarah konflik dan pengungsi sebagai antisipasi disinformasi di sosial media," kata Prof Saiful.

Sementara Wakil Ketua Pusat Studi Pengungsi (Refugee Center), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan (FISIP) UIN Ar-Raniry, Melly Masni MIR memaparkan bagaimana pengalamannya berinteraksi dengan pengungsi Rohingya di Aceh. Dikatakannya, keberadaan pengungsi di Aceh sejak 2023 adalah ekses dari kuatnya propaganda negatif di media massa. "Keberadaan Pusat Studi Pengungsi di FISIP UIN Ar-Raniry bisa menjadi mediator advokasi kebijakan dan upaya filantropi serta penanganan krisis kemanusiaan," pungkasnya. (rn)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved