Berita Aceh Besar

Cuaca Panas, 13 Daerah Berpotensi Kekeringan

“Ini menyebabkan kita terkena cuaca panas dan dilanda kekeringan," MUHAJIR, Kepala Stasiun Klimatologi Aceh

Editor: mufti
SHUTTERSTOCK/VladisChern
Ilustrasi cuaca panas 

“Ini menyebabkan kita terkena cuaca panas dan dilanda kekeringan," MUHAJIR, Kepala Stasiun Klimatologi Aceh

SERAMBINEWS.COM, JANTHO - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Aceh melalui Stasiun Klimatologi mencatat, dampak kekeringan akibat musim kemarau di Aceh masih berpotensi terjadi hingga September 2024.

Kepala Stasiun Klimatologi Aceh, Muhajir, mengatakan, pihaknya pada Mei 2024 sudah mengeluarkan surat kesiapsiagaan menghadapi puncak musim kemarau 2024 yang akan terjadi pada Juni, Juli dan Agustus.

Dalam surat itu juga mereka mengimbau agar waspada kekeringan untuk bupati/wali kota dan instansi terkait yang di Aceh. Dari surat tersebut baru kabupaten Aceh Besar mengeluarkan peringatan siaga bencana kekeringan yang melanda wilayah Kecamatan Lhoknga.

Dia mengatakan, sebanyak 13 daerah berpotensi kekeringan akibat kemarau, seperti wilayah Sabang, Banda Aceh, Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Utara, Lhokseumawe, Aceh Timur, Langsa, Aceh Tamiang, Aceh Tamiang dan Bener Meriah.

"Jadi ini merupakan wilayah yang berpotensi menghadapi puncak musim kemarau Juli dan Agustus ini. Sementara untuk Wilayah Barat Selatan, posisi saat ini memang masih kering, tapi pola hujannya masih tetap ada," kata Muhajir saat dikonfirmasi Serambi, Jumat (26/7/2024).

Dia mengatakan, jika melihat kondisi iklim, di Aceh sebenarnya dua kali mengalami musim kemarau. Pertama di awal tahun antara Januari dan Februari. Dan kedua puncak tertinggi musim kemarau tersebut ada di bulan Juni dan Juli setiap tahunnya.

Namun, lanjut Muhajir, untuk tahun ini, kemarau yang terjadi terbilang cukup parah, dengan kondisi lahan yang kering, serta cuaca panas yang mencapai 38 derajat celcius.

"Utamanya dirasakan di kawasan Banda Aceh, Aceh Besar dan Sabang. Kalau kita perhatikan, untuk tahun ini terlihat sedikit lebih kering dibanding tahun-tahun sebelumnya," ucapnya.

Ia juga menjelaskan, cuaca panas yang dirasakan saat ini disebabkan adanya fenomena angin monsum Australia yang membawa massa udara kering dari negara tersebut menuju asia. Massa udara yang kering dan melewati Aceh tersebut, menyebabkan kondisi wilayah saat ini menjadi kering. "Serta belokan angin kencang yang berbelok dari samudera hindia ke wilayah Aceh. Sehingga membuat atmosfer jauh lebih kering dan potensi angin kencangnya juga ada," jelasnya.

Hal tersebut kemudian diperparah dengan posisi matahari sedang berada di utara Ekuator. Di mana, posisi Aceh jika dilihat berada di atas ekuator. Akibat posisi matahari tersebut menyebabkan, Aceh cukup dominan terkena radiasi matahari.

"Kemudian ditambah dengan sulitnya pertumbuhan awan di atmosfer di Aceh. Jadi ini menyebabkan kita terkena cuaca panas dan dilanda kekeringan," pungkasnya.(iw)

Empat Hektare Lahan Terbakar

DAMPAK Dampak cuaca panas, empat hektare lahan kosong dan persawahan warga di Desa Mon Ikeun, Kecamatan Lhoknga, Aceh Besar, ludes terbakar, Jumat (26/7/2024).

Kalaksa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Besar, Ridwan Jamil, mengatakan, luas lahan yang terbakar diperkirakan mencapai 4 hektare. Pihaknya mengerahkan 4 armada pemadam dan didukung 10 personel untuk memadamkan kebakaran itu.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved