Breaking News

Konflik Palestina vs Israel

Warga Israel Akan Mati Kelaparan Jika Hizbullah Serang Haifa, Bikin Zionis Bangkrut dan Sengsara

Israel juga bakal bangkrut dan sengrasa jika Hizbullah dan kelompok perlawanan lainnya benar-benar menyerang Pelabuhan Haifa.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Muhammad Hadi
khaberni/HO
Gambar ILustrasi. Kelompok milisi Lebanon, Hizbullah dilaporkan menyergap konvoi tentara Israel dan menghujani IDF dengan berbagai jenis tembakan mulai dari peluru artileri, rudal berpemandu, hingga senjata anti tank di Ruwaisat Al-Alam, Kamis (25/4/2024) malam. 

Warga Israel Akan Mati Kelaparan Jika Hizbullah Serang Haifa, Bikin Zionis Bangkrut dan Sengsara

SERAMBINEWS.COM – Israel kini dilanda kekhawatiran terkait ekonominya yang bakal runtuh akibat perang habis-habisan dengan gerakan perlawanan Lebanon, Hizbullah.

Israel khawatir bahwa serangan Hizbullah terhadap pelabuhan utama di Haifa dapat mengakibatkan kekurangan makanan dan barang-barang pokok lainnya di wilayah yang diduduki.

Pelabuhan Haifa bertanggung jawab atas 75 persen impor ke Israel.

Jika Pelabuhan Haifa diserang Hizbullah, bisa-bisa warga Israel akan kekeruangan makanan dan berujung pada mati kelaparan.

Hal inilah yang selama ini dirasakan oleh warga Gaza, dan Israel bakal merasakan rasanya kelaparan.

Tak hanya itu, Israel juga bakal bangkrut dan sengrasa jika Hizbullah dan kelompok perlawanan lainnya benar-benar menyerang Pelabuhan Haifa.

Surat kabar bisnis Israel TheMarker dalam laporannya mengatakan bahwa pelabuhan Haifa akan menjadi salah satu target utama Hizbullah jika perang habis-habisan meletus dengan Israel.

Pelabuhan Haifa di Israel.
Pelabuhan Haifa di Israel. (SERAMBINEWS.COM/AFP)

Laporan itu mengatakan pihak burdening di Tel Aviv telah berjuang untuk mengembangkan rencana darurat.

Rencana itu membahasa bagaimana mereka dapat mengalihkan perdagangan ke pelabuhan Ashdod yang dikelola negara, yang terletak di selatan wilayah yang diduduki.

Namun, dikatakan bahwa importir makanan, biji-bijian dan pakan ternak enggan menggunakan Ashdod, karena infrastruktur dan fasilitasnya buruk.

TheMarker juga mengatakan bahwa, mengandalkan Ashdod akan meningkatkan kemungkinan terjadinya kekurangan pangan besar di Israel.

Ini akan menyebabkan kelangkaan komoditas utama seperti gandum, kedelai, dan pakan ternak.

Sehingga membuat warga Israel benar-benar mati kelaparan.

Pelabuhan Haifa bertanggung jawab atas 75 persen impor makanan ke Israel tahun lalu.

TheMarker dikutip dari Pres TV menambahkan bahwa penutupan pelabuhan karena potensi perang dengan Hizbullah akan memperumit masalah perdagangan yang disebabkan oleh serangan Yaman terhadap pelabuhan Eilat di Israel.  

Laporan itu mengatakan persediaan makanan Israel hanya akan bertahan untuk waktu yang singkat.

Itu dikarenakan perang dengan Hizbullah dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya pembelian panik dan penimbunan oleh pemukim Israel.

TheMarker mengutip menteri pertanian Israel Avi Dichter yang mengatakan bahwa Israel tidak memiliki rencana jangka menengah dan panjang untuk memastikan keamanan pangannya.

Sumber lain mengatakan pembongkaran kapal seberat 7.000 ton di Ashdod akan memakan waktu dua minggu dibandingkan dengan hanya satu setengah hari di Haifa.

Kekhawatiran meningkat mengenai meningkatnya perdagangan senjata lintas perbatasan antara Israel dan Hizbullah sejak awal minggu ini.

Itu terjadi ketika Israel membunuh seorang komandan senior Hizbullah dalam serangan udara di kompleks rumahnya di ibu kota Lebanon, Beirut.

Hizbullah telah menyerang target militer Israel sejak awal Oktober sebagai tindakan solidaritas dengan warga Palestina yang memerangi rezim Israel di Gaza.

 

Jaringan Seluler dan Listrik di Israel Bakal Terputus

Pejabat Israel mengkhawatirkan atas gangguan infrastruktur penting dalam perang melawan poros perlawanan.

Itu terjadi setelah menteri Israel menerima telepon satelit minggu lalu untuk menjaga "kontinuitas operasional" jika infrastruktur listrik dan jaringan telepon rusak akibat seraangan potensi poros perlawanan yang didukung Iran.

Banyak warga negara Israel mungkin mendapati diri mereka terputus komunikasi selulernya.

Israel memiliki lebih dari 8.000 titik yang digunakan oleh jaringan selulernya, dan redundansi mereka untuk beroperasi tanpa listrik ditetapkan berlangsung selama sekitar dua jam.

Oleh karena itu, jika jaringan listrik Israel padam, baterai cadangan yang dipasang di lokasi tersebut tidak akan dapat beroperasi setelah waktu tersebut, dan semua layanan seluler di area tersebut mati.

Skenario di mana rudal dan pesawat nirawak menargetkan lokasi vital yang digunakan oleh jaringan listrik Israel seperti pembangkit listrik dan gardu induk.

Itu menyebabkan pemadaman listrik yang berlangsung selama berjam-jam atau bahkan berhari-hari.

Namun, pekerjaan untuk meningkatkan redundansi energi dari sekitar 340 titik akhir seluler dari Haifa dan ke utara baru dimulai pada Mei 2023, dikutip dari Ynet.com

Sejak saat itu, tiga perusahaan seluler Israel telah berpacu dengan waktu untuk meningkatkan redundansi di lokasi utara mereka.

Kementerian Komunikasi Israel telah menetapkan akhir Juli sebagai batas waktu penyelesaian pekerjaan.

Sehingga lokasi-lokasi ini dapat terus beroperasi tanpa listrik selama 12 jam dan memastikan ketersediaan jaringan seluler, meskipun pekerjaan masih menemui kendala.

Menjaga ketahanan jaringan listrik dalam krisis dianggap sebagai salah satu tantangan kritis Israel dalam skenario pertempuran intensitas tinggi dengan Hizbullah, Iran, dan kelompok lainnya.

Sektor kelistrikan dapat terpengaruh oleh ancaman yang dilontarkan beberapa tahun lalu oleh Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah.

Ia mengatakan bahwa kelompoknya akan berupaya menyerang rig gas alam di Laut Mediterania pada masa perang.

Sekitar 70 persen gas alam yang digunakan untuk produksi listrik di Israel.

lalu, Shaul Goldstein, CEO Noga – Perusahaan Manajemen Sistem Kelistrikan Nasional memperingatkan bahwa jaringan listrik Israel rentan terhadap serangan Hizbullah.

(Serambinews.com/Agus Ramadhan)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved