Luar Negeri

Profil Muhammad Yunus Pemimpin Sementara Bangladesh, Bankir Bagi Kaum Miskin Peraih Nobel Perdamaian

Inilah profil Muhammad Yunus, penerima Nobel Perdamaian yang dikenal sebagai pelopor mikrofinansial.

Editor: Faisal Zamzami
AP Photo
Hadiah Nobel Perdamaian Muhammad Yunus tersenyum saat tiba di pengadilan ketenagakerjaan di Dhaka, Bangladesh, Minggu, 28 Januari 2024. Yunus akan memimpin pemerintahan sementara Bangladesh setelah Perdana Menteri lama Sheikh Hasina melarikan diri akibat pemberontakan massal yang menewaskan ratusan orang. 

Pada Januari tahun ini, Yunus dan tiga rekannya dari salah satu perusahaan yang ia dirikan dijatuhi hukuman enam bulan penjara oleh pengadilan tenaga kerja Dhaka atas tuduhan tidak mendirikan dana kesejahteraan pekerja.

Namun, mereka langsung dibebaskan dengan jaminan sambil menunggu proses banding.

Keempatnya membantah tuduhan tersebut, dan berbagai organisasi pengawas, termasuk Amnesty International, mengkritik kasus ini sebagai bermotif politik.

Para pemimpin mahasiswa yang memimpin protes yang berujung pada pelengseran Hasina pada 5 Agustus, berencana untuk bertemu dengan militer guna meminta Yunus memimpin pemerintahan sementara.

Meskipun Yunus belum memberikan komentar resmi terkait permintaan ini, dalam sebuah wawancara dengan media India The Print, ia menyebut bahwa Bangladesh telah menjadi "negara yang diduduki" selama masa pemerintahan Hasina. 

"Hari ini, seluruh rakyat Bangladesh merasa terbebaskan," kata Yunus seperti yang dikutip dari wawancara tersebut.

Baca juga: VIDEO PM Sheikh Hasina Kabur ke India, Militer Bangladesh Ambil Alih Kekuasaan Sementara

Yunus lahir dalam keluarga berada di kota pesisir Chittagong pada tahun 1940.

Ayahnya seorang pandai emas yang sukses, sementara ibunya selalu membantu siapa saja yang membutuhkan.

Ia mengenang ibunya sebagai pengaruh terbesar dalam hidupnya.

Setelah menerima beasiswa Fulbright untuk belajar di Amerika Serikat, Yunus kembali ke Bangladesh setelah negara itu merdeka dari Pakistan melalui perang brutal pada tahun 1971.

Saat kembali, ia dipilih untuk memimpin jurusan ekonomi di Universitas Chittagong.

Namun, saat itu Bangladesh sedang dilanda kelaparan yang parah, dan Yunus merasa perlu melakukan tindakan nyata.

"Kemiskinan ada di mana-mana, dan saya tidak bisa berpaling darinya," kata Yunus dalam pidato Nobel-nya pada 2006.

"Saya merasa sulit untuk mengajarkan teori-teori ekonomi yang rumit di ruang kelas universitas... Saya ingin melakukan sesuatu yang langsung untuk membantu orang-orang di sekitar saya."

Setelah bertahun-tahun bereksperimen dengan berbagai cara untuk menyediakan kredit bagi mereka yang terlalu miskin untuk mendapatkan pinjaman bank tradisional, Yunus mendirikan Grameen Bank pada tahun 1983.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved