Trauma Saksikan Anaknya Dipukuli Oknum TNI, Ibu di Medan Menangis: Anakku Bukan Binatang

Dia tak kuasa membendung air matanya mengingat saat anaknya, Doli Manurung dijemput paksa diduga personel TNI, lalu disiksa di hadapannya.

Editor: Faisal Zamzami
TRIBUN MEDAN/FREDY SANTOSO
Valentina Panggabean (59) ibu Doli Manurung, tersangka dugaan penganiayaan personel TNI, saat diwawancarai, Sabtu (10/8/2024). Ia tak kuasa menahan tangis kepedihan mengingat anaknya dijemput paksa, lalu disiksa diduga TNI. 

SERAMBINEWS.COM - Tangis Valentina Panggabean pecah saat menceritakan anaknya, Doli Hamonangan Manurung (32), dipukul puluhan orang yang belakangan diduga oknum TNI di Jalan Orde Baru, Kota Medan

Wanita berusia 59 tahun ini terlihat duduk mendampingi anaknya yang sedang dirawat di salah satu ruangan di Rumah Sakit Bhayangkara pada Sabtu (10/8/2024).

Dia tak kuasa membendung air matanya mengingat saat anaknya, Doli Manurung dijemput paksa diduga personel TNI, lalu disiksa di hadapannya.

Diketahui, Doli Manurung merupakan salah satu tersangka dugaan penganiayaan personel TNI dari Batalyon Infanteri 100/Raider bernama Prada Defliadi.

Diwawancarai di sela-sela ia menjaga anaknya yang masih terbaring di RS Bhayangkara TK II Medan, ia berulangkali menyeka air matanya.

Ia membeberkan awal mula anaknya dijemput paksa, lalu digebuki.

Pada Minggu 4 Agustus lalu sekira pukul 09:00 WIB, Doli pulang ke rumah di Gang Pelita, Jalan Orde Baru, Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat.

Saat itu Doli pulang dalam keadaan pelipis matanya luka.

Valentina pun sempat menanyakan kondisi Doli dan diakuinya ia sempat berkelahi.

Kemudian, ketua ranting organisasi kemasyarakatan Ikatan Pemuda Karya (IPK) Sekip itu sarapan yang dibeli Valentina, lanjut minum obat karena sebelumnya dia sudah berobat ke dokter.

Rupanya Doli muntah dan ngaku kepalanya pusing.

"Pening kepalaku mak, aku istirahat dulu ya mak" kata Valentina menirukan ucapan Doli, Sabtu (10/8/2024).

Baca juga: Kondisi Prada Defliadi, Anggota TNI AD yang Dibacok Geng Motor di Medan, Mata Kiri Buta

Setelah Doli pamit beristirahat, Valentina pergi ke jasa pencucian pakaian dan menebus obat yang diminta anaknya.

Begitu kembali ke rumah, ibu berusia 59 tahun ini kaget rumahnya sudah ramai dan dia dilarang masuk.

Meski demikian ia tetap menerobos masuk ke dalam rumahnya dan melihat anaknya memakai jaket bertudung, tangan diikat lakban.

Disinilah dia menyaksikan di depan matanya, anak kandung yang dia lahirkan dan besarkan disiksa habis-habisan tak diberi ampun.

"Apalagi mereka mukulnya di depan saya, makanya saya sampai sekarang takut kalau dibahas kayak begini. Saya minta tolong anak saya jangan dipukuli dan disiksa, karena anak saya bukan binatang. Tapi mereka gak peduli, mereka mukul terus. dibawanya doli keluar,"ungkap Valentina.

Melihat anaknya disiksa Valentina tak bisa berbuat apa-apa. 

Dia cuma bisa berdoa kepada tuhan supaya tegar dan tak menangis di depan anaknya.

Sebab, saat itu Doli pun berulang kali meminta tolong kepadanya, minta diselamatkan dari penyiksaan tersebut.

"Saat melihat dia dipukuli saya berdoa, saya gak mau menangis dilihat anak saya. Pokoknya dia berteriak 'tolong aku mak, tolong aku'. Masih jelas terdengar di kuping saya. Seperti binatang anak saya dibuat orang itu."

Setelah anaknya dijemput paksa, Valentina kesana-kemari sembari kebingungan mencari keberadaan Doli.

Satu persatu teman Doli dan tongkrongan anaknya didatangi. Namun upayanya sia-sia, dia tak juga menemukan anak lelakinya itu.

"Saya sempat mencari, tapi gak tau dibawa kemana anak saya."

Belakangan diketahui dari informasi orang dekatnya bahwa Doli diduga dianiaya prajurit TNI.

Sampai saat ini dirinya sangat tidak terima anaknya diperlakukan seperti itu.

Valentina sudah membuat laporan resmi ke Detasemen Polisi Militer I/5 Kodam I Bukit Barisan.

Dia melaporkan dugaan penganiayaan terhadap anaknya yang dilakukan puluhan prajurit TNI tersebut saat menjemput paksa Doli karena dituding orang yang menganiaya Prada Defliadi hingga buta.

Laporan pengaduan dibuat pada 8 Agustus kemarin, atau 4 hari setelah Doli dijemput paksa.

Melalui kuasa hukumnya, Rizki Nainggolan, menerangkan, selain dugaan penculikan, penganiayaan, dan pengerusakan rumah, ada juga dugaan penjarahan.

Menurut Rizki, uang sebesar kurang lebih Rp 30 juta hilang dari laci kamar Doli saat dirinya dijemput paksa dan dianiaya segerombolan orang.

Selain itu, ada juga handphone dan juga laptop yang hilang.

"Kita melapor ke Denpom 8 Agustus sementara terkait penculikan, pengerusakan dan kehilangan juga kurang lebih Rp 30 juta,"kata Rizki Nainggolan, Sabtu, (10/8/2024) di kantor DPP IPK.

Rizki menjelaskan, mereka membuat laporan berdasarkan arahan dari Polrestabes Medan, karena menyangkut personel TNI.

Terkait laporan mereka, Denpom I/5 sudah memeriksa Valentina Panggabean, orang tua kandung Doli.

Valentina merupakan orang yang menyaksikan langsung anaknya dijemput dan disiksa.

Pihak Doli juga berharap Kodam I Bukit Barisan transparan menyelidiki dan mengungkap laporan mereka.

Rizki menjelaskan, sampai saat ini pihak Doli dituding sebagai pelaku.

"Harapan kita diungkap secara transparan siapa yang melakukan kejahatan. Di publik kami dianggap sebagai pelaku."

Baca juga: Wanita Pemulung Ditembak Oknum TNI AU di Kota Palu, Korban Alami Luka di Perut

Sebelumnya diberitakan, Kepala Penerangan Kodam I/BB Kolonel Rico Siagian mengatakan, prajurit TNI mendatangi rumah Doli usai mendapati Prada Defliadi terluka parah. 

Pihaknya mengamankan Doli dari lantai 3.

"Saat dijemput yang bersangkutan (Doli) bersembunyi di lantai 3 rumahnya dan melakukan perlawanan saat mau diamankan. Mau ambil pistol air softgun," bebernya.

Di lain pihak, Kapolrestabes Medan Kombes Teddy John Sahala Marbun mengatakan, ada 5 orang yang ditetapkan menjadi tersangka kasus penganiayaan Prada Defliadi, anggota Yonif 100/PS dan Pratu AS.

Tersangka yang diamankan ada dua orang yakni Ketua Ikatan Pemuda Karya (IPK) Ranting Sekip berinisial DHM (34) atau Doli dan anggotanya, RDS (45). Sementara tiga tersangka lainnya, TT, MJS, dan MIR masih diburu.

"Untuk motif masih didalami," kata Teddy saat diwawancarai di Polrestabes Medan pada Selasa (6/8/2024) malam.

 

Prada Defliadi Alami Kebutaan

Personel TNI, Prada Defliadi yang Dibacok Geng Motor Mengalami Kebutaan Permanen.

Prada Defliadi, saat ini masih terbaring di Rumah Sakit Putri Hijau, Medan.

Personel Batalyon 100/PS itu menjalani perawatan setelah dianiaya dan dibacok oleh sejumlah anggota OKP dan Geng Motor.

Menurut Kapendam I Bukit Barisan, Kolonel Inf Rico Siagian, saat ini personelnya tersebut masih menjalani perawatan akibat luka yang dideritanya..

"Anggota kita atas nama Prada DSK (Defliadi), sementara masih di rawat di Rumah Sakit Putri Hijau," kata Rico kepada Tribun-medan, Rabu (7/8/2024)..

Ia mengatakan, luka yang diderita personelnya itu cukup serius, akibat dianiaya hingga dibacok oleh sejumlah orang dari OKP dan juga geng motor..

"Kondisi luka di bagian kepala, tangan, kemudian juga mata," sebutnya..

Dijelaskan, dari informasi terakhir yang didapat bahwa mata sebelah kiri Prada Defliadi mengalami kebutaan permanen..

"Laporan terakhir mata sebelah kirinya buta," tuturnya..

Sebelumnya, dua orang pelaku pembacok personel TNI AD bernama Prada Defliadi, ditangkap personel gabungan.

Adapun identitas keduanya pelaku yakni, DHM (Dolly Hamonangan Manurung) dan RDS.

Menurut Kapolrestabes Medan, Kombes pol Teddy Jhon Sahala Marbun, kedua pelaku ini ditangkap di dua lokasi yang berbeda..

Pelaku DHM ( Doli Hamonangan Manurung ) ditangkap di rumahnya di Jalan Orde Baru, Kecamatan Medan Barat, oleh personel TNI.

Sementara pelaku RDS ditangkap di Jalan Bedagai, Kecamatan Medan Timur. Ia ditangkap oleh personel gabungan TNI dan Polri..

"DHM ini adalah Ketua IPK Ranting Skip. RDS ini adalah anggota IPK," kata Teddy kepada Tribun-medan, Selasa (6/8/2024)..

Katanya, kedua pelaku ini memiliki peranannya masing-masing dalam kasus pembacokan terhadap Prada Defliadi..

"Peran DHM menjumpai saksi (teman korban) atas nama AS dan berkata 'Abang yang tadi kan' dan dijawab oleh AS 'kami nggak tahu apa-apa, kami aparat TNI'," sebutnya..

"Peran RDS, bersama-sama dengan tersangka inisial DHM menemui AS dan mengatakan 'kenapa rupanya kalau aparat'," sambungnya..

Teddy mengatakan, setelah itu para pelaku ini langsung menyerang kelompok korban yang berjumlah sembilan orang tersebut..

"Pelaku DHM langsung meninju saksi AS, dan langsung memukul kakinya. Kemudian salah satu laki-laki menggunakan baju hitam, langsung mendorong dada Pratu AS," bebernya..

"Kemudian DHM langsung meninju wajah Pratu AS hingga korban terjatuh, dan kakinya korban keseleo," tambah Teddy.

Dikatakannya, setelah itu di lokasi yang berbeda di Jalan Gatot Subroto, Kecamatan Medan Petisah, langsung terjadi keributan..

"Teman-teman dari DMS dan anggota Ormas langsung menyerang sehingga terjadi berlawanan dan keributan, yang mengakibatkan Praka AR mengalami luka dan Pratu AS mengalami keseleo pada kaki kiri dan wajah bengkak," ucapnya.

."Anggota geng motor SL itu melakukan pengeroyokan terhadap korban (Prada Defliadi) dengan cara meninju, menendang dan membacok,".

"Hingga korban tidak berdaya dan selang beberapa saat kemudian datang temen-temen korban dan membawanya ke rumah sakit," ucap Teddy.

Katanya, saat ini ada tiga orang lagi yang menjadi buron. Ketiganya yakni berinisial TT yang merupakan mantan anggota geng motor SL. Lalu, MJS dan MIR.

"Para pelaku dikenakan Pasal 170 ayat 2 Jo 351. Pengeroyokan dan penganiayaan yang mengakibatkan luka cacat," pungkasnya.

 

Baca juga: Sepasang Kekasih di Medan Bakar Diri di Kosan, Minta Izin Nginap Sekamar, Reza Tewas dan Suci Kritis

Baca juga: BMKG Prediksi Bener Meriah Hingga Langsa Diguyur Hujan, Ini Data BMKG 3 Hari ke Depan

Baca juga: KNPI Aceh Gelar Rakerda di Sabang

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved