Tips Parenting Anak
6 Dampak Buruk Memaksa Anak Harus Nilai Bagus, dr Aisah Dahlan: Depresi hingga Kehilangan Arah Hidup
Ia menegaskan, perbedaan struktur otak anak laki-laki dan perempuan juga perlu diperhatikan orang tua.
Penulis: Firdha Ustin | Editor: Amirullah
SERAMBINEWS.COM - Banyak orang tua merasa bangga ketika nilai rapor anaknya tinggi. Namun, tanpa disadari, tekanan untuk selalu mendapat nilai sempurna bisa menjadi bom waktu bagi perkembangan anak.
Hal ini diungkapkan oleh motivator keluarga dan konselor psikologi, dr Aisah Dahlan, dalam sebuah sesi edukasi parenting.
Menurutnya, tak sedikit anak laki-laki yang tumbuh dengan tekanan akademik berlebihan hingga akhirnya kehilangan semangat belajar bahkan depresi.
“Banyak sekali pasien saya, anak laki-laki terutama, yang dari kecilnya dipaksa matematika harus 100. Kuliahnya memang di perguruan tinggi negeri terbaik, tapi semester tiga bosan, berhenti kuliah,” ujar dr Aisah Dahlan, dikutip Serambinews.com dari YouTube Pecinta dr Aisah Dahlan CHT, Senin (3/11/2025).
Ia menegaskan, perbedaan struktur otak anak laki-laki dan perempuan juga perlu diperhatikan orang tua.
Anak laki-laki pada usia sekolah dasar umumnya masih dominan menggunakan otak kanan, yang berhubungan dengan kreativitas dan gerak, bukan logika dan hafalan.
Baca juga: 7 Pesan dr Aisah Dahlan untuk Wanita Menopause: dari Vitamin D hingga Hormon Bahagia
“Kalau otak kirinya belum kuat, jangan dipaksa semua pelajaran harus 100. Kasihan anaknya. Banyak yang akhirnya stres karena otaknya dipaksa bekerja di luar kapasitasnya,” tambahnya.
Berikut ini enam dampak buruk yang bisa terjadi jika orang tua terlalu memaksakan anak harus berprestasi secara akademik, seperti dijelaskan oleh dr Aisah Dahlan:
1. Kehilangan Minat Belajar
Anak yang terus menerus ditekan untuk mendapat nilai tinggi cenderung melihat belajar sebagai beban, bukan kebutuhan.
Akibatnya, semangat belajarnya menurun, bahkan muncul rasa muak terhadap pelajaran.
2. Stres dan Depresi di Usia Dini
Menurut dr Aisah Dahlan, ada anak-anak yang sampai dirawat di rumah sakit jiwa karena tidak tahan dengan tuntutan nilai.
“Ada yang depresi, ada juga yang masuk rumah sakit jiwa. Kasihan sekali kalau anak laki-laki dipaksa terus otak kirinya bekerja, padahal dia tidak punya kecerdasan matematis,” jelasnya.
Baca juga: 5 Langkah Ikhtiar Hilangkan Suuzon pada Suami Usai Pernah Disakiti, dr Aisah Dahlan: Bikin Tenang
3. Takut Gagal dan Sulit Mandiri
Tekanan nilai membuat anak merasa cinta orang tua hanya tergantung pada prestasi akademik. Ini menumbuhkan rasa takut gagal dan menjauhkan anak dari keberanian untuk mencoba hal baru.
4. Potensi Asli Anak Terkubur
dr Aisah mengingatkan, setiap anak memiliki multiple intelligence atau kecerdasan ganda, tidak semua harus unggul di bidang akademik.
“Kalau anak tidak punya kecerdasan matematis, jangan dipaksa. Cari tahu dulu bakatnya di mana, bisa jadi dia punya kecerdasan musikalis atau visual-spasial,” katanya.
5. Gangguan Emosi dan Hubungan dengan Orang Tua
| 8 Perbedaan Anak Gen Z & Gen Alfa, dr Aisah Dahlan: Sama-Sama Melek Gawai tapi Pola Asuh Berubah |
|
|---|
| 5 Kesalahan Parenting yang Bisa Bikin Anak Trauma Seumur Hidup, dr Aisah Dahlan: Bilang Anak Pemalas |
|
|---|
| Pantang Menasihati Anak Perempuan saat Mau Menstruasi, dr Aisah Dahlan Ungkap Alasannya, 'Bertanduk' |
|
|---|
| Kesulitan Nasihati Anak? dr Aisah Dahlan Beberkan Kuncinya Dalam Islam: Kalau Kasar Menjauh |
|
|---|
| Cara Menasehati Anak Sesuai Ajaran Islam & Panduan Al-Qur’an, Begini Penjelasan dr Aisah Dahlan |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.