Berita Banda Aceh

Kecanggihan Teknologi harus Disikapi dengan Bijak, Gunakan Medsos Untuk Kemaslahatan Umat 

Kajian ini menjadi sorotan mengingat semakin banyaknya fenomena penyalahgunaan teknologi oleh generasi muda Aceh dalam platform media sosial TikTok

Editor: Muhammad Hadi
FOR SERAMBINEWS.COM
Kajian Aktual Tastafi yang diselenggarakan di Hotel Kyriad Muraya, Banda Aceh, malam ini mengangkat tema “Fenomena Rusaknya Generasi Aceh di TikTok: Dari Agam Teumeunak, Wanita Live Mandi Lumpur hingga Buka Aurat. Tanggung Jawab Siapa?” 

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Kajian Aktual Tastafi yang diselenggarakan di Hotel Kyriad Muraya, Banda Aceh, malam ini mengangkat tema “Fenomena Rusaknya Generasi Aceh di TikTok: Dari Agam Teumeunak, Wanita Live Mandi Lumpur hingga Buka Aurat. Tanggung Jawab Siapa?” 

Kajian ini menjadi sorotan mengingat semakin banyaknya fenomena penyalahgunaan teknologi oleh generasi muda Aceh dalam platform media sosial, khususnya TikTok

Tgk. H. Akmal Abzal, S.H.I, selaku moderator, membuka diskusi dengan menekankan pentingnya pemahaman terhadap dampak positif dan negatif dari teknologi. 

Dalam beberapa tahun terakhir, kemajuan teknologi telah memanjakan penghuninya dengan kemampuan melampaui batas ruang dan waktu. 

Namun, di balik segala kemudahan yang ditawarkan, terdapat risiko besar jika tidak disikapi dengan bijak. 

Baca juga: Ribuan Jamaah Ikuti Zikir Bersama di Halaman Masjid Raya Baiturrahman

“Kita sedang dan akan terus bertransformasi menuju peradaban yang instan dan pragmatis, yang memerlukan tabayyun (verifikasi) dan sensor. 

Kelak, kita akan memasuki dimensi baru di mana yang kuat akan bertahan, sementara yang lemah akan mudah dilupakan,” jelasnya.

Respons Terhadap Fenomena

Diskusi yang dipandu oleh Tgk. H. Akmal Abzal ini menyoroti berbagai aspek dari fenomena yang sedang marak terjadi di Aceh, khususnya terkait penggunaan TikTok

Dalam penyampaian materinya, Prof. Dr. H. Syamsul Rijal, M.A, mengungkapkan bahwa fenomena demoralisasi kini semakin nyata. 

TikTok, yang awalnya dibuat di Cina, namun menggunakan nama yang diambil dari kamus Arab, kini menjadi tempat penyebaran informasi dan ekspresi diri yang kadang-kadang melampaui batasan etika dan moral. 

"Fenomena ini harus dihadapi dengan regulasi etiko-religi untuk menjaga stabilitas sosial," ujarnya.

Baca juga: Ratusan Mahasiswa UBBG Dilatih Menangkal Hoax di Media Sosial

Senada dengan itu, Waled Rusli Daud, M.Ag, menambahkan bahwa salah satu penyebab pengaruh buruk media sosial adalah kurangnya iman, yang dipicu oleh pendidikan yang kurang tepat dari orangtua dan minimnya pendekatan kepada kaum remaja. 

Hal ini menuntut adanya peran aktif keluarga dalam mengarahkan anak-anaknya agar menggunakan media sosial dengan bijak.

Sementara itu, Abuya Habibi Waly menyoroti peran algoritma media sosial dalam mendorong konten viral yang tidak sesuai dengan nilai-nilai keislaman. 

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved