DERAP NUSANTARA

Merevitalisasi Tari Binih Aceh Tamiang yang Punah

Tari binih merupakan tari rakyat sebagai salah satu bentuk identitas masyarakat Aceh Tamiang, yang telah punah dan hilang dari tengah-tengah......

Editor: IKL
ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/nym.
lustrasi. Seniman menampilkan tarian kreasi yang dipadukan dengan kesenian tradisional pada pembukaan Pameran Ke-24 Teknologi Tepat Guna (TTG) tingkat provinsi di Jantho, Aceh Besar, Aceh, Selasa (30/5/2023). 

Adapun revitalisasi kontekstual adalah revitalisasi yang dijalankan dengan menggabungkan teks dengan teks-teks lainnya yang berasal dari luar atau memanfaatkan sebuah teks untuk kepentingan teks-teks lain.

Berdasarkan kedua jenis model revitalisasi tersebut, akan kelihatan jelas pemilahan dari contoh-contoh yang melengkapinya. Hal tersebut tanpa memilahkan pula mana yang dianggap baik dan tidak baik atau dampak positif dan negatifnya, dari proses pengerjaan revitalisasi tari rakyat tersebut.

Tari binih merupakan salah satu bentuk identitas masyarakat Aceh Tamiang yang telah mengalami kepunahan. Karena itu sangat perlu dilakukan usaha untuk menemukan kembali, merekonstruksi atau merevitalisasi tarian binih untuk mengembalikan dan menghidupkan kembali di tengah-tengah masyarakat Aceh Tamiang.

Usaha untuk menemukan, merekonstruksi, atau merevitalisasi kembali tari binih dapat dilakukan dengan cara revitalisasi tekstual maupun kontekstual.

Adapun revitalisasi tekstual dengan jalan merestrukturnya kembali seperti upaya mencari orang yang mengetahui keberadaan tari tersebut, melalui dokumen-dokumen yang berkenaan dengan tari, upaya merestrukturnya dan penyempurnaan kualitas dan pelaksanaannya, misalnya, membentuk kembali atau memperbaiki tarian dari segi koreografinya, pola lantai, iringan, rias, dan busana.

Untuk koreografi dapat dilakukan dengan cara pemadatan gerak, maksudnya adalah tari binih yang terdiri dari beberapa rangkaian gerak yakni gerak pokok, gerak penghubung, dan gerak peralihan ini dapat diolah atau disusun kembali yang menjadikan tari binih tersebut padat akan susunan koreografinya.

Secara umum, hal ini karena gerak-gerak dalam seni tari rakyat yang menjadi kekayaan dari sebuah tarian itu yang merupakan gerakan pengulangan atau disajikan berulang-ulang.

Jadi pemadatan yang dimaksud bukanlah berarti membuang sebagian dari kekayaan gerak yang ada, tetapi menyusun kembali kelompok-kelompok gerak sehingga tidak terjadi pengulangan gerak yang pada umumnya mempengaruhi durasi waktu yang digunakan.

Untuk pola lantai, dengan adanya pemadatan dari unsur gerak yang telah ditata sedemikian rupa, maka dengan sendirinya pola lantai yang ada akan berubah, karena disesuaikan dengan kebutuhan koreografi yang telah dipadatkan.

Yang perlu dipahami sebelum mengubah pola lantai tari tersebut ada yang harus dicermati agar perubahan pola lantai tidak merusak keseluruhan sajian tari. Ini dikarenakan pola-pola lantai dalam seni tari rakyat mengandung kekuatan tersendiri, seperti tari binih yang dibawakan di atas susunan dua lembar papan yang berada di atas bentangan tikar lebar.

Untuk iringan tari, disesuaikan dengan pola-pola gerak yang sudah dipadatkan dengan masih lengkap mempergunakan seperangkat alat pengiringnya. Rias wajah, kepala, tangan, dan kaki yang awalnya dilakukan secara tradisional, dikembangkan dengan menggunakan teknik/perlengkapan rias modern.

Pada awalnya rias wajah penari yang hanya menggunakan bedak (sering disebut saripohaci) dan untuk membentuk alis tebal menggunakan jelaga (kotoran dari lampu teplok minyak yang berwarna hitam yang dicampur dengan minyak jelantah (minyak bekas menggoreng), serta pemerah bibir menggunakan gincu dari sirih atau kertas warna, maka kini dapat menggunakan produk-produk kosmetik di pasaran.

Untuk rias kepala, dulunya menggunakan rambut penari sendiri yang disanggul kecil, kini dapat menggunakan sanggul buatan yang lebih besar ukurannya disesuaikan dengan bentuk wajah penari. Adapun rias tangan dan kaki yang sebelumnya polos pada bagian kuku dapat menggunakan pewarna kuku sesuai dengan warna yang diinginkan. Gelang-gelang kaki dan tangan yang semula lingkaran logam agar berbunyi gemerincingnya, maka kini dapat di tambah dengan bandulan agar lebih nyaring berbunyi.

Untuk busana dapat ditambahkan hiasan-hiasan lainnya yang mendukung penampilan penari.

Revitalisasi tekstual seni rakyat dapat juga dengan menggabungkan beberapa teks-teks lainnya yang sejenis maupun yang berbeda. Misalnya, menggabungkan beberapa teks gerak tari berinai Aceh Tamiang dengan tari binih Aceh Tamiang, di mana gerak-gerak tari berinai yang seperti gerakan silat digabungkan atau disisipkan pada gerakan tari binih yang bergerak di atas dua keping papan.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved