Presiden Jokowi Sambut Paus Fransiskus di Istana, Upacara Kenegaraan Digelar

Pemimpin negara Vatikan tersebut sempat berjabat tangan dengan seorang anak yang menunggunya.

|
Editor: Faisal Zamzami
Tangkapan layar YouTube
Presiden RI Joko Widodo (jokowi) menyalami pimpinan Umat Katolik sedunia Paus Fransiskus saat berkunjung ke Istana, Rabu (4/9/2024). 

Kunjungan ini sekaligus adalah perjalanan apostolik Paus ke Tanah Air setelah 35 tahun silam.

Paus pertama yang melakukan kunjungan ke Indonesia adalah Paus Santo Paulus VI pada 3-4 Desember 1970.

 Berselang 19 tahun kemudian, Paus Santo Yohanes Paulus II berkunjung ke Indonesia pada 9-14 Oktober 1989 silam.

Baca juga: 3 Terduga Teroris Ditangkap saat Paus Fransiskus Tiba di Indonesia, 1 di Gorontalo dan 2 di Bekasi

Paus Fransiskus Nilai Indonesia Negara Luar Biasa, Ajak Lawan Ekstremisme dan Intoleransi

Pemimpin Negara Vatikan yang sekaligus pemimpin Gereja Katolik sedunia, Paus Fransiskus, menilai Indonesia merupakan negara luar biasa yang saling menghormati antarsuku.

Pernyataan Paus Fransiskus tersebut ia sampaikan dalam sambutannya saat bertemu Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, Jakarta, Rabu (4/9/2024).

Mengutip tayangan langsung YouTube Kompas TV, Paus menyampaikan sambutannya dalam Bahasa Italia, namun terdapat terjemahan dalam Bahasa Indonesia di layar tayangan.

 
“Indonesia adalah negara luar biasa untuk perbedaan yang bisa menyatu sebagai satu bangsa. Di sini semua suku saling menghormati,” demikian tertulis dalam terjemahan sambutan Paus.

“Kita harus memperhatikan keseimbangan perbedaan kebudayaan dan ideologi. Kita harus selalu membela perbedaan karena merupakan karya artisanal,” tambahnya.

Paus menambahkan, seorang bijaksana pernah mengatakan politik adalah kebebasan yang utama.

“Kita harus melawan ekstremisme dan intoleransi, yang atas nama agama berusaha menggunakan kekerasan untuk mengambil kekuasaan,” tambahnya.

“Gereja Katolik ingin mencapai perdamaian dan menghormati semua agama.”


Saat ini, kata dia, kita melihat hambatan besar untuk mencapai perdamaian, termasuk adanya kekerasan akibat tidak menghormati perbedaan.

“Ini menyebabkan perang dan kekerasan.”

“Banyak sekali konteks di mana tidak ada usaha untuk mencapai keadilan. Untuk mencapai kehidupan tanpa kekerasan dan kebebasan," tuturnya.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved