Seni Budaya
Bakeutok Seni Sastra Tutur yang Sudah Punah di Aceh
Sebentar kemudian, seorang lelaki berusia 70-an tahun datang dan duduk di kursi yang telah disediakan bersama mejanya. Dia adalah seorang tukang cerit
Oleh: Nab Bahany As, Budayawan, tinggal di Banda Aceh
SELEPAS shalat Isya, beberapa anak muda kampung berinisiatif mencari sebuah meja dan satu kursi untuk diletakkan di teras depan meunasah. Lalu di atas meja itu ditaruh lima kelapa muda yang sudah dikupas tampuknya, disertai lima bungkus rokok Commodore. Saat itu pula satu per satu penduduk kampung mulai berdatangan ke meunasah, mereka saling mencari tempat duduknya yang tidak jauh berhadapan dengan meja tadi.
Sebentar kemudian, seorang lelaki berusia 70-an tahun datang dan duduk di kursi yang telah disediakan bersama mejanya. Dia adalah seorang tukang cerita Bakeutok yang sangat digemari masyarakat, terutama di wilayah Pidie dan Aceh Utara. Bakeutok ini adalah salah satu jenis kesenian tradisional Aceh dalam bentuk sastra tutur, yang kini boleh dibilang sudah punah dalam masyarakat Aceh, seiring telah tiadanya beberapa tukang cerita Bakeutok ini yang tidak meninggalkan generasi penerusnya.
Seni tradisional Bakeutok, dulunya pernah berkembang dalam masyarakat Pidie dan Aceh Utara. Di tahun-tahun 1960-1970-an seni Bakeutok termasuk seni tradisional Aceh yang digemari masyarakat. Dan ketika itu tukang cerita Bakeutok ini pun tidak banyak, hanya satu dua orang yang pandai melakoni cerita Bakeutok ini. Sehingga tukang cerita Bakeutok dulu sering diundang khusus oleh masyarakat dari satu kampung ke kampung lainnya, hanya untuk menceritakan Bakeutok, sebuah cerita yang berkisah tentang sejarah penyebaran agama Islam di Jazirah Arab, mulai dari sebelum Islam hingga datangnya agama Islam.
Sumber yang saya dapatkan, awalnya cerita Bakeutok ini berasal dari Parsia, yang masuk ke Aceh pada zaman kerajaan Islam Samudra Pasai. Kemudian kitab cerita berbahasa Parsia yang tebalnya hampir 6.000 halaman ini, disalin ulang dalam bentuk hikayat berbahasa Melayu Jawi dalam yang diberi judul “Hikayat Amir Hamzah” (Teuku Iskandar: 1996).
Isi dari Hikayat Amir Hamzah inilah yang oleh orang Aceh Bakeutok sebagai seni sastra tutur yang pernah berkembang dalam masyarakat Aceh dahulu. Bahkan nama orang yang mahir menceritakan bentuk seni sastra tutur Bakeutok ini di kampung-kampung di Aceh dulu, juga dipanggil dengan nama Bakeutok. Kalau misalnya ia bernama Ibrahim, karena ia tukang cerita Bakeutok, maka semua orang memanggilnya Ibrahim Bakeutok, atau Bakeutok Beurahim.
Baca juga: Rapai Pase dan Seni Tutur Antar Aceh Utara Raih Juara Musik Tradisional di Even PKA ke-8
Sama halnya dengan Tgk Adnan PMTOH, pelakon seni sastra tutur hikayat Malem Diwa dan hikayat Dangdeuria. Karena Tgk Adnan saat berpergian—dari Aceh Selatan ke Banda dulu—lebih suka naik bus PMTOH, maka seni tutur hikayat yang dilakoni Tgk Adnan, selain seni tutur itu dinamai PMTOH, nama Tgk Adnan sendiri juga dilekatkan dengan nama Tgk Adnan PMTOH.
Jadi, sejarah munculnya seni tutur PMTOH dalam masyarakat Aceh boleh dibilang bermula dari Tgk Adnan yang suka naik bus PMTOH, yang kemudian kata PMTOH ini selain melekat pada nama Tgk Adnan sendiri, juga menjadi nama salah satu seni tradisional Aceh dalam bentuk sastra tutur yang dilakoni oleh Tgk Adnan sendiri.
Tokoh dalam cerita
Demikian halnya Hikayat Amir Hamzah yang diceritakan dalam seni tutur Bakeutok. Seluruh isi cerita dalam Bakeutok ini hampir sepenuhnya berkisah sejarah kepahlawanan Saidina Hamzah (paman Nabi Muhammad) dalam menyebarkan agama Nabi Ibrahim (sebelum Islam), hingga turunnya agama Islam di Jazirah Arab. Karena itu, seluruh setting cerita Bakeutok ini berlangsung di Jazirah Arab. Hal ini diketahui berdasarkan sebutan nama-nama negeri di Jaziarah Arab saat itu yang sekarang sudah menjadi negara-negara Islam di Timur Tengah.
Menariknya, si tukang cerita Bakeutok ini memiliki kemampuan yang luar biasa dalam melokalacehkan peristiwa-peristiwa sejarah di Jazirah Arab itu, seakan-akan peristiwa itu berlangsung di Aceh, sesuai dengan tradisi dan budaya kehidupan orang Aceh sehari-hari. Ini kemampuan tukang cerita Bakeutok yang luar biasa dalam mengimprov cerita Timur Tengah ini dalam budaya kehidupan orang Aceh sehari-hari.
Ada dua tokoh utama dalam cerita Bakeutok ini, yaitu Saidina Hamzah (paman Nabi Mumuhammad) dan Umar Ruminyah. Saidina Hamzah digambarkan sosok pahlawan yang sangat ditakuti di Jazirah Arab kala itu, terutama oleh orang-orang yang tidak beragama Nabi Ibrahim sebelum datangnya Islam.
Sementara Umar Ruminyah (nama aslinya Umar Umayyah)--rang Aceh menyebutnya Umar Ruminyah--dalam cerita Bakeutok digambarkan sebagai tokoh paling cerdik dan berperawakan lucu, serta tidak pernah serius dalam melakukan sesuatu. Tapi Umar Ruminyah ini selalu dibutuhkan karena kecerdikannya dalam mengatasi setiap masalah yang dihadapi kaum muslimin.
Selain dua tokoh utama itu, dalam cerita Bakeutok, juga ada beberapa tokoh lain, seperti Lamdahud Ibnu Sa’dan, Khusyubbur Ibnu Sa’yan, dan seorang tokoh wanita bernama Ratu Mega Syamsyi. Tokoh-tokoh ini adalah musuh yang menentang Saidina Hamzah dalam menyebarkan agama Nabi Ibrahim. Sehingga dalam cerita Bakeutok ini peperangan demi peperangan antara kaum muslimin yang dipimpin Saidina Hamzah dengan pihak musuh yang menentang agama Nabi Ibrahim tak pernah sepi sepanjang ceritanya.
Sang tukang cerita juga sangat pandai mengimprov alur cerita yang berliku-liku, sehingga para audien (pendengarnya) seperti dibuai untuk tidak sabar mengetahui kejadian-kejadian selajutnya yang akan dikisahkan tukang cerita. Namun yang membuat kita kesal, ketika alur cerita yang dikisahkan sudah pada adegan-adegan yang menegangkan dalam cerita Bakeutok, hingga membuat audien tak sabar untuk mengetahui kejadian apa yang bakal terjadi selanjutnya dari cerita itu. Justru saat itu pula sang tukang cerita memotong ceritanya karena sudah laut malam, dan cerita tersebut akan diteruskan pada esok malamnya.
Teater MATA akan Pentaskan "JEEEH!?", Karya Almarhum Maskirbi yang Ditulis pada 1996 |
![]() |
---|
Band Lokal Tamiang Ramaikan Pentas Seni Musik Merah Putih |
![]() |
---|
Inilah 13 Motif, Filosofi dan Makna Kerawang Gayo dalam Kain Adat "Upuh Ulen-Ulen" |
![]() |
---|
GM Shangri-La Hotel, Kadis Pariwisata BM & Presiden Aceh Business Club Berdidong di Aceh Kring Kring |
![]() |
---|
Rapai Geleng Al-Jadid Meriahkan Acara Festival Kuliner Pijay, Begini Suasananya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.