Perang Gaza

Hizbullah Ingatkan Ratusan Ribu Warga Israel akan jadi Pengungsi jika Memperluas Perang di Lebanon

Kelompok bersenjata Lebanon tersebut mengatakan serangannya terhadap Israel merupakan bentuk solidaritas dengan warga Palestina di Gaza dan akan berak

Editor: Ansari Hasyim
MNA/screenshot
Kota Safed di wilayah utara negara pendudukan Israel mengalami pemadaman listrik secara massal saat diguyur serangan roket besar-besaran gerakan perlawanan Hizbullah, Jumat (13/9/2024). 

“Perlawanan memiliki kemampuan tinggi untuk terus berlanjut,” kata Hamdan kepada AFP saat diwawancarai di Istanbul.

“Ada martir dan ada pengorbanan … namun sebagai balasannya ada akumulasi pengalaman dan perekrutan generasi baru ke dalam perlawanan.”

Hamdan juga mengatakan bahwa serangan rudal oleh pemberontak Houthi Yaman yang menargetkan Israel tengah menunjukkan batas kemampuan Israel untuk mempertahankan diri.

"Ini adalah pesan kepada seluruh kawasan bahwa Israel bukanlah entitas yang kebal," katanya kepada kantor berita tersebut.

“Bahkan kemampuan Israel pun memiliki batas, dan kemungkinan mengembangkan aksi perlawanan terhadap entitas Zionis adalah kemungkinan yang serius dan nyata, bukan sekadar fantasi.”

Hamas Bantah Setujui Kehadiran Israel di Perbatasan Mesir-Gaza

Sumber senior dalam perlawanan Palestina melaporkan kepada Al Mayadeen bahwa Hamas dengan tegas membantah laporan bahwa mereka telah setuju untuk mengizinkan "Israel" mengendalikan Poros Philadelphia atau perbatasan Mesir-Gaza.

Hamas bersikeras pada penarikan tahap pertama dari Poros Philadelphia, sumber yang sama menekankan.

Perlu dicatat bahwa sumber senior Perlawanan mengatakan kepada  Al Mayadeen pada hari Rabu bahwa  pertemuan tripartit telah diadakan sebelumnya antara mediator Qatar dan Mesir serta Hamas untuk membahas penyelesaian jeda dalam perundingan.

Sumber tersebut menyatakan bahwa Hamas menegaskan kembali komitmennya terhadap proposal 2 Juli, yang awalnya diajukan oleh Presiden AS Joe Biden dan disetujui oleh semua pihak kecuali "Israel." 

Namun, penasihat keamanan nasionalnya kemudian mengungkapkan bahwa proposal tersebut berasal dari dokumen Israel.

Menurut sumber tersebut, para mediator meminta perubahan kecil, terutama mengenai penarikan pasukan Israel dari koridor Philadelphia dan kriteria pembebasan tawanan.

Perlawanan memiliki tuntutan yang jelas

Pada hari Senin, Izzat al-Rishq, anggota biro politik Hamas, menekankan bahwa kecuali tekanan diberikan pada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mematuhi persyaratan yang disepakati mengenai kesepakatan pertukaran tahanan, para tawanan Israel tidak akan melihat cahaya hari.

Al-Rishq menyatakan bahwa "semua orang tahu bahwa Netanyahu dan pemerintahan Nazi-nya adalah pihak yang menghalangi perjanjian tersebut."

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved