Opini
Pola Makan Masyarakat Aceh Meresahkan, Perubahan Perilaku Kesehatan Harus Segera Digalakkan
Perilaku kesehatan dalam masyarakat yang salah tentunya akan berpengaruh dan menimbulkan resiko terhadap tingginya angka kesakitan. Banyak sekali peny
Oleh: Siti Fainurryzky Annisa S Tr Gz*)
PERILAKU dan kesehatan merupakan suatu hal yang sangat erat dan saling memengaruhi, perilaku individu atau masyarakat akan dapat berdampak langsung pada kondisi kesehatan mereka, baik secara positif maupun negatif. Perilaku dengan kesehatan adalah keterkaitan antara tindakan, kebiasaan, dan pilihan individu atau kelompok dengan kondisi fisik, mental, dan sosial mereka.
Perilaku ini meliputi berbagai aspek seperti pola makan. Jika perilaku kesehatan dalam masyarakat sehat maka akan cenderung meningkatkan kesejahteraan dan mencegah penyakit, sementara sebaliknya perilaku yang tidak sehat dapat meningkatkan risiko penyakit degeneratif, penyakit kronis, menurunkan kualitas hidup, memperpendek harapan hidup, kecepatan pemulihan, serta kemampuan mereka untuk menjalani hidup yang lebih sehat dan sejahtera.
Perilaku kesehatan dalam masyarakat yang salah tentunya akan berpengaruh dan menimbulkan resiko terhadap tingginya angka kesakitan. Banyak sekali penyakit yang dapat ditimbulkan akibat perilaku kesehatan dalam masyarakat yang salah. Penyakit akibat perilaku kesehatan masyarakat sering kali terkait dengan gaya hidup, kebiasaan, atau pilihan yang kurang sehat.
Baca juga: Posyandu dan Transformasi Pelayanan Kesehatan Primer
Penyakit tidak menular akibat perilaku kesehatan masyarakat yang umumnya disebabkan oleh perilaku gaya hidup sangat berperan besar dalam perkembangannya yaitu Penyakit Kardiovaskular (Jantung dan Pembuluh Darah) akibat faktor seperti pola makan tinggi lemak, merokok, kurang aktivitas fisik, dan konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan hipertensi.
Penyakit Diabetes Tipe 2 akibat Pola makan yang buruk (tinggi gula dan lemak), obesitas, serta kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan diabetes tipe 2. Ini adalah kondisi yang meningkat pesat di masyarakat akibat perubahan gaya hidup.
Obesitas akibat Pola makan yang tidak sehat (tinggi gula, garam, dan lemak), konsumsi makanan olahan, dan gaya hidup yang kurang aktif dapat menyebabkan obesitas. Obesitas sendiri adalah faktor risiko untuk berbagai penyakit seperti diabetes, penyakit jantung, dan gangguan pernapasan. Dan masih banyak penyakit lainnya yang disebabkan oleh perilaku masyarakat.
Prevalensi penyakit degeneratif di Provinsi Aceh berdasarkan Data Riskesdas (2018) tercatat sekitar 1,6 persen, Hal ini dapat disebabkan salah satunya oleh pola makan tradisional Aceh yang kaya lemak dari santan dan daging, serta kurangnya aktivitas fisik.
Selanjutnya Prevalensi diabetes mellitus di Aceh adalah sekitar 1,8 % , Hal ini disebabkan pola makan yang kaya karbohidrat sederhana dan gula, ditambah rendahnya kesadaran tentang pentingnya nutrisi seimbang yang meningkatkan risiko diabetes mellitus di Aceh.
Prevalensi hipertensi di Aceh mencapai 29,3 % , salah satu pemicunya adalah konsumsi garam yang tinggi dalam makanan tradisional. Dan Prevalensi obesitas di Aceh sekitar 21,8 % , yang didorong oleh konsumsi makanan tinggi kalori dan lemak, serta rendahnya aktivitas fisik. Serta prevalensi penyakit ginjal di Aceh sekitar 0,3 % yang dipengaruhi oleh tingginya angka hipertensi dan konsumsi garam yang tinggi.
Tingginya angka penyakit degeneratif di Aceh disebabkan oleh berbagai faktor yang berkaitan dengan pola hidup, budaya makan, dan kondisi sosial ekonomi. Pola Makan Tinggi Kalori yaitu Pola makan masyarakat Aceh sering kali kaya akan makanan berlemak dan berkalori tinggi, seperti makanan bersantan dan gorengan.
Makanan seperti kari, gula, dan olahan daging dengan bumbu pekat adalah bagian dari makanan sehari-hari yang kaya lemak jenuh. Pola konsumsi karbohidrat yang tinggi yaitu Makanan pokok seperti nasi dimakan dalam porsi besar, dan sering kali disertai dengan lauk pauk yang kaya minyak dan santan.
Konsumsi karbohidrat yang tinggi tanpa diimbangi dengan aktivitas fisik yang cukup dapat meningkatkan risiko obesitas. Kurangnya Aktivitas Fisik dikarenakan memiliki gaya hidup sedentari dimana seiring dengan perkembangan teknologi dan urbanisasi, banyak orang di Aceh menjalani gaya hidup yang lebih sedentari (kurang bergerak), seperti bekerja di depan komputer atau menghabiskan banyak waktu di rumah tanpa aktivitas fisik.
Makanan tradisional di Aceh memang dari zaman dahulu dikenal lezat dan sangat menggungah selera, namun makanan tersebut cenderung memiliki nilai gizi yang belum seimbang. Sebagai contoh makanan khas Aceh yang tinggi lemak yang berasal dari daging dan santan yaitu Kuah Beulangong (terbuat dari daging sapi atau kambing yang dimasak dengan santan kental, rempah-rempah seperti cabai, bawang merah, bawang putih, ketumbar, jintan, dan daun kari), Gulai Kambing Aceh (daging kambing sebagai bahan utama, dimasak dengan santan dan bumbu rempah-rempah seperti kunyit, lengkuas, jahe, serta rempah lainnya.
Kuah santan yang kental membuatnya sangat kaya akan lemak), Sie Reuboh (daging sapi atau kambing yang dimasak dalam campuran cuka, garam, dan rempah-rempah. Meskipun tidak menggunakan santan, daging yang digunakan umumnya daging yang cukup berlemak dan kaya rasa), Kuah Pliek U (Gulai khas Aceh yang kaya akan santan dan biasanya menggunakan campuran sayur-sayuran, kelapa tua yang diperas (pliek), dan daging.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.