Cahaya Aceh
Keripik Pedas dan Ampera UMKM Ummu Aisha, Terinspirasi dari Hasil Alam yang Melimpah
makanan yang diproduksi UMKM Dapur Ummu Aisha sudah mendapat izin dari Dinkes dan bersertifikat halal.
Penulis: Yusmandin Idris | Editor: Safriadi Syahbuddin
Laporan Yusmandin Idris | Bireuen
SERAMBINEWS.COM, BIREUEN – Festival Kopi dan Kuliner Bireuen yang digelar di lapangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Cot Gapu Bireuen, beberapa waktu lalu, menampilakan sejumlah usaha kopi dan UMKM.
Dari sejumlah stan di pameran itu, terlihat satu meja kecil memajangkan produk berupa ampera dan keripik pedas.
Penjaganya adalah seorang ibu rumah tangga bernama Maulidasari (31) warga Desa Ceubrek, Peusangan Selatan, Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh.
Penasaran dengan produk ini, Serambinews.com mencoba memastikan apakah produk tersebut titipan orang atau miliknya sendiri.
Ternyata, produk ampera dan keripik pedas tersebut adalah miliknya dengan nama UMKM Dapur Ummu Aisha.
Berbekal informasi tersebut, Serambinews.com pada Rabu (18/9/2024) menelusuri usaha tersebut yang dikelolanya di Desa Ceubrek, Peusangan Selatan.
Setiba di sana, seorang wanita paruh baya terlihat sedang mengupas ubi kayu di depan rumahnya.
Dengan telaten, ia menggerakkan pisau dapur di tangannya untuk mengiris ubi yang terlihat begitu banyak.
Ubi merupakan bahan baku untuk keripik pedas, ampera dan lainnya.
Ruangan bagian belakang rumah dijadikan tempat produksi, dua kuali besar terlihat di sana berisi minyak goreng.
Ada beberapa tabung gas ukuran 3 kilogram dekat kuali.
Juga ada beberapa produk siap dipasarkan berada di salah satu meja.
Di dinding rumahnya terdapat sejumlah sertifikat pelatihan dan bimbingan teknis yang ia pajang.
Satu sepeda motor milik mereka terdapat dua keranjang kiri kanan.
Maulidasari mengaku usaha dikelola bersama suaminya bernama Furqan dilakukan sejak 2016 lalu.
Lulusan S1 Fikom Universitas Almuslim atau Umuslim Peusangan Bireuen 2016 ini mengatakan, usai diwisuda dan menikah ia langsung memulai usahanya ini.
Ketika tiba kampung suaminya Desa Ceubrek, ia melihat banyak tanaman ubi di desa tersebut.
Dari situ, ia mulai berfikir bagaimana caranya menjadikan hasil alam itu bernilai ekonomis, untuk membantu suaminya menghidupi keluarga.

Berbekal modal yang sangagt sedikit, ia bersama suaminya memulai usaha keripik pedas, ampera, dan lainnya.
Hasil produksinya dipasarkan di sejumlah swalayan dan supermarket.
Teman-temannya yang bekerja di kantor bupati juga ikut membantu memasarkan ampera dan keripik pedas Ummu Aisha.
“Kalau pemasaran secara manual sudah sampai ke Aceh Utara, melalui online sudah luas, banyak orang pesan dan kita kirim ke alamat,” ujarnya.
Bahan baku, katanya, tanaman ubi yang ditanam oleh masyarakat di desanya dan juga desa-desa tetangga.
Ia tidak membeli bahan baku dari tempat lain karena khawatir kualitasnya tidak sama dengan ubi yang ada di desa tempat tinggalnya.
Menurut Maulidasari, setiap minggu ia memproduksi dua atau tiga kali. Setiap bulan menghabiskan 800 kilogram ubi.
Ia mengatakan, makanan yang diproduksi UMKM Dapur Ummu Aisha sudah mendapat izin dari Dinkes dan bersertifikat halal.
Sementara itu, ia mengikuti Festival Kopi dan Kuliner beberapa waktu lalu, berawal dari informasi teman-temannya.
Kemudian, ia menghubungi panitia dan menyatakan keinginannya untuk berpartisipasi pada festival itu.
Panitia pun memberikan izin.
“Ajang promosi ini sangat bagus dirancang panitia. Kami dari UMKM berkesempatan untuk mempromosikan produk-produk kami," ujarnya.
Selain keripik pedas dan ampera, Maulidasari juga memproduksi keripik pisang kepok.
Bila mendekati Lebaran, banyak pesanan yang harus dikerjakan bersama kaum ibu di desanya.
Ia berharap produknya sebagai sumber ekonomi keluarga dapat mendapat tempat di lidah masyarakat Aceh, sebagai oleh-oleh khas dari UMKM Dapur Ummu Aisha, Desa Ceubrek, Peusangan Selatan.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.