Cahaya Aceh
Kue Keukarah Camilan Tradisional Aceh yang Masih Bertahan, Gurih dan Renyahnya tak Tergantikan
Kue keukarah ini merupakan camilan tradisional khas Aceh yang masih bertahan hingga saat ini. Gurih dan Renyahnya belum tergantikan.
Penulis: Yusmandin Idris | Editor: Safriadi Syahbuddin
Laporan Yusmandin Idris | Bireuen
SERAMBINEWS.COM, BIREUEN – Kue Keukarah, salah satu kue khas Aceh produk UMKM Keukarah Dek Ta Manih, Desa Matang Pasi, Kecamatan Peudada, Kabupaten Bireuen. UMKM ini mulai produksi 2015 dan kini sudah dipasarkan hingga ke Banda Aceh dan Aceh Tamiang.
Serambinews.com beberapa hari lalu berkunjung ke tempat usaha atau rumah produksi kue khas Aceh tersebut.
Seorang ibu rumah tangga bernama Asrita (42) terlihat sedang menggoreng kue tersebut. Begitu juga suaminya Zulkarnaini (47) ikut membantu menggoreng. Terlihat juga tiga wanita lainnya sibuk memasukkan hasil gorengan ke dalam wadah besar.
“Mau dibawa ke Aceh Timur, ada beberapa pesanan belum diantar,” ujar Asrita kepada Serambinews.com.
Tiga belanga gorengan terlihat di area bagian dapur, ada juga beberapa tabung gas. Di bagian tengah ada wadah sudah berisi puluhan kue keukarah yang akan dimasukkan dalam plastik atau dikemas, untuk dikirim kepada pemesan.
Kue Keukarah, katanya, salah satu kue yang terbuat dari tepung beras, gula dan air, merupakan cemilan tradisional khas Aceh yang masih bertahan hingga saat ini.

Tepung beras yang digunakan juga harus memperhatikan kualitas sebelum diolah menjadi tepung. Apabila kualitas beras tidak bagus maka hasil kue keukarah juga akan kurang bagus.
Usaha yang dikerjakan suami istri serta dibantu anaknya dan keluarga lain dimulai tahun 2015 lalu, awalnya hanya memenuhi pesanan untuk kebutuhan lebaran.
Karena dari hari ke hari makin banyak warga yang memesan kue tersebut, akhirnya Asrita dan suaminya memproduksi dalam jumlah banyak, mengurus izin dan juga lainnya.
Selain itu, mereka juga mengikuti berbagai pelatihan, ikut pameran maupun ikut perlombaan yang diselenggarakan Pemkab Bireuen.
Home industri yang dikelolanya sudah mengantongi izin IRT dan juga sudah mendapatkan sertifikat halal, sekarang lagi mengurus hak paten.
“Kami ingin memiliki hak paten, namun syaratnya belum kami tahu,” ujar Asrita.

Hasil produksi, katanya, dulunya dipasarkan dengan sepeda motor mulai dari Bireuen sampai ke Lhoksukon dan Banda Aceh. Sejak setahun lalu hasil produksi dipasarkan dengan kendaraan roda empat dibawa sampai ke Kuala Simpang dan Banda Aceh.
Harga jual katanya, tergantung besar kecilnya Kue Keukarah. Ada yang harganya Rp 1.000/potong, ada juga Rp 2.000/potong, bahkan ada yang harganya Rp 5.000/potong.
Aceh Optimalkan Wisman Malaysia |
![]() |
---|
Dalam 4 Bulan, Sudah 7,3 Juta Wisatawan Kunjungi Aceh |
![]() |
---|
Kunjungan Wisatawan ke Aceh Meningkat Tajam, Capai 7,3 Juta pada Awal 2025 |
![]() |
---|
Dari Jamuan Malam ke Arah Masa Depan: Wagub Aceh Ajak Dunia Tengok Keindahan Aceh |
![]() |
---|
Aceh Travel Mart 4.0, Gubernur Tegaskan Komitmen Menuju Destinasi Wisata Halal Dunia |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.