Perang Gaza

Benjamin Nethanyahu Ancam Hancurkan Lebanon Layaknya Gaza

Anda memiliki kesempatan menyelamatkan Lebanon sebelum jatuh ke jurang perang panjang yang akan menyebabkan kehancuran dan penderitaan seperti yang ki

Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM/Al Jazeera
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan Lebanon bisa menghadapi kehancuran seperti Gaza. 

Laporan Sri Anggun Oktaviana I Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM - Perdana Mentri Israel Benjamin Netanyahu  memperingatkan akan menghancurkan Lebanon layaknya Gaza jika masih tidak mau melepaskan diri dari Hizbullah.

"Anda memiliki kesempatan menyelamatkan Lebanon sebelum jatuh ke jurang perang panjang yang akan menyebabkan kehancuran dan penderitaan seperti yang kita lihat di Gaza," ancam Netanyahu dalam pidatonya dikutip dari Kantor Berita AFP, Selasa (8/10/2024).

Ia juga mengatakan bahwa Lebanon harus lepas dari Hizbullah sehingga perang dapat berakhir.

"Saya katakana kepada Anda, rakyat Lebanon, Lepaskan negara Anda dari Hizbullah sehingga perang ini dapat berakhir," lanjut Netanyahu.

"Anda berada di persimpangan jalan yang penting..Berdirilah dan rebut Kembali negara Anda," ujar Perdana Menteri Israel itu.

Baca juga: Tentara Israel Serang dan Kepung 3 Rumah Sakit di Gaza Utara: Bawa Pergi Pasien, Dibunuh atau Dibom

"Kalau anda tidak melakukannya, Hizbullah akan terus mencoba memerangi Israel dari daerah padat penduduk dengan mengorbankan kalian. Mereka tidak peduli jika Lebanon terseret ke perang yang lebih luas."

Perdana Menteri brumur 74 tahun itu menambahkan, pasukan Israel telah menewaskan ribuan lawannya termasuk pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah dan juga calon penggantinya.

Pada hari Sabtu (5/10/2024), sumber tingkat tinggi di Hizbullah menyampaikan bahwa mereka kehilangan kontak dengan Hashem Safieddine, orang yang di gadang-gadang sebagai pengganti Hassan Nasrallah memimpin Hizbullah.

Safieddine hilang kontak setelah serangan Israel pekan lalu, namun juru bicara militer Israel Daniel Hargari tidak mengonfirmasi bahwa Safieddine terbunuh.

"Kami menyerang markas besar di daerah Dahiyeh, Beirut... dan kami tahu Safieddine ada di sana," ujar Hagari yang disiarkan televisi. 

Dahiyeh berada di pinggiran selatan Beirut, salah satu benteng Hizbullah.

"Hasil serangan ini masih diselidiki. Hizbullah berusaha menyembunyikan rinciannya," klaim Hagari. 

Militer Israel saat ini menggempur pinggiran selatan Beirut dengan serangan udara yang terus-menerus, menargetkan para pemimpin dari Hizbullah, instalasi militer, dan tempat penyimpanan senjata.

Iran Didesak Percepat Buat Senjata Nuklir sebelum Terlambat Dibombardir Israel

Puluhan anggota parlemen Iran menulis surat kepada Dewan Keamanan Nasional Tertinggi negara itu, menyerukan tindakan segera untuk mengembangkan senjata nuklir karena ancaman Israel meningkat di kawasan itu.

Ke-39 anggota parlemen berpendapat Iran perlu mengevaluasi ulang doktrin pertahanannya, Hassan Ali Akhlaghi, salah satu penandatangan, mengatakan kepada situs berita semi-resmi ISNA.

“Saat ini, tidak ada satu pun organisasi internasional, bahkan negara Eropa atau AS yang mampu mengendalikan rezim Zionis, dan rezim tersebut melakukan kejahatan apa pun yang dapat dilakukannya, jadi kami menulis surat ini,” katanya.

Pemimpin Tertinggi Aytollah Ali Khamenei mengeluarkan keputusan keagamaan dua dekade lalu yang menyatakan senjata nuklir dilarang berdasarkan prinsip-prinsip Islam. 

Namun seruan untuk mengubah kebijakan tersebut semakin disuarakan oleh kelompok garis keras di Teheran selama meningkatnya permusuhan di seluruh wilayah.

Rumah Sakit Indonesia di Gaza Dikepung Tentara Zionis, Pasien, Staf Medis Diminta Pergi atau Dibunuh 

Rumah Sakit Kamal Adwan, Al-Awda, dan Rumah Sakit Indonesia di Gaza utara saat ini dalam kondisi darurat akibat ancaman dan pengepungan yang dilakukan tentara zionis Israel.

Ketiga rumah sakit itu menampung dan merawat sedikitnya 700.000 warga Palestina, termasuk ribuan pasien kritis dan sejumlah besar wanita, anak-anak, dan orang tua, telah menerima panggilan ancaman dari pasukan pendudukan Israel untuk mengevakuasi tempat tersebut.

Jika mereka tetap berada di area rumah sakit, IOF memperingatkan bahwa semua individu akan menjadi sasaran langsung dan berada di bawah pemboman Israel. 

Militer pendudukan Israel telah mendeklarasikan Gaza utara sebagai zona militer, mengintensifkan pemboman dan invasi ke kota-kotanya. 

Bulan lalu, Menteri Diaspora Israel, Amichai Chikli, mengusulkan rencana untuk menduduki wilayah di Jalur Gaza utara dan pembersihan etnis terhadap penduduknya.

Chikli mengusulkan pembentukan koridor lain yang membentang dari garis timur laut yang memisahkan wilayah Palestina yang diduduki Israel '48 dari Jalur Gaza ke arah pantai timur laut Jalur Gaza

Dalam ketentuan saat ini, ini akan mencakup dua kota besar Palestina, yaitu Beit Hanoun dan Beit Lahia. 

Menurut statistik yang dirilis pada tahun 2017, hampir 89.838 warga Palestina tinggal di Beit Lahia sementara 52.237 lainnya tinggal di Beit Hanoun.

Carte blanche untuk eksekusi

Kantor Media Pemerintah Gaza mengeluarkan pernyataan yang mengungkapkan bahwa pendudukan Israel telah mulai mengepung Rumah Sakit Kamal Adwan, menargetkan administrasinya dengan tembakan langsung, dan memblokir semua bahan bakar untuk sampai ke tempatnya, sehingga membahayakan operasinya. 

Dalam pernyataan penolakannya yang sebesar-besarnya terhadap penghancuran sistematis sektor perawatan kesehatan di Gaza oleh Israel, Kantor Media mendesak masyarakat internasional untuk segera memobilisasi dan melindungi rumah sakit utama di distrik utara, sebelum skenario Kompleks Medis Al-Shifa terulang, dan semua orang yang ada di dalamnya, baik tenaga medis, warga sipil, maupun pasien, dieksekusi. 

Amerika Serikat dan pendudukan Israel dianggap bertanggung jawab atas hancurnya sektor perawatan kesehatan Gaza

Hamas mengecam evakuasi dan peringatan tersebut sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional dan upaya kriminal untuk melaksanakan rencana pemindahan yang dilakukan oleh pemerintah pendudukan fasis.

"Ancaman teroris terhadap rumah sakit , dan tuntutan untuk mengevakuasi mereka di bawah tekanan pemboman, agresi, dan penargetan langsung, sama saja dengan hukuman mati bagi ribuan pasien dan yang terluka di dalamnya, termasuk wanita, orang tua, dan anak-anak."

Namun, Hamas menegaskan bahwa rakyat dan Perlawanan Gaza akan tetap teguh dan terus melawan penjajah meskipun ada agresi terus-menerus terhadap tempat perlindungan, rumah, dan rumah sakit di Jalur Gaza, menegaskan kembali hak Palestina untuk menentukan nasib sendiri dan pembebasan.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved