Luar Negeri

Jika Musuh Menyerang, Kim Jong-un Tak Ragu Gunakan Senjata Nuklir

Ia menegaskan bahwa Korea Utara tidak akan ragu menggunakan kekuatan militer, termasuk senjata nuklir, jika ada negara yang mencoba menyerang mereka.

Editor: Faisal Zamzami
Istimewa
Rudal balistik antarbenua (ICBM) Hwasong-17 sebelum uji tembak, di lokasi yang dirahasiakan di Korea Utara pada 24 Maret 2022 (kanan). Presiden Korut Kim Jong Un (Kiri) 

Situasi di Semenanjung Korea terus memanas. Korea Utara dilaporkan telah meluncurkan balon berisi sampah ke wilayah Korea Selatan sebagai bentuk balasan atas penyebaran selebaran anti-Pyongyang yang dilakukan oleh pembelot Korea Utara dan aktivis di Selatan. 

Menanggapi tindakan tersebut, militer Korea Selatan mulai melakukan siaran propaganda anti-Pyongyang melalui pengeras suara di sepanjang perbatasan sejak 21 Juli lalu.

Dalam pidatonya, Kim kembali menegaskan sikap bahwa Korea Utara dan Korea Selatan adalah "dua negara yang bermusuhan". 


"Sebelumnya, kita berbicara tentang pembebasan Selatan atau penyatuan dengan kekuatan militer. Namun, kita tidak tertarik dengan itu lagi. Sejak kita menyatakan posisi dua negara terpisah, kita tidak pernah memikirkan negara itu," kata Kim.

"Kita tidak punya niat menyerang Republik Korea. Sangat aneh untuk sekadar memikirkan negara itu, dan kita tidak ingin bertemu dengan mereka," ujarnya.

Baca juga: Gagal Cegah Banjir Bandang di Korut, Kim Jong Un Ngamuk Perintahkan Eksekusi 30 Pejabat Korea Utara

Para ahli menyatakan bahwa pidato Kim ini menunjukkan bahwa Korea Utara dapat meresmikan kebijakan kekuatan nuklir mereka dan sikap "dua negara bermusuhan" dalam konstitusi yang baru.

"Kunjungan Kim ke universitas tersebut pada hari pembukaan sidang Majelis Tertinggi Rakyat sangat simbolis," ujar Hong Min, peneliti senior di Institut Unifikasi Nasional Korea. 

Menurutnya, Korea Utara kemungkinan akan memodifikasi klausul teritorial mereka secara lebih agresif, termasuk terkait batas maritim.

Pada akhir tahun lalu, Kim juga pernah menyatakan bahwa hubungan antara Korea Utara dan Korea Selatan adalah hubungan "dua negara yang bermusuhan". Ia menegaskan bahwa tidak ada gunanya mencari rekonsiliasi dengan Selatan.

Kim kemudian menyerukan revisi konstitusi yang akan menghapus klausul terkait penyatuan Korea dan menegaskan komitmen untuk menaklukkan wilayah Korea Selatan jika terjadi perang.

Kunjungan Kim ke Universitas Pertahanan Nasional yang bertujuan merayakan hari jadi ke-60 universitas tersebut juga dipandang memiliki makna strategis. 

Presiden universitas, Jon Il-ho, yang telah dikenakan sanksi oleh Amerika Serikat atas perannya dalam pengembangan senjata pemusnah massal dan rudal balistik, turut mendampingi dalam kunjungan ini.

Baca juga: VIDEO - Ketahuan Nonton Drakor, 30 Remaja Korut Dieksekusi dan Penjara Seumur Hidup

Militer Korea Selatan Deteksi Korea Utara Memulai Pembangunan Kapal Selam Nuklir

Militer Korea Selatan mendeteksi tanda-tanda awal pembangunan kapal selam nuklir di Korea Utara.

Hal ini menambah kekhawatiran atas upaya Pyongyang untuk memperkuat persenjataan canggihnya di tengah ketegangan yang masih berlangsung di Semenanjung Korea.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved