Mihrab

Mengembalikan Fitrah Pendidikan, Tgk Burhanuddin: Orangtua Tanggung Jawab Pertama

Potensi tersebut bertujuan agar manusia dapat menjalankan peran utamanya sebagai ‘abd (hamba) dan khalifah di muka bumi.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Ansari Hasyim
FOR SERAMBINEWS.COM
Pengurus Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh, Tgk Burhanuddin SPdI MA 

Mengembalikan Fitrah Pendidikan, Tgk Burhanuddin: Orangtua Tanggung Jawab Pertama

SERAMBINEWS.COM - Pendidikan memiliki peran krusial dalam membimbing manusia mengembangkan fitrah dasar yang telah Allah SWT tanamkan.

Konsep fitrah dalam Islam merujuk pada potensi dasar yang dimiliki oleh setiap manusia, yang meliputi sikap-sikap baik.

Potensi tersebut bertujuan agar manusia dapat menjalankan peran utamanya sebagai ‘abd (hamba) dan khalifah di muka bumi.

Pengurus Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh, Tgk Burhanuddin Alkhairy mengatakan, sejak lahir manusia belum mampu mengembangkan potensi fitrah tersebut secara mandiri, sehingga dibutuhkan peran aktif orang tua dan lingkungan sekitar dalam membimbing anak. Proses ini disebut pendidikan.

“Pendidikan adalah sebuah proses, usaha dasar yang dilakukan untuk melatih dan memilihara potensi anak, melatih kecerdasan pikirannya dan menumbuhkan akhlak baiknya, jika tidak maka akan tumbuh sebaliknya,” ujarnya, Kamis (17/10/2024).

Dalam pandangan Imam-Al-Gazali disebutkan tujuan utama pendidikan adalah membentuk manusia yang beriman dan bertakwa, bukan sekedar manusia yang memiliki kecerdasan intelektual semata.

Karena itu, proses pengembangan fitrah manusia harus menuju kepada kebersihan dan kesucian hati, kemandirian pribadi yang belandaskan nilai-nilai moral, akhlak dan potensi bakal alamiah yang dimilikinya. 

“Nabi Muhammad SAW mengingatkan kita sebagai umatnya, “tidak ada satu anakpun yang dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menyebabkannya menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi’ (HR. Bukhori dan Muslim dari Abu Hurairah),” sebut Tgk Burnauddin.

Ia menjelaskan, dalam hadis itu dapat dipahami bahwa tanggungjawab pertama dalam pengembangan fitrah manusia dalam pendidikan adalah kedua orang tuanya.

Maka disaat orang tuanya menyadari ketidakmampuan untuk mendidik, maka orangtua diwajibkan memberikan pendidikan yang layak dan patut kepada pihak lain. 

“Dikalangan masyarakat Aceh memiliki titik tekan yang telah menjadi budaya, sehingga ada tradisi ‘Jak intat aneuk jak bak rumoh beut/tengku’.

Ini adalah sebagian karakter orang tua kita dulu memiliki kesadaran moral dan spiritual ketika orang tua tidak mampu mengajarkan di rumah,” jelasnya.

Dosen STAI Tgk Chik Pante Kulu ini menerangkan, ketika tengku yang mengajarkan anak yang diantarkan itu, mereka memperlakukannya seperti anaknya sendiri.

Maka tak jarang kecintaan sebagian masyakarat Aceh kepada ulama disebabkan karena didikasi yang tulus saat mendidik anak-anak yang ia ajarkan. 

Melihat pesatnya perkembangan teknologi dan  informasi di era saat ini, telah mempengaruhi dunia pendidikan, tidak hanya di sekolah tapi juga proses anak mendapatkan pendidikan dirumah pun telah diregut oleh teknologi.

“Sehingga terjadi fenomena bahwa generasi kita di era ini banyak mengetahui namun betapa diantara mereka ada yang tidak menyadari dan melaksanakannya dengan benar.

Dan betapa terkejutnya kita hari ini, anak-anak Gen Z atau Gen Alpha telah tergerus nilai akhlaknya,” imbuhnya.

Keadaan yang telah bergeser ini, kata Tgk Buranuddin, diperlukan sikap kolektif, mulai dari orang tua, lingkungan dan pengembil kebijakan mengembalik nilai-nilai pendidikan islam, dengan menanamkan adab, akhlak dan etika.

Diantaranya adalah melalui pembiasaan-pembiasan aktivitas seperti, pembiasaan ibadah shalat, zikir, membaca dan mempelajari Al-Quran, soft skill, keahlian dasar dan lainnya, baik di rumah maupun di lingkungan sekolah,” harapnya. (ar)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved