Perang Gaza

Yahya Sinwar jadi Inspirasi Perlawanan Warga Gaza Setelah IDF Merilis Video Saat-saat Akhir Hidupnya

Dia syahid sebagai pahlawan, menyerang bukan melarikan diri, mencengkeram senapannya, dan bertempur melawan tentara pendudukan di garis depan

Editor: Ansari Hasyim
medsos
Yahya Sinwar duduk di reruntuhan rumahnya dan detik-detik terakhir dari hidupnya menjelang syahid saat bertempur melawan penjajah Israel. 

SERAMBINEWS.COM - Bagi seorang ayah asal Gaza, kesyahidan Yahya Sinwar dalam pertempuran saat mencoba memukul mundur pesawat tanpa awak dengan tongkat adalah bagaimana para pahlawan mati syahid.

Bagi yang lain, itu adalah contoh bagi generasi mendatang meskipun beberapa orang mengeluhkan biaya perang yang sangat besar yang dipicunya dengan Israel.

Sinwar, yang diklaim arsitek operasi Banjir Alqsa pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel yang memicu perang di Gaza, syahid pada hari Rabu oleh pasukan Israel setelah perburuan selama setahun, dan kesyahidannya diumumkan pada hari Kamis.

Sebuah video dari menit-menit terakhirnya, yang menunjukkan dia menutup wajahnya dengan kain kafiyeh dan terluka di sebuah rumah yang hancur akibat tembakan, sambil mencoba melemparkan tongkat ke sebuah pesawat tak berawak yang merekamnya, menumbuhkan kebanggaan di kalangan warga Palestina.

Baca juga: Hingga Napas Terakhir, Yahya Sinwar Masih Berperang di Garis Depan untuk Palestina yang Merdeka

“Dia syahid sebagai pahlawan, menyerang bukan melarikan diri, mencengkeram senapannya, dan bertempur melawan tentara pendudukan di garis depan,” kata pernyataan Hamas yang berduka atas kematian Sinwar.

Jasa Yahya Sinwar yang mati syahid usai dibombardir tank Markava zionis Israil. Pada detik-detik akhir dari hidupanya, Yahya Sinwar masih terus berjuang di garis depan bersama pejuang Palestina melawan tentara pendudukan zionis Israel.
Jasa Yahya Sinwar yang mati syahid usai dibombardir tank Markava zionis Israil. Pada detik-detik akhir dari hidupanya, Yahya Sinwar masih terus berjuang di garis depan bersama pejuang Palestina melawan tentara pendudukan zionis Israel. (SERAMBINEWS.COM/MEDSOS x)

Dalam pernyataan tersebut, Hamas bersumpah bahwa penghapusannya hanya akan memperkuat kelompok tersebut, dan menambahkan bahwa Hamas tidak akan berkompromi mengenai persyaratan untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata-penyandera dengan Israel.

"Dia syahid mengenakan rompi militer, bertempur dengan senapan dan granat, dan saat terluka dan berdarah, dia bertempur dengan tongkat. Beginilah cara pahlawan syahid," kata Adel Rajab, 60 tahun, seorang ayah dua anak di Gaza.

“Saya telah menonton video itu 30 kali sejak tadi malam, tidak ada cara yang lebih baik untuk mati,” kata Ali, seorang sopir taksi berusia 30 tahun di Gaza.

“Saya akan menjadikan video ini sebagai kewajiban saya untuk ditonton setiap hari oleh anak-anak saya, dan juga cucu-cucu saya di masa mendatang,” tutur ayah dua orang anak ini.

Yahya Sinwar saat masih muda dan saat ketika menjelang akhir hidupnya mengobarkan perlawanan untuk Palestina yang merdeka dari penjajahan Israel.
Yahya Sinwar saat masih muda dan saat ketika menjelang akhir hidupnya mengobarkan perlawanan untuk Palestina yang merdeka dari penjajahan Israel. (SERAMBINEWS.COM/MEDSOS X)

Menurut Pasukan Pertahanan Israel, Sinwar bersama dua orang pejuang lainnya saat mereka terlihat Rabu malam di kawasan Tel Sultan, Rafah oleh pasukan Israel, yang menembaki ketiga orang itu dan melukai mereka. 

Dua orang menuju ke satu gedung, dan yang ketiga, yang kemudian diketahui bernama Sinwar, masuk ke gedung lain, kata militer. 

Tank-tank IDF dan pasukan lainnya kemudian menembaki kedua gedung tersebut.

Sinwar kemudian naik ke lantai dua. Sebuah tank menembakkan peluru lagi ke gedung itu, dan satu peleton infanteri bergerak maju untuk menggeledahnya. 

Sinwar melemparkan dua granat, yang salah satunya meledak. Para prajurit mundur, dan sebuah pesawat nirawak terbang masuk untuk menggeledah ruangan itu. 

Pesawat itu menemukan seorang pria dengan lengan terluka dan wajahnya tertutup — Sinwar — yang melemparkan tongkat kayu ke pesawat nirawak itu.

Kesyahidanya terjadi hanya setahun setelah serangan 7 Oktober di Israel yang menewaskan 1.200 orang, dan 251 orang lainya dibawa ke Gaza sebagai sandera.

Perang yang dipicu oleh serangan itu telah menghancurkan Gaza, menewaskan lebih dari 42.000 warga Palestina.

Kata-kata Sinwar sendiri dalam pidato sebelumnya, yang mengatakan ia lebih baik mati di tangan Israel daripada terkena serangan jantung atau kecelakaan mobil, telah berulang kali dibagikan oleh warga Palestina secara daring.

“Hadiah terbaik yang dapat diberikan musuh dan pendudukan kepada saya adalah membunuh saya dan saya akan menjadi martir di tangan mereka,” katanya.

Alat perekrutan?

Kini sebagian warga Palestina bertanya-tanya apakah Israel akan menyesal mengizinkan pemenuhan keinginan itu disiarkan sebagai alat perekrutan potensial bagi organisasi yang telah bersumpah untuk dihancurkannya.

“Mereka mengatakan dia bersembunyi di dalam terowongan. Mereka mengatakan dia menjaga tahanan Israel di dekatnya untuk menyelamatkan nyawanya. Kemarin kami melihat dia memburu tentara Israel di Rafah, tempat pendudukan telah beroperasi sejak Mei,” kata Rasha, seorang ibu empat anak berusia 42 tahun yang mengungsi.

"Begitulah cara para pemimpin bertindak, dengan senapan di tangan. Saya mendukung Sinwar sebagai seorang pemimpin dan hari ini saya bangga padanya sebagai seorang martir," tambah Rasha.

Sementara di Ramallah, Murad Omar, 54, mengatakan tidak akan banyak perubahan di lapangan. "Perang akan terus berlanjut dan tampaknya tidak akan segera berakhir," katanya.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved