Berita Banda Aceh
Belajar Filologi di Museum Cek Midi, Mahasiswa UIN Ar-Raniry: Luar Biasa Kekayaan Intelektual Aceh
Pemaparan Cek Midi mampu memukau dan membuka wawasan mahasiswa. Mahasiswa mengaku baru mengetahui kekayaan intelektual Aceh masa lampau yang ternyata
SERAMBINEWS.COM - Sebanyak 65 mahasiswa dari berbagai fakultas di lingkungan UIN Ar-Raniry Banda Aceh pada Senin (21/10/2024) belajar lapangan tentang Filologi Islam Nusantara di Museum Manuskrip Aceh milik Tarmizi A Hamid.
Materi Filologi Islam Nusantara adalah bagian MK Kajian Islam di semua prodi di UIN Ar-Raniry dan salah satunya diasuh oleh Hasan Basri M. Nur.
“Untuk materi filologi kami sengaja menjadwalkan Cek Midi sebagai dosen dan belajar langsung di museum milik yang bersangkutan agar mahasiswa dapat menyaksikan langsung contoh manuskrip yang ada,” ujar Hasan Basri M. Nur.

Cek Midi memulai pemaparannya tentang pengertian filologi dan ruang lingkupnya. Dia juga memperkenalkan sampel manuskrip yang telah ia rawat secara mandiri.
Pemaparan Cek Midi mampu memukau dan membuka wawasan mahasiswa. Mahasiswa mengaku baru mengetahui kekayaan intelektual Aceh masa lampau yang ternyata sangat menakjubkan.
Baca juga: Rumoh Manuskrip Aceh Dikunjungi Ribuan Orang Selama PKA 8, Ketua MPU Aceh Puji Cek Midi
“Senang sekali berkesempatan belajar di Rumoh Manuskrip Aceh milik Bapak Tarmizi A Hamid. Dari sini kami mengetahui kekayaan intelektual Aceh masa lampau,” ujar Roza Sabrina.
Cek Midi menjelaskan tentang ulama masa lalu hobbi menulis dan berbagi ilmu kenegeri lain dari intelektual Aceh, terutama pada awal abad ke-17hingga abad 20 Masehi.
“Intelektual Aceh dikenal gemar menulis, selain ada permintaan dari Sultan kala itu. Ribuan judul manuskrip karya ilmuwan Aceh masa lampau masih hingga kini,” ujar Cek Midi.
“Syeikh Abdurrauf As-Singkili atau Tgk Syiek Di Syiah Kuala, Nuruddin Ar-Raniry, Hamzah Al Fansuri dan Samsuddin As Sumatrany adalah empat diantara puluhan ulama-ulama besar Aceh yang sangat populer atas karya-karya masterpice hingga era sekarang disamping ratusan ulama lainnya.
Nama-nama mereka terabadikan didunia filologi, museum dan Perpustakaan didunia serta semua intelektual islama Aceh masa lalu terverifikasi sebagai nama agung pada era kesultanan,” ungkap Cek Midi.
Tidak hanya itu, kepemimpinan Aceh pada masa para sultanah (ratu), perkembangan ilmu terus memuncak.
“Ini menjadi bukti kehebatan emansipasi wanita di Aceh yang melebihi bangsa manapun di Nusantara. Sultanah Safiatuddin adalah pemimpin perempaun yang sangat hebat,” ujar dia.
Baca juga: Hadirkan Cek Midi, Diskop UKM Aceh Muliakan Kontingen Lampung dengan Sajian Indatu di Warkop
Cek Midi melanjutkan, pada era kesultanan, manuskrip Aceh dipakai sebagai referensi dalam pembelajaran di seluruh dunia termasuk Afrika hingga Melayu Islam.
Meliputi Nederlandsch-Indie atau Hinda-Belanda (Indonesia sekarang), Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Philipina hingga Singapura.
“Aceh masa lampau memiliki pengaruh sangat besar. Bahkan masuk dalam lima Kerajaan Islam dunia setelah Turki Usmani, Muglal India, Safawi Persia dan Maroko,” papar Cek Midi.
Wagub Fadhlullah Minta HIPKA Hadirkan Kemandirian Ekonomi di Aceh |
![]() |
---|
2025, Tidak Ada Kenaikan PBB di Banda Aceh |
![]() |
---|
Brigjen Marzuki Ali Basyah Silaturahmi dengan Masyarakat Lingkungan Mapolda Aceh |
![]() |
---|
Mahasiswa Aceh Buka Posko Donasi di Depan DPRA, Persiapan Demo Lusa |
![]() |
---|
Korban TPPO di Kamboja Dipulangkan ke Aceh, Ibunya Menangis dan Memeluk Anaknya Saat Bertemu |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.