Konflik Palestina vs Israel
Warga Gaza Terancam Dingin Mencekam, Berjuang Tanpa Perlindungan di Tengah Krisis Kemanusiaan
Para pengungsi yang sebelumnya berlindung di tenda-tenda darurat kini menghadapi ancaman cuaca yang lebih berat
Laporan Gina Zahrina
SERAMBINEWS.COM - Memasuki musim dingin yang biasanya berlangsung dari akhir November hingga awal Maret, kehidupan warga sipil di Gaza semakin tertekan.
Para pengungsi yang sebelumnya berlindung di tenda-tenda darurat kini menghadapi ancaman cuaca yang lebih berat, terutama angin kencang dan hujan deras yang tidak dapat dihalau dengan tempat perlindungan seadanya.
“Sejak rumah kami hancur, kami belum menemukan tempat yang layak untuk disebut rumah. Kami melarikan diri ke Rafah di Gaza selatan, berharap tenda ini dapat melindungi kami,” ujar Mohammad al-Jarousha, seorang pengungsi yang melarikan diri bersama keluarganya dari Gaza utara, kepada kantor berita Wafa News Agency pada Minggu, (27/10/2024).
“Namun, tenda ini telah usang karena digunakan terus-menerus. Meski begitu, tidak ada pilihan lain,” lanjutnya, menjelaskan kondisi tenda darurat yang semakin tidak memadai.
Banyak warga Gaza, seperti Mohammad, harus mengungsi berkali-kali ke berbagai lokasi di seluruh wilayah yang padat tersebut seiring serangan yang terus dilancarkan, bahkan di area yang telah ditetapkan sebagai zona aman.
“Tenda-tenda ini tidak dapat bertahan lebih lama. Setiap malam, angin kencang mengancam tempat perlindungan rapuh kami, dan blokade menghentikan segala bentuk bantuan yang bisa meringankan penderitaan kami,” tambah Mohammad, menggambarkan keterbatasan yang dialami oleh banyak keluarga di sana.
Dengan suhu yang bisa turun drastis dan curah hujan tinggi, warga Gaza sangat membutuhkan perlengkapan musim dingin, termasuk tenda yang lebih kuat, selimut tebal, pakaian hangat, serta alat pemanas sederhana.
Baca juga: Israel Kembali Bunuh Dua Jurnalis di Gaza, Total sudah 182 Jurnalis yang Terbunuh Sejak Perang
Untuk mengurangi dampak krisis kemanusiaan di Gaza, diperlukan langkah-langkah darurat yang terkoordinasi dan komprehensif dari berbagai pihak.
Berikut beberapa langkah penanganan yang perlu segera dilakukan:
1. Bantuan Kemanusiaan Cepat dan Terkoordinasi
Organisasi kemanusiaan internasional, seperti UNRWA dan Palang Merah, harus diberi akses penuh dan aman untuk menyalurkan bantuan berupa tenda tahan cuaca, selimut hangat, dan pakaian untuk melindungi pengungsi dari cuaca buruk.
2. Penyediaan Makanan dan Air Bersih
Otoritas lokal dan lembaga internasional perlu bekerja sama untuk meningkatkan suplai bahan pangan dan air bersih, termasuk pendistribusian makanan bergizi bagi anak-anak dan kelompok rentan.
3. Layanan Kesehatan Darurat
Fasilitas kesehatan darurat harus didirikan, dengan fokus pada pengobatan penyakit akibat cuaca dingin, seperti pneumonia dan diare. Pengiriman obat-obatan esensial, vaksin, dan peralatan medis harus dipercepat untuk mencegah krisis kesehatan lebih lanjut.
4. Perbaikan Infrastruktur Pengungsian
Pemerintah setempat dan organisasi mitra harus memperbaiki dan memperkuat tenda-tenda dan tempat penampungan agar tahan terhadap hujan dan angin. Solusi alternatif seperti kontainer atau bangunan semi permanen juga harus dipertimbangkan.
5. Akses dan Perlindungan bagi Anak dan Lansia
Pusat-pusat perlindungan khusus untuk anak-anak dan lansia harus segera didirikan untuk memastikan mereka mendapat perhatian medis dan bantuan psikososial yang memadai.
6. Diplomasi dan Gencatan Senjata
Upaya diplomatik internasional untuk menghentikan kekerasan sangat penting agar bantuan kemanusiaan dapat mengalir tanpa hambatan, dan kondisi masyarakat dapat dipulihkan secara berkelanjutan.
Langkah-langkah ini harus dilakukan dengan kolaborasi erat antara komunitas internasional dan otoritas lokal.
Persediaan makanan dan air bersih yang cukup juga menjadi kebutuhan mendesak, terutama karena blokade menghambat masuknya bantuan yang sangat dibutuhkan.
Dukungan finansial dan logistik dari negara-negara donor juga diperlukan agar respons darurat ini berjalan efektif dan berkelanjutan.
Hanya dengan demikian kehidupan warga Gaza dapat terselamatkan, dan krisis yang semakin parah ini bisa diredakan.
Selain itu, lembaga seperti Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) menegaskan bahwa komunitas internasional perlu memastikan pemenuhan hak-hak dasar warga Gaza sesuai Konvensi Jenewa untuk meringankan penderitaan selama musim dingin ini.
Situasi ini semakin memperberat beban mental dan fisik warga Gaza yang, selain harus bertahan di tengah krisis kemanusiaan yang berlangsung, kini harus menghadapi tantangan musim dingin tanpa perlindungan yang layak.(*)
Baca juga: Inilah 3 Syarat Utama dan Sangat Penting Bertaubat dari Dosa Zina Kata Buya Yahya, Yaitu Jangan
Baca juga: MTsN 1 Model Banda Aceh Apresiasi 3 Pelajarnya Ikut FASI Tingkat Nasional Wakili Provinsi Aceh
| Israel Bunuh 97 Warga Gaza Selama Gencatan Senjata, Termasuk 11 Orang Sekeluarga di Mobil Terbuka |
|
|---|
| Biaya Rekonstruksi Gaza Diperkirakan Capai Rp1.158 Triliun, Negara-Negara Dunia Siap Bantu |
|
|---|
| Biadab! Israel Kembalikan Jenazah Warga Palestina dalam Kondisi Mengenaskan, Bukti Ada Penyiksaan |
|
|---|
| Israel Terima 2 Jasad Sandera dari Hamas, Tel Aviv Lakukan Identifikasi |
|
|---|
| Trump Ancam Hamas, Sesumbar Israel Bisa Serang Gaza Lagi Atas Perintahnya |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.