Berita Abdya

Harga TBS Kelapa Sawit di Abdya Naik, Cek Rincian Harga di Tingkat PMKS Saat Ini

"Harga TBS kelapa sawit di PT Samira untuk  tanggal 1 November 2024, sebesar Rp 2.590/kg," ujar salah seorang agen pengumpul.

Penulis: Taufik Zass | Editor: Saifullah
SERAMBINEWS.COM/DEDE ROSADI
Ilustrasi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit 

Laporan Taufik Zass | Aceh Barat Daya

SERAMBINEWS.COM, BLANGPIDIE - Harga pembelian tandan buah segar (TBS) kelapa sawit pada sejumlah Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), sejak Jumat (1/11/2024), dilaporkan naik menjadi Rp 2.590/kg, dari harga sebelumnya sebesar Rp 2.550/kg.

"Harga TBS kelapa sawit di PT Samira untuk  tanggal 1 November 2024, sebesar Rp 2.590/kg. Sebelumnya, yakni tanggal 25 Oktober 2024, harga pembelian di PMKS Rp 2.550/kg," kata Azismi, salah seorang agen pengumpul kelapa sawit di Kecamatan Kuala Batee kepada Serambinews.com, Jumat (01/11/2024).

Sebagaimana diketahui, sejak beberapa bulan terlahir, hasil perkebunan kelapa sawit masyarakat di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) dilaporkan memasuki musim trek. 

Kondisi ini bukan hanya dikeluhkan para petani, namun sejumlah Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) juga mengeluhkan kondisi tersebut karena ikut berdampak turunnya rendemen hingga di angka 17 persen.

M Jufri Hasan, salah seorang petani kelapa sawit di Abdya menjelaskan, musim trek merupakan musim perkebunan yang tidak menghasilkan panen seperti biasanya.

Kondisi ini sudah dialami petani kelapa sawit Aceh Barat Daya sejak dua bulan terakhir. 

Dalam kurun waktu musim trek tersebut, produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit mulai menurun drastis hingga 50-60 persen dari biasanya.

Musim trek ini memang sangat dikhawatirkan petani kelapa sawit.

Karena dengan berkurangnya TBS, maka mempengaruhi pendapatan mereka.

Namun demikian, kondisi ini masih dapat dicegah dengan selalu memastikan asupan kebutuhan air di sekitar tanaman tetap cukup dan seimbang.

"Namun, juga tidak boleh berlebihan. Tanaman ini memerlukan asupan air yang cukup banyak,” papar dia. 

“Maka jika pada musim kemarau hal ini dapat menjadi pemicu jika tidak ditanggulangi sebelumnya," terang mantan anggota DPRK Abdya ini.

Selain itu, lanjut Jufri Hassan, musim trek ini juga dapat dicegah dengan memberikan pupuk organik agar keseimbangan airnya tetap terjaga. 

Tak hanya itu, masalah unsur hara pada tanah juga harus diperhatikan. 

Tanah adalah tempat tumbuh dan berkembangnya tanaman.

"Namun yang jadi persoalan, petani kelapa sawit di Abdya sampai hari ini masih kesulitan mendapatkan pupuk subsidi untuk mengantisipasi musim trek tersebut,” beber dia. 

“Karenanya, butuh perhatian dari pemerintah, sehingga mereka tetap bisa menjaga produksi TBS nya masing-masing," pungkas pria yang acap di sapa Oppa ini.

Terpisah, Syahrial, salah seorang pengusaha PMKS di Abdya membenarkan bahwa petani di Abdya saat ini kewalahan disebabkan masa trek panen dan rendemen juga ikut turun di angka 17 persen. 

"Kondisi ini membuat petani kewalahan dalam mengatasinya," ungkap Syahrial.

Meskipun demikian, lanjut pria yang acap disapa Om Yal ini, pihaknya pihaknya tetap membeli harga TBS kelapa sawit milik warga dengan harga mahal. 

"Biasa rata-rata rendemen hasil perkebunan masyarakat diangka 19 persen, namun sekarang turun diangkat 17 persen," ungkapnya.(*)

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved