Konflik Palestina vs Israel
Kota Bersejarah Israel Hancur Setelah Dibombardir Hizbullah, Berubah Menjadi Tempat Tak Berpenghuni
Kota ini sudah ada lebih dari satu abad dan juga pernah menjadi tempat aktivitas Zionis sebelum negara Israel berdiri.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Ansari Hasyim
Kota Bersejarah Israel Hancur Setelah Dibombardir Hizbullah, Berubah Menjadi Tempat Tak Berpenghuni
SERAMBINEWS.COM – Hizbullah telah melancarkan serangannya terhadap Israel dalam selama lebih dari satu tahun terakhir.
Serangan Hizbullah tersebut sebagai bentuk dukungan, pembalasan dan pembebasan atas apa yang telah dilakukan Israel di Gaza dan Palestina.
Pertempuran itu telah menyebabkan kota bersejarah Metula di Israel hancur, memaksa penduduk kota tersebut untuk pindah dan tidak diketahui kapan mereka dapat kembali.
Dulunya, kota ini merupakan resor pegunungan Israel yang indah dengan pemandangan Lebanon yang indah, kota Metula kini terlarang bagi warga sipil.
Kota bersejarah Metula juga pernah menjadi tempat aktivitas Zionis sebelum negara Israel berdiri.
Kini, kota itu telah dibombardir oleh tembakan Hizbullah selama berbulan-bulan.
Di sini, satu dari setiap dua rumah rusak atau hancur.

Selama setahun terakhir, tempat ini menjadi salah satu tempat yang paling terkena dampak konflik di Israel.
Laporan The New York Times, Metula – kota paling utara Israel – terkenal dengan penggembalaan ternaknya.
Tempat ini sudah ada lebih dari satu abad dan menjadi salah satu simbol Zionisme.
Sekitar setahun lalu, sekitar 2.500 warga Metula dievakuasi.
Ini juga merupakan pertama kalinya penduduk kota ini dievakuasi sepenuhnya sejak berdirinya Israel pada tahun 1948.
Kini, bahkan ketika pasukan Israel mengorganisir serangan langsung terhadap Hizbullah di Lebanon selatan, masa depan Metula masih menjadi tanda tanya.
Selama sekitar 17 tahun, ketegangan terus membara di wilayah perbatasan Israel-Lebanon.
Masyarakat di wilayah perbatasan utara Israel telah lama mengatakan bahwa mereka sering hidup dalam ketakutan.
Selama bertahun-tahun, menurut warga yang tinggal di kawasan perbatasan Israel, mereka sering mendengar suara-suara aneh penggalian di malam hari.
Pada tahun 2018, pasukan Israel mengatakan mereka menemukan beberapa terowongan Hizbullah di dekat perbatasan, termasuk terowongan yang mengarah ke Metula dari desa Kafr Kila (selatan Lebanon).
Ketakutan memuncak pada 7 Oktober 2023 ketika kelompok militer Hamas menyerang Israel.
Sehari kemudian, Hizbullah mulai melepaskan tembakan ke beberapa wilayah Israel, memicu pertempuran roket dan rudal lintas batas yang membuat puluhan ribu warga sipil di kedua sisi perbatasan menjadi pengungsi.
Pada bulan September 2024, Israel langsung menyerang Hizbullah, menghancurkan ratusan pager agen, membunuh pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah dan komandan senior lainnya.
Hal ini membuat batas waktu berakhirnya perang kedua belah pihak semakin sulit diprediksi.
Menurut David Azulai - walikota kota Metula, 30 persen warga tidak berniat kembali ke kota ini, apa pun hasil perangnya.
“Kami menyebutnya daerah kantong terisolasi karena dikelilingi Lebanon di utara, timur, dan barat,” ujarnya.
Di pertengahan bulan Oktober 2024, kurang dari dua minggu setelah Israel mulai mendarat di Lebanon selatan, pasukan Israel mengizinkan sekelompok kecil jurnalis mengakses Metula.
Sehingga mereka dapat melihat kerusakan dan tantangan yang dihadapi kota ini.
Para pejabat militer mendampingi rombongan jurnalis ini.
Dalam perjalanan menuju Metula, Azulai memperingatkan masyarakat untuk tidak memakai sabuk pengaman agar mereka dapat melarikan diri lebih cepat jika terjadi serangan roket.
Senapannya juga diletakkan di kursi penumpang.
Laporan The New York Times, selama kunjungan jurnalis yang kurang dari 2 jam, sirene roket berbunyi dua kali di Metula, menyebabkan orang-orang lari mencari perlindungan.
Menurut pasukan Israel, Hizbullah menembakkan setidaknya 16 peluru artileri ke pegunungan utara Israel selama waktu tersebut.
Jalanan kota Metula sepi. Di Metula, banyak rumah yang hancur akibat terkena roket Hizbullah.
Di beberapa taman kota ini, deretan pohon delima merah dan jeruk hangus, buah-buahan matang bergelantungan di dahan.
Seiring dengan sejarah panjang pembentukan dan perkembangannya, kota bersejarah Metula juga pernah menjadi tempat aktivitas Zionis sebelum negara Israel berdiri.
Keluarga Lior Bez telah tinggal di Metula selama 3 generasi.
Kakek dari Bez juga merupakan salah satu orang yang mendukung angkatan bersenjata bawah tanah Zionis.
Keluarga Bez sekarang mengelola pusat warisan budaya dan wisma tamu di kota Metula.
Ia mengatakan bahwa Metula merupakan komunitas yang erat – di mana “semua orang saling mengenal” sebelum konflik.
Namun, ketika konflik datang, seluruh masyarakat mengungsi.
Di sebuah "ruang perang" kecil yang terletak di gedung dewan kota Metula, staf terus-menerus memantau monitor untuk mencari tanda-tanda mencurigakan di desa-desa Lebanon di seberang perbatasan.
Para petugas ini akan memberi tahu pasukan Israel ketika mereka melihat gerakan mencurigakan.
Azulai juga sering mengunjungi gedung dewan kota.
Mereka tidak dapat mencegah serangan dari seberang perbatasan, dan mereka juga tidak mempunyai cukup sarana untuk melawan.
Yang bisa mereka lakukan hanyalah mengamati, melaporkan dan berharap konflik segera berakhir, sehingga para warga bisa kembali ke kota tercinta mereka.
Ketika ditanya apa yang perlu dilakukan untuk membuat orang-orang kembali ke rumah mereka, Azulai menjawab:
“Hilangkan ancaman tembakan rudal anti-tank, nonaktifkan semua terowongan di wilayah tersebut dan hilangkan semua risiko infiltrasi (Hizbullah ke Israel),”
(Serambinews.com/Agus Ramadhan)
Netanyahu Klaim Tak Ada Kelaparan di Gaza, Sebut Foto Anak Malnutrisi adalah Palsu |
![]() |
---|
Pesan Terakhir Jurnalis Al Jazeera Anas Al Sharif Sebelum Tewas Diserang Israel: Jangan Lupakan Gaza |
![]() |
---|
Kisah Suleiman Obeid, Tewas Ditembak Tentara Israel Saat Mengantre Makanan, Dijuluki Pele Palestina |
![]() |
---|
Israel Ultimatum Warga Gaza, Harus Angkat Kaki Sebelum 7 Oktober 2025 |
![]() |
---|
Citra Satelit Ungkap Gerak-Gerik Tank Israel Jelang Pencaplokan, Gaza di Ujung Tanduk |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.