Eks Tawanan Tentara Israel, Nur Ikhwan Abadi Meninggal Dunia, Berperan Penting Bangun RSI di Gaza

Nur Ikhwan Abadi merupakan salah satu Presidium AWG yang juga sebagai relawan Kemanusiaan Indonesia untuk Palestina MER-C.

Penulis: Firdha Ustin | Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM
Relawan Gaza, Ir Nur Ikhawan Abadi yang juga menjadi salah satu korban tragedi di kapal Mavi Marmara yang diserang oleh tentara Israel saat mengantarkan misi kemanusiaan ke Palestina pada 31 Mei 2010 tutup usia pada Sabtu (30/11/2024). 

"Ratusan orang luka-luka, yang meninggal langsung dibawa oleh tentara Israel, 2 orang dari Indonesia luka, ada yang ditembak di bagian dadanya, di tangannya kemudian dibawa ke rumah sakit di Israel saat itu kita tidak tahu mereka dibawa kemana, sampai lost contact selama 2-3 pekan," lanjut Ir Nur Ikhwan.

Relawan Diborgol hingga Shalat dengan Tangan Diikat

Sementara ratusan relawan yang tergabung dalam Freedom Flotilla yang selamat langsung diikat layaknya tahanan oleh tentara Israel, posisi tangan di belakang lalu diborgol menggunakan kabel ties.

Semua relawan dihadapkan ke tembok selama berjam-jam, bahkan lanjut Ir Nur Ikhwan, relawan tidak diizinkan melaksankaan ibadah, mereka pun terpaksa sholat dalam keadaan tangan terikat ke belakang.

"Semua ditangkap dan diikat kemudian didudukkan seperti duduk diantara dua sujud, dihadapkan ke tembok selama berjam-jam, sampai shalatpun dalam keadaam tangan terikat, kita gak diizinkan shalat sama mereka jadi di kapal itu duduk sambil tangan terikat," tambahnya.

Dipenjara di Israel

Seharian diitawan di atas kapal hingga menjelang malam, rombongan ini lalu dibawa oleh tentara Israel dan berlabuh di pelabuhan Ashdod, Israel.

Situasi semakin mencekam dikala sejumlah relawan diturunkan dari kapal Mavi Marmara lalu dibawa menggunakan mobil tahanan selama dua jam lalu dimasukkan ke dalam penjara Israel.

"Kami diturunkan satu-satu, satu orang dikawal 2 orang tentara Israel, kemudian diinterogasi ditanya segala macam apa tujuannya kemudian kita dimasukkan ke mobil tahanan dan dibawa ke penjara kurang lebih 2 jam dari Ashdod dan disitulah kita dimaskkan ke dalam penjara," imbuhnya.

Ir Nur Ikhawan pada saat itu tak gentar menghadapi tentara Israel. Dia hanya bisa pasrah apapun yang terjadi pada saat itu.

Zionis Keok Kalau Ada Tekanan Internasional

Tragedi pembantaian di kapal Mavi Marmara yang dilakukan oleh tentara Israel akhirnya diketahui publik usai kamera tersembunyi yang berada di kapal dihubungkan ke satelit hingga kejadian ini disiarkan secara langsung oleh stasiun televisi Turki dan negara lainnya.

"Kamera tersembunyi satu relawan pun tidak tahu ada kamera hanya panitia aja yang tahu, Israel juga gak tahu. Jadi mereka masang CCTV, live dan disebarkan ke suluruh dunia termasuk TV Turki, disiarkan ketika tentara menembak, kelihatan jelas dari siaran televisi," tambahnya.

Tindakan tenatra Israel melakukan penawanan kepada relawan kemudian mendapat tekanan serius dari berbagai negara usai live televisi tersebut. 

Sejumlah negara mengecam aksi tentara Israel bahkan pihak Turki mengambil langkah serius untuk hal ini.

"Bahkan sampai Turki memulangkan dubes Israel dan memutuskan hubungan diplomatik saat itu sampai di level terendahnya. Israel kalau ada tekanan internasional, khawatir dia," tegas Nur Ikhwan.

Sejumlah negara kemudian mulai mengirimkan utusannya untuk berusaha mengeluarkan relawannya dari penjara Israel.

"Kecaman itulah akhirnya negara-negara yang ada relawannya di situ akhirnya mengirimkan utusan untuk mengeluarkan relawannya dari penjara," pungkasnya. 

(Serambinews.com/Firdha Ustin)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved