Haba Dinkes Aceh

Target Percepatan Perbaikan Gizi Cegah Stunting, Dinkes Pidie Tingkatkan Kapasitas Kader & Alat Ukur

Program pelatihan bagi petugas dan kader ini bertujuan agar mereka dapat memberikan edukasi yang lebih efektif kepada masyarakat mengenai pentingnya

Penulis: Muhammad Nazar | Editor: Yeni Hardika
FOR SERAMBINEWS
Plt Kepala Dinas Kesehatan Pidie, dr Dwi Wijaya. 

Dwi mengatakan, Dinkes Pidie akan segera mengadakan alat ukur antropometri di seluruh posyandu di Kabupaten Pidie dan kemudian melakukan pengukuran ulang pada balita yang diduga mengalami stunting. 

"Kami juga akan terus melakukan sosialisasi serta menggerakkan puskesmas agar melaksanakan intervensi spesifik terkait stunting secara menyeluruh," jelas dr Dwi.

Baca juga: Upaya Pemkab Bireuen Menekan Angka Stunting, Tingkatkan Kapasitas Kader Hingga Pendampingan Intensif

Sementara itu, dalam Laporan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Aceh Semester I Periode Januari-Juni 2024, menurut data SSGI, kondisi stunting di daerah Pidie pada 2021 sempat menyentuh angka 39,3 % .

Namun Pemkab Pidie berhasil menekan angka tersebut hingga pada 2022 mengalami penurunan yang cukup drastis ke 27,8 % , atau turun sebesar 11,5 % .

Sementara itu, merujuk pada data yang terintegrasi dalam aplikasi online Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM), prevalensi stunting di Pidie pada 2021 tercatat sebesar 14,73 % .

Pada 2022 turun menjadi 7,1?n sedikit meningkat menjadi 9 % di tahun 2023.

Sedangkan untuk tahun ini, hingga Oktober prevalensi stunting di daerah berjuluk kabupaten Emping Melinjo ini menurun menjadi 8,3 % .

Dikatakan dr Dwi, Kecamatan Kembang Tanjong merupakan daerah dengan prevalensi stunting tertinggi di Kabupaten Pidie pada tahun ini.

Tingkatkan kapasitas petugas dan kader kesehatan

Selaras dengan target nasional dan provinsi, Pemkab Pidie menargetkan penurunan angka stunting di Kabupaten Pidie mencapai prevalensi 14 % pada tahun 2025.

Namun dalam pelaksanaan untuk mencapai target tersebut, ditemukan sejumlah kendala.

dr Dwi mengatakan, tantangan utama dalam penurunan stunting adalah kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya pola makan sehat, seperti konsumsi protein hewani, sayuran, buah, serta pemberian ASI eksklusif kepada bayi selama enam bulan pertama.

"Faktor ekonomi keluarga turut berpengaruh pada pemberian gizi yang memadai bagi anak-anak," ujar dr Dwi. 

Selain itu, masalah pola asuh, terutama dalam hal pengasuhan kesehatan dan tumbuh kembang anak juga menjadi hambatan lain yang harus diatasi.

Baca juga: Fokus Bappeda dalam Percepatan Penurunan Stunting di Aceh Besar, Pentingnya Asi Eksklusif hingga PMT

Tantangan lain yang dihadapi adalah adanya mitos atau pantangan tertentu dalam budaya yang berpengaruh terhadap pola makan ibu hamil dan pemberian gizi kepada anak.

Hal ini mengharuskan petugas kesehatan untuk lebih intensif melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved