Haba Dinkes Aceh

Pernikahan Dini Penyumbang Terbesar, SEDERET Upaya Program Dinkes Aceh Tenggara Tekan Angka Stunting

Provinsi paling barat Indonesia tepatnya di Kabupaten Aceh Tenggara terus menggalakkan program percepatan penurunan stunting. 

Penulis: Asnawi Ismail | Editor: Firdha Ustin
SERAMBINEWS.COM/ASNAWI
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tenggara, Rosita Astuti SSiT MKes. 

SERAMBINEWS.COM, KUTACANE - Stunting terus menjadi isu hangat di Indonesia, Pemerintah Indonesia pun menjadikan percepatan penurunan stunting sebagai salah satu program prioritas nasional.

Stunting merupakan suatu keadaan di mana tinggi badan anak lebih rendah dari rata-rata untuk usianya karena kekurangan nutrisi yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama.

Dikutip dari laman Kemkes, tentu stunting dalam hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya asupan gizi pada ibu selama kehamilan atau pada anak saat sedang dalam masa pertumbuhan.

Komitmen pemerintah dalam mempercepat pencapaian target penurunan stunting menjadi 14 persen di tahun 2024 sesuai Perpres No 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting tampaknya tidak main-main. 

Termasuk Aceh, provinsi paling barat Indonesia tepatnya di Kabupaten Aceh Tenggara (Agara) terus menggalakkan program percepatan penurunan stunting. 

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tenggara, Rosita Astuti SSiT MKes mengatakan, saat ini Aceh Tenggara dihadapkan dengan Triple burden malnutrition (beban masalah gizi).

Baca juga: Stunting di Bener Meriah Turun Drastis Dalam 2 Tahun, BAAS Jadi Program Andalan yang Diakui Nasional

Adapun tiga beban masalah gizi itu seperti masih tingginya prevalensi stunting, wasting. Kedua, meningkatnya obesitas. Ketiga, kekurangan zat gizi mikro terutama anemia defesiansi besi pada remaja putri dan ibu hamil. 

Meski sempat mengalami kenaikan angka stunting pada tahun 2023 sesuai hasil SKI sebesar 32,9 persen, namun setelah adanya determinan yang mempengaruhi upaya percepatan stunting di Aceh Tenggara multi faktor dan multi dimensi, kini angka prevalensi stunting di Aceh Tenggara mengalami penurunan.

"Berdasarkan data ePPGBM, prevalensi stunting Aceh Tenggara dari sejak ditetapkan sebagai lokus stunting di tahun 2020 menunjukkan tren positif penurunan prevalensi stunting. Terdapat penurunan prevalensi stunting sebesar 2,53 ?ri tahun 2022 sd November 2024," katanya kepada Serambinews.com, Senin (9/12/2024).

Tercapainya penurunan angka stunting itu tidak terlepas dari program pencegahan dan penanganan stunting upaya intervensi spesifik yang terus digalakkan oleh Dinas Kesehatan Aceh Tenggara.

Rosita mengatakan, saat ini pihaknya sudah banyak melakukan program dalam upaya menurunkan angka stunting. 

Baca juga: Fokus Bappeda dalam Percepatan Penurunan Stunting di Aceh Besar, Pentingnya Asi Eksklusif hingga PMT

Beberapa program tersebut meliputi program di posyandu, program pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja putri, pemeriksaan ibu hamil, Pemberian Makanan Tambahan (PMT) lokal bagi ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) sebanyak 203 ibu hamil,

pemberian makanan tambahan lokal bagi balita dengan berat badan tidak naik, berat badan kurang dan gizi kurang sebanyak 669 balita, pemantauan PMT pada balita gizi kurang dan stunting, identifikasi determinan stunting, pemantauan PMT pada balita gizi kurang dan stunting, pengadaan PMT susu dan biskuit hingga koordinasi dengan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS).

Meski Aceh Tenggara mampu menekan angka stunting, namun sambung Rosita, saat ini masih banyak faktor yang menjadi tantangan kedepannya sehingga diharapkan harus ada kesadaran dari semua pihak. 

Beberapa faktor tersebut yang menjadi penyebab stunting pada balita di Aceh Tenggara, satu diantaranya adalah tingginya angka pernikahan dini pada beberapa Kecamatan di Aceh Tenggara seperi Ketambe, Lawe Dua dan Lawe Bulan.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved