Breaking News

Berita Aceh Besar

Buntut Demo Warga, Komisi III DPRA Akan Lakukan Inspeksi ke PT LSM di Lhoong Aceh Besar

Anggota Komisi III, Hasballah, SAg mengatakan, keselamatan dan kesehatan masyarakat di sekitar lokasi pabrik merupakan yang paling utama. 

Penulis: Indra Wijaya | Editor: Saifullah
For Serambinews.com
Anggota DPRA, Hasballah, SAg 

Laporan Indra Wijaya | Aceh Besar

SERAMBINEWS.COM, JANTHO - Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) dalam waktu dekat akan melakukan inspeksi ke PT Lhoong Setia Mining (LSM). 

Inspeksi itu dilakukan menyikapi adanya laporan bau menyengat yang keluar akibat aktivitas pembakaran biji besi menggunakan karbon yang mengganggu masyarakat dan merusakan tanaman warga di sekitar pabrik.  

Anggota Komisi III, Hasballah, SAg mengatakan, keselamatan dan kesehatan masyarakat di sekitar lokasi pabrik merupakan yang paling utama. 

Sehingga, perlu diturunkan tim yang memahami dampak dari pembakaran tersebut.

“Pengelolaan lingkungan seperti apa. Sehingga dalam waktu dekat kita akan lakukan inspeksi atau kunjungan, untuk melihat langsung bagaimana situasi di sana,” kata Hasballah kepada Serambinews.com, Jumat (13/12/2024).

Namun, kata Hasballah, berdasarkan informasi yang ia terima dari pihak perusahaan, bahwa proses pembakaran batu di smelter tersebut masih dalam tahap percobaan. 

Di mana, akan ada kemungkinan menimbulkan dampak ke masyarakat.

“Jadi sebelum dilakukan pembakaran, belum tahu apa efeknya. Sehingga setelah dilakukan, efeknya itu seperti bau menyengat dan tanaman warga di sekitar mati akibat aktivitas pembakaran tersebut,” jelasnya.

Sehingga ia berharap, hal tersebut harus dicari solusi bersama, baik dari pihak masyarakat maupun perusahaan, serta keterlibatan pemerintah daerah dalam melakukan pengawasan.

Sebab, lanjut Hasballah, kehadiran perusahaan atau investor yang berinvestasi ke Aceh juga membantu membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. 

“Kita sudah menerima laporan. Kita harapkan jangan ada kekerasan dan musyawarah,” imbau dia. 

“Terkait banyak tanaman warga yang mati, itu juga harus dicari jalan keluar bagaimana kompensasi untuk masyarakat,” ungkapnya.

Namun, ia menekankan, bahwa keselamatan dan kesehatan masyarakat menjadi yang paling utama. 

“Karena informasi yang kita terima, pembakaran itu harus 3x24 jam baru bisa dimatikan,” tukas Hasballah

“Hari ini, tim teknisi perusahaan juga sudah diturunkan untuk mengecek persoalan yang ditimbulkan,” pungkasnya.(*)   

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved