Jurnalisme Warga
Melalui Workshop, Disdik Aceh Tingkatkan Kompetensi ‘Linum’ Siswa SMA
Di antara penguatan yang dilakukan oleh Disdik Aceh adalah dengan menggenjot kemampuan literasi dan numerasi (linum) peserta didik.
Sesi ini diselingi beberapa narasi humor yang saat beliau sampaikan membuat para peserta workshop tertawa sekaligus terinspirasi.
Selanjutnya untuk materi kedua, Disdik Aceh mengundang narasumber dari kalangan akademisi, yakni Prof Dr Rahmah Johar MPd. Beliau dosen di Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Syiah Kuala (USK) yang juga menjabat Kepala Pusat Riset dan Pengembangan Matematika Realistik Indonesia (PRP-PMRI).
Prof Rahmah Johar menyampaikan materi tentang Pengembangan Soal Numerasi atau Penalaran Matematis. Beliau mengawali dengan menyampaikan kondisi Indonesia dari data hasil PISA yang masih memprihatinkan untuk tingkat linum.
Selain itu, materi Prof Rahmah juga mengupas tentang kualitas soal yang terdiri atas lima komponen penting yang harus diperhatikan, mulai dari validitas, reliabilitas, daya pembeda, derajat kesukaran, sampai dengan efektivitas fungsi pengecoh dalam soal-soal berbentuk pilihan ganda.
Setelah mendapatkan materi demi materi yang dibutuhkan, para peserta workshop yang sebagian besar guru-guru inti seluruh Aceh mulai melakukan aksi merancang dan menulis soal-soal prediksi setara UTBK untuk nantinya diujikan kepada seluruh siswa SMA di Aceh.
Fasilitator menyampaikan target yang harus dicapai adalah 1.000 soal. Setelah dibagi rata, para peserta workshop mendapat jatah per orang menyelesaikan 30 soal. Waktu yang dihabiskan untuk merancang soal ini adalah satu hari.
Selanjutnya sesi terakhir adalah sesi menguji dan menganalisis beberapa sampling soal yang telah dirncang oleh peserta. Sesi ini kembali didampingi oleh Prof Rahmah. Analisis ini dilakukan mulai dari menguliti teks stimulus soal sampai dengan memberikan dan menuliskan komentar sejawat terhadap kualitas soal yang telah ditulis oleh rekannya.
Momentum ini membuka peluang untuk saling berdiskusi antarsesama peserta workshop.
Uniknya, di sela-sela sesi akhir pada malam hari bersama Prof Rahmah, peserta workshop dikejutkan dengan kehadiran Bapak Marthunis, Kepala Dinas Pendidikan Aceh, yang meminta waktu untuk merancang sekaligus mengarahkan para peserta workshop dalam hal rencana tindak lanjut (RTL).
Dalam waktu satu jam, beliau memberi arahan terkait langkah-langkah teknis dan tindak lanjut dari apa yang harus dilakukan untuk dua sampai tiga tahun ke depan. Beliau bahkan sudah menyusun beberapa item uraian aktivitas yang ditampilkan melalui layar LCD (infocus) berikut dengan jadwal perkiraan waktu yang dibutuhkan dalam melaksanakan tindak lanjut selama satu tahun ke depan.
“Siklus itu akan berulang lagi sampai tiga tahun dalam target 2027 nantinya,” ujar Marthunis detail dengan tangan menunjuk ke arah layar LCD.
Jika tidak berlebihan mengungkapkan, jarang sekali kami mendapati seorang kepala dinas yang langsung "turun gunung" untuk menyampaikan teknis RTL kepada peserta pelatihan.
Biasanya, sekaliber pejabat eselon 2 setingkat kadis provinsi selama ini hanya menyampiakan arahan-arahan umum saja. Biasanya, untuk menindaklanjuti teknis memang cukup para instruktur, fasilitator, atau paling banter pejabat eselon III dan IV setingkat kepala bagian abag atau kepala seksi.
Mungkin beliau ingin menyampaikan pesan betapa ini serius sehingga beliau yang langsung harus turun mendampingi dan mengawali rancangan rencana tindak lanjut dari workshop ini.
Semoga mimpi Kadisdik Aceh, Pak Marthunis, untuk menjadikan pada tahun 2027, SMA di Aceh masuk dalam top 10 dengan ranking skor UTBK terbaik, dapat terwujud. Amiin.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.