Opini

Perempuan dalam Perspektif Islam

Kata empu kemudian ditambahkan imbuhan berupa per dan an yang kemudian menjadi perempuan. Dari arti katanya saja sudah menunjukkan kalau perempuan itu

Editor: mufti
Hand-over dokumen pribadi
dr Aslinar SpA M Biomed, Pengurus PW Aisyiyah Aceh 

dr Aslinar SpA M Biomed, Pengurus PW Aisyiyah Aceh

KATA 'Perempuan' berasal dari Bahasa Jawa kuno yang kemudian diserap ke dalam Bahasa Melayu yaitu ’empu’ yang berarti tuan atau mulia atau hormat. Kata empu kemudian ditambahkan imbuhan berupa per dan an yang kemudian menjadi perempuan. Dari arti katanya saja sudah menunjukkan kalau perempuan itu mulia dan perlu dihormati. Benar kan ya?

Bagaimana dengan kedudukan seorang perempuan dalam Islam? Islam adalah agama rahmatan lil alamin yang berarti menjadi rahmat untuk seluruh isi alam, untuk semua makhluk termasuk manusia, termasuk perempuan. Jelas terbukti bahwa dengan datangnya agama Islam yang dibawa oleh para Nabi mampu menghilangkan kekejaman dan diskriminasi terhadap kaum perempuan dimana dulu pada masa jahiliah anak-anak perempuan semuanya dibunuh. Perempuan hanya dianggap beban dan menjadi hal yang memalukan bagi seorang suami bila istrinya melahirkan anak perempuan. Dengan datangnya Islam, maka mengangkat harkat martabat para perempuan.

Karena sesungguhnya Allah sudah memberikan jaminan dan  kedudukan laki-laki dan perempuan adalah sama di mata Allah. Sebagaimana terdapat dalam firman-Nya dalam surat At Taubah ayat 71. “Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya…”

Dalam Bahasa Arab perempuan disebut dengan Annisa. Dalam Al Quran terdapat 59 kali penyebutan kata perempuan/Annisa. Bahkan ada penamaan khusus surat Annisa dalam Al Quran. Kedudukan perempuan dalam Al Quran sangatlah tinggi. Kita bisa melihat bagaimana Allah sangat menghargai dan memuliakan seorang ibu yang hamil dan melahirkan serta menyusui bayinya, Allah memberikan keutamaan kepada para ibu. Sebagaimana bisa terlihat dalam Al Quran surat 233, Allah mewajibkan para suami untuk memenuhi kebutuhan istrinya yang sedang menyusui, dimana suami harus menanggung nafkah dan pakaian istrinya dengan cara yang patut. Ini menunjukkan bahwa Allah sangat memperhatikan para ibu khususnya ibu menyusui sehingga ibu bisa menyusui bayinya dengan tenang karena kebutuhannya sudah terpenuhi.

Dalil lain yang menjelaskan keutamaan seorang ibu yang menyusui disebut dalam surah Al Luqman ayat 14 yang artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun…” Ayat yang serupa yaitu terdapat dalam surat Al-Ahqaf ayat 15 yang artinya: ”Kami wasiatkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandung sampai menyapihnya itu selama tiga puluh bulan…”

Rasulullah juga sangat menghargai seorang perempuan hamil dan menyusui. Di masa Rasulullah saat ada seorang wanita Ghamidiyah yang sedang hamil dan meminta hukuman dari Rasulullah, Rasulullah menyuruhnya kembali setelah melahirkan. Setelah melahirkan si wanita menghadap Rasulullah dan Rasul tetap tidak mau menghukum wanita tersebut dan menyuruhnya kembali setelah bayinya selesai disapih. (HR Muslim).

Ini menunjukkan bahwa pemberian ASI lebih Rasulullah utamakan demi kebaikan si bayi bahkan sampai bisa menangguhkan hukuman bagi seorang ibu.

Dari segi ibadah, Allah memberikan keringanan kepada ibu hamil dan menyusui, dimana mereka dibolehkan untuk tidak berpuasa saat bulan Ramadhan bila tidak sanggup dan bisa menggantinya dengan membayar fidyah atau mengqada di lain waktu. Hal tersebut bisa kita dapatkan dalam surat Al Baqarah ayat 184, ”..Dan barang siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka wajib mengganti sebanyak hari yang dia tidak berpuasa pada hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang fakir miskin…”

Kemuliaan perempuan

Ayah dan ibu sama-sama berjasa dalam kehidupan anak. Hanya saja, dalam Islam, sebagaimana diajarkan Nabi, kita dianjurkan untuk memuliakan ibu. Dalam sebuah hadis ketika seseorang menanyakan, siapa yang paling berhak dimuliakan, seperti diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, ”Dia berkata, ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw dan bertanya: “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku perlakukan dengan baik?” Rasul pun menjawab: “Ibumu.  Lalu siapa lagi? Ibumu, siapa lagi? Ibumu, siapa lagi? Ayahmu.”

Dalam Islam seorang perempuan perlu dijaga dan dibimbing dengan baik oleh seorang pemimpin yang bernama laki-laki. Sebagaimana firman Allah dalam surat Annisa ayat 34 bahwa laki-laki itu adalah pemimpin bagi perempuan. Seyogianya seorang suami selalu menjadi pelindung dan pengayom bagi istrinya. Seorang abang menjadi pelindung buat adik maupun kakaknya yang perempuan.

Allah juga memerintahkan seorang perempuan untuk melindungi dirinya dengan menutup aurat. Sebagaimana terdapat dalam surat Annur ayat 30 dan surat Al-Ahzab ayat 59. Tujuan menutup aurat adalah menjaga supaya perempuan tidak diganggu. Perempuan diibaratkan sebagai perhiasan emas 24 karat yang perlu dijaga dengan sebaik mungkin.

Namun ternyata perintah menutup aurat ini sering dipelintir oleh sekelompok orang dengan menuduh bahwa perintah untuk perempuan menutup aurat adalah suatu bentuk mengikat kebebasan perempuan. Padahal sudah terbukti bahwa dengan menutup aurat dengan rapat sekalipun, perempuan tetap bisa berkiprah di banyak bidang baik itu dalam pekerjaan maupun dalam kesehariannya. Bahkan saat olahraga pun perempuan bisa dengan mudah tetap menutup aurat. Apalagi hanya sekedar bekerja di kantor, di lapangan dan sebagainya.

Begitu mulianya nilai perempuan di hadapan Allah dan Rasul-Nya, maka sudah sepantasnya kita sebagai perempuan yang merupakan calon ibu alias calon pencetak para generasi penerus, mari pantaskan diri untuk menerima kemuliaan tersebut. Perempuan perlu mendapatkan pendidikan untuk dia bisa mempunyai ilmu dalam mendidik anak anaknya bersama dengan suaminya. Perempuan perlu banyak belajar baik ilmu di pendidikan formal atau pun informal. Bekali diri dengan banyak ketrampilan yang bisa saja akan sangat membantu dalam keseharian dalam kehidupan.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved