Luar Negeri
Iran Siap Hadapi Ancaman Israel dan AS, Gelar Latihan Pertahanan Udara hingga Rudal
Negara itu juga semakin memperketat sanksi AS terhadap industri minyaknya melalui kebijakan "tekanan maksimum".
Israel juga menyerang Iran secara langsung pada dua kesempatan.
Seorang jenderal Garda Revolusi Iran yang bermarkas di Suriah memberikan penilaian yang blak-blakan minggu ini.
"Saya tidak melihat kekalahan kita di Suriah sebagai masalah kebanggaan," kata Jenderal Behrouz Esbati, menurut rekaman audio pidatonya yang bocor ke media.
"Kita kalah. Kita kalah telak. Kita gagal total," tegasnya.
Baca juga: Iran Mengutuk Keras Pengakuan Kurang Ajar Israel atas Pembunuhan Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh
AS dan sekutunya telah mempertahankan sanksi yang ketat untuk mencegahnya mengembangkan senjata nuklir — dan upaya Iran baru-baru ini untuk mencabut sanksi tersebut melalui diplomasi telah gagal.
Bagaimana Trump memilih untuk terlibat dengan Iran masih belum jelas.
Namun, ia membuka kemungkinan AS melakukan serangan udara pendahuluan terhadap situs nuklir tempat Iran semakin dekat untuk memperkaya uranium ke tingkat yang dapat digunakan untuk senjata.
"Ini adalah strategi militer," kata Trump kepada wartawan di resor Mar-a-Lago miliknya di Florida selama konferensi pers yang membahas berbagai hal.
"Saya tidak menjawab pertanyaan tentang strategi militer," lanjutnya.
Sementara itu, Iran menegaskan program nuklirnya bersifat damai.
Namun, para pejabat di sana semakin mengisyaratkan Teheran mungkin akan mengembangkan bom atom.
Diketahui, Iran baru-baru ini mengalami kemunduran di Lebanon setelah serangan Israel terhadap Hizbullah yang didukung Iran dan penggulingan sekutu Teheran, Presiden Bashar al-Assad di Suriah bulan lalu.
Namun Salami memperingatkan, dalam pidato yang disiarkan oleh TV pemerintah tentang "rasa senang yang salah" di antara musuh-musuh Iran, dengan mengatakan Iran dan khususnya pasukan rudalnya lebih kuat dari sebelumnya.
Trump pada tahun 2018 menarik diri dari kesepakatan yang dibuat oleh pendahulunya Barack Obama pada tahun 2015.
Ketika itu, Iran setuju untuk mengekang pengayaan uranium, yang dapat menghasilkan bahan untuk senjata nuklir, sebagai imbalan atas pelonggaran sanksi ekonomi AS dan PBB.
Baca juga: Ibu Bunuh Bayi di Lampung, Pelaku Disebut Depresi Terima Kabar Suami Akan Nikah Lagi
Baca juga: Kebakaran Los Angeles Sudah Tewaskan 16 Orang, AS bak Neraka, Kerugian Mencapai Rp 2.121 Triliun
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com
| Afghanistan vs Pakistan Memanas, Baku Tembak Terjadi di Perbatasan, Taliban Klaim Kuasai Tiga Pos |
|
|---|
| Donald Trump Tak Menang Nobel Perdamaian Usai Kalah dari Oposisi Venezuela, AS Protes |
|
|---|
| Wanita Ini Nekat Potong Alat Kelamin Kekasihnya, Pelaku Emosi Korban Ngaku Punya Istri |
|
|---|
| Profil Paul Biya, Presiden Tertua di Dunia Berusia 92 Tahun, Maju Pilpres Kamerun Untuk ke 8 Kali |
|
|---|
| China Buka Jembatan Tertinggi di Dunia, Dibangun 3,5 Tahun, Kini Perjalanan 2 Jam Jadi 2 Menit |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.