Opini
Asesmen Guru Disdik Aceh, Evaluasi tanpa Arah?
Jika hasil asesmen negatif, maka guru terus menjadi objek yang dipersalahkan, sebaliknya jika hasil asesmen positif, maka Disdik Aceh mengklaim paling
Bahkan kebijakan Mendikbud dengan berbagai kritikan yang menghabiskan anggaran triliunan setiap tahun, akhirnya mulai meninggalkan tes UKG untuk bergeser fokus pada Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) yang mulai dilaksanakan pasca pandemi Covid-19 di tahun 2022, hingga 2024.
ANBK itu mencakup penilaian Literasi, Survey Karakter dan Survey Lingkungan. Harusnya Disdik Aceh bisa fokus membedah hasil temuan ANBK dengan melibatkan pakar pendidikan sebagai bentuk konsistensi untuk bersinergis dengan pemerintah pusat dalam pemecahan masalah pendidikan.
2. Asesmen belum menjamin perbaikan mutu pendidikan
Jika Disdik Aceh serius menganalisis hasil tes UKG sebelumnya, bakal terdapat banyak data faktual yang mengindikasi bahwa asesmen guru tidak serta merta bisa mengukur kompleksitas atas rendahnya kompetensi guru, dan belum tentu-pun menjamin peningkatan mutu pendidikan.
Sebagai contoh, Aceh telah mengikuti asesmen 2015 hingga 2019 melalui program tes UKG, faktanya tahun terakhir (2019) dari pelaksanaan Ujian Nasional (UN) tingkat capaian skor kelulusan siswa SMA/SMK Aceh peringkat terbawah dengan capaian nilai rata-rata 40.0 point. (lihat Source: World Bank, based on Ministry Of Education and Culture data, 2019, https://hasilun,puspendik,kemdikbud.go.ig).
Begitu juga pasca asesmen UKG mulai tahun 2020 hingga 2024 dengan tingkat capaian nilai Uji Tes Berbasis Komputer (UTBK) siswa pada seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) terus anjlok terpuruk peringkat terbawah nasional.
Begitu juga untuk kategori Top 1000 sekolah lulusan terbaik nasional-pun, hanya tinggal SMAN Modal Bangsa dan SMAN 10 Fajar Harapan yang masih bertahan tahun 2024. Sedangkan SMAN Unggul Tapaktuan telah keluar dari predikat Top 1000 sekolah terbaik nasional.
Sedangkan sekolah swasta yang tersisa hanya SMA Fatih Bilingual School yang kembali masuk nominasi tahun 2024. Dan yang paling mengejutkan adalah SMA Labschool Unsyiah malah keluar dari Top 1000 sekolah terbaik nasional tahun 2024.
Artinya itulah potret kualitas pendidikan Aceh pasca mengikuti asesmen UKG, faktanya jika dikaitkan dengan mutu pendidikan, maka konklusinya asesmen kompetensi guru belum tentu menjamin terjadinya perbaikan mutu kelulusan siswa. (Lihat Hasil Uji Tes Berbasis Komputer (UTBK) di Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) tahun 2020 hingga 2024).
3. Tidak solutif karena cenderung mengkambing hitamkan guru
Asesmen terbukti tidak solutif karena hasil akhirnya hanya memetakan kompetensi guru untuk melihat tingkat capaian skor pada uji menjawab soal kompetensi pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian.
Jika hasil asesmen negatif, maka guru terus menjadi objek yang dipersalahkan, sebaliknya jika hasil asesmen positif, maka Disdik Aceh mengklaim paling berjasa telah melakukan perbaikan kualitas kompetensi guru.
Jika menganalisis hasil asesmen selama ini, diakui bahwa kualitas kompetensi guru belum baik-baik saja.
Implikasinya, kualitas guru yang rendah telah menjadi kelaziman menjadikannya sebagai objek yang terus diperbincangkan dengan image negatif sehingga terpolarisasi persepsi public yang ikut “membully” atas lemahnya kompetensi guru sehingga berpengaruh terhadap mutu pendidikan.
Konteks ini jika dibiarkan secara terus menerus malah menjadi tidak sehat, bakal terus menjadikan guru sebagai objek yang selalu dikambing hitamkan, walau itu sesungguhnya hanyalah trik mengelabui atas ketidakmampuan Disdik Aceh dalam melakukan perbaikan.
Saran konstruktif
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.