Sejarah Aceh
Detik-detik Tragedi Arakundo Terjadi, 77 Jam yang Mendebarkan: 7 Mayat Pemuda Aceh Dibuang ke Sungai
Peristiwa berdarah yang berlangsung pada 3 Februari 1999 itu masih meninggalkan luka mendalam bagi keluarga korban dan masyarakat Aceh.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Yeni Hardika
Detik-detik Tragedi Arakundo Terjadi, 77 Jam yang Mendebarkan, 7 Mayat Pemuda Aceh Dibuang ke Sungai
SERAMBINEWS.COM – Hari ini, tepat 25 tahun sejak peristiwa tragis yang dikenal sebagai Tragedi Arakundo terjadi di Idi Cut, Aceh Timur.
Peristiwa berdarah yang berlangsung pada 3 Februari 1999 itu masih meninggalkan luka mendalam bagi keluarga korban dan masyarakat Aceh.
Tragedi ini terjadi di tengah konflik bersenjata antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan pemerintah Indonesia.
Banyak nyawa melayang dalam insiden tersebut, menjadikannya salah satu peristiwa paling kelam dalam sejarah konflik Aceh.
Hingga kini, para saksi dan keluarga korban masih mengenang hari itu dengan kesedihan dan harapan akan keadilan.
Menurut literatur, peristiwa ini menewaskan tujuh orang dan melukai ratusan orang lainnya.

Jembatan Arakundo merupakan tempat tujuh mayat dibuang ke dalam sungai setelah peristiwa pembantaian di Idi Cut, Aceh Timur itu terjadi .
Para pelakunya hingga kini belum ditangkap dan diadili, menjadikan kasus ini dari tragedi mengerikan ke impunitas.
Arsip berita Harian Serambi Indonesia edisi Jumat 6 Februari 1999, bercerita tentang garis waktu kejadian pembantaian sipil di Idi Cut.
Artikel ini kami turunkan kembali untuk memperingati 25 tahun Tragedi Arakundo Idi Cut
77 Jam yang Mendebarkan, "TRAGEDI IDI CUT" Belum Terungkap Sepenuhnya
Sungai Arakundoe pun diduga masih mendekap banyak mayat korban.
Siapa yang bersalah atau tidak salah juga belum jelas.
Tapi, memang ada tujuh jenazah yang sudah dikuburkan.
Ada 56 orang yang sempat masuk sel polisi.
Ada pula warga yang cemas mencari-cari anggota keluarga yang tak pulang seusai berkunjung ke "Dakwah Aceh Merdeka" itu.

Dan, yang lebih penting lagi, ada jutaan orang yang bertanya bagaimana sebetulnya peristiwa mengerikan itu terjadi.
Tak ada yang bisa menjawab secara utuh.
Hampir semua orang hanya mengetahui "drama" itu sepenggal-sepenggal.
Namun, untuk memberi gambaran yang kiranya tak terlalu jauh dari kisah sebenarnya,
Serambi coba merangkai penggalan-penggalan cerita dari para saksi mata menjadi sebuah kronologi yang hanya dibatasi sejak Selasa (2/2/1999) pagi hingga 77 jam sesudahnya (Jumat, 5/2/1999).
Berikut rangkaian kejadian tragedi Arakundo Idi Cut
SELASA 2 Februari 1999: Sejak pagi warga Desa Matang Ulim, Kecamatan Darul Aman, Aceh Timur, bekerja menyiapkan mimbar untuk "Dakwah Aceh Merdeka."
Pukul 17.30 WIB: Mimbar hampir selesai dihias.
Tiba-tiba datang pasukan ABRI memporak-porandakan.
Petugas keamanan juga memukul tiga penduduk, termasuk bocah umur tiga tahun yang ada di lokasi.
Pasukan ABRI kemudian meninggalkan lokasi dan warga tetap melanjutkan penyiapan mimbar untuk perhelatan itu.
Pukul 19.15 WIB: Massa dari berbagai penjuru mulai berdatangan ke lokasi dakwah.
Ada yang berjalan kaki, bersepada, bersepeda motor, mobil pikap, bahkan truk.
Pukul 20.30 WIB: "Dakwah Aceh Merdeka" itu dimulai di hadapan massa yang telah berkumpul sekitar 7.000 orang.
Pukul 24.00 WIB: Dakwah berakhir. Warga pulang serentak.
RABU 3 Februari 1999 sekitar pukul 00.30 WIB: Massa yang pulang dari "Dakwah Aceh Merdeka" itu tiba-tiba bergerombol di Simpang Kuala Idi Cut dekat Markas Koramil.
Sekelompok orang tak dikenal memancing massa dengan melempar batu.
Beberapa pengunjung dakwah yang duduk di belakang pikap sempat terkena lemparan batu yang makin lama makin banyak.
Arus lalu-lintas jalan nasional itu tertutup massa hingga tak bisa dilalui kendaraan.
Sekitar pukul 01.00 WIB: Aparat berupaya membubarkan massa. Suasana semakin panas.
Lalu, beberapa anggota ABRI (TNI AD dan Brimob) mulai membubarkan massa dengan tembakan senjata api berpeluru tajam.
Kegaduhan pun terjadi. Masa kucar kacir. Mereka lari terbirit-birit menyelamatkan diri.
Ada yang langsung jatuh tak berdaya terkena tembakan. Darah muncrat di mana mana.
Tidak ada yang melihat berapa banyak korban yang terjatuh di lokasi setelah massa menghilang.
Sebagian di antara massa itu juga ditangkap aparat.
Pukul 02.30 WIB: Warga sekitar jembatan Arakundo mendengar deru mesin kendaraan masuk ke kawasan jembatan lama Arakundo.
Tidak lama kemudian, truk yang tidak dikenal identitas itu kembali lagi ke arah Idi Cut.
Arakundo terletak sekitar 23 Km sebelah barat Idi Cut.

Pukul 03.00 WIB: Sekelompok warga datang membawa pulang mayat Nurdin (18) ke Desa Simpang Tiga Kecamatan Julok, rumah Ny Rohamah (kakak kandung Nurdin).
Pukul 07.30 WIB: Warga melihat di jembatan lama Arakundo itu ada lumuran darah.
Sejak itu banyak warga yang mengitari sungai mencari mayat korban.
Pukul 21.00 WIB: Warga menemukan mayat Irwansyah bin Usman tak jauh dari jembatan.
Irwansyah (22) adalah penduduk Desa Kapai Baro.
KAMIS 4 Januari 1999 pukul 09.30 WIB: Warga menemukan mayat Hasbi Saleh mengapung di Sungai Arakundo.
Penemuannya berjarak sekitar 10 Km dari jembatan lama Arakundo.
Hasbi Saleh (35) adalah penduduk Desa Leubok Tuha.
Pukul 10.15 WIB: Warga menemukan mayat Irwan Matsyah (24) sekitar lima meter dari jembatan.
Jasad pemuda asal Kecamatan Julok dalam kondisi patah-patah dan berlubang-lubang.
Pada siang hari ditemukan Jailani Muhammad (22), penduduk Desa Jambo Bale Blok M Kecamatan Julok Rayeuk.
Pada tubuhnya terdapat beberapa luka tembak.
JUMAT 5 Februari 1999 pukul 00.30 WIB: Masyarakat menemukan mayat Kamaruddin Ibrahim (20) di Desa Teupin Gajah yang sudah mendekati Kuala Malehan.
Kondisi jenazah warga Desa Matang Neuheun Bagok yang ditemukan terapung itu cukup memprihatinkan.
Di beberapa bagian tubuh terdapat bekas luka tembak.
Pukul 06.30 WIB: Ditemukan lagi mayat Saiful Bahri bin Yusuf (22), warga Desa Botren Kuta Binje Julok.
Pada jenazah korban yang ditemukan di Kuala Malehan juga terdapat beberapa bekas luka tembak.
Pukul 11.00 WIB: Dua unit truk ABRI berseragam dengan senjata lengkap datang ke lokasi pencarian, mereka sempat turun di pangkal jembatan tua Krueng Arakundoe.
Ratusan massa terus mendekat secara spontanitas hingga suasana mendadak "kaku".
Namun, tanpa aksi apa-apa pasukan itu berangkat ke arah barat.
Pukul 12.00 WIB: Pasukan itu datang lagi bersama Komandan Kodim Letkol Inf Ilyas, Kapolres Letkol Pol (sekarang AKBP) R Suminar.
Kemudian, Komandan Sub Denpom Langsa Kapten CPM Warislam, Dan Linud-100 Medan Mayor Edy Rahmadi, dan Bupati Aceh Timur H Alauddin AE.
Rombongan ini sempat memberi pengarahan dan bincang-bincang dengan masyarakat.
Mereka yang menjadi korban dalam peristiwa itu:
1. Irwansyah bin Usman (22) Desa Kapai Baro.
2. Hasbi Saleh (35) penduduk Desa Leubok Tuha.
3. Irwan bin Matsyah (24) Desa Jambo Bale-l Julok Blok-M.
4. Jailani Muhammad (22) Desa Jambo Bale-l Julok Blok M.
5. Nurdin (18) penduduk Desa Simpang Tiga Julok.
6. Kamaruddin Ibrahim (20) Desa Matang Neuheun Bagok.
7. Saiful Bahri (20) Desa Botren Kuta Binje Julok.
(Arsip Serambi Indonesia/Serambinews.com/Agus Ramadhan)
Tragedi Arakundo
Pelanggaran HAM
peristiwa arakundo
pemuda Aceh
Sungai Arakundo
sejarah Aceh
Gerakan Aceh Merdeka
Sejarah Aceh Hari Ini: 26 Tahun Pembantaian Tgk Bantaqiah di Beutong Ateuh: Luka yang Tak Sembuh |
![]() |
---|
Kerajaan Aceh Punya Dua Istana, Begini Kisah Sultan Mengungsi dari Kraton ke Keumala Dalam |
![]() |
---|
Tim Mapesa Temukan Makam Syah Bandar Abad Ke-17 di Aceh Besar, Mizuar Sebut Ini Penemuan Penting |
![]() |
---|
Nisan Tokoh Muslim Era Lamuri di Laweung Digulingkan ke Jurang, Prajurit TNI dan Warga Bereaksi |
![]() |
---|
Hari Ini 15 Tahun Kepergian Hasan Tiro, Deklarator GAM di Gunung Halimon, Ini 10 Fakta dari Sosoknya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.