Mihrab

Kepemimpinan Umar bin Khattab, Pemimpin Adil dan Bijaksana yang Merasakan Penderitaan Rakyat

Salah satu kisah terkenal adalah ketika Umar mendapati seorang ibu yang memasak batu di dalam panci untuk menghibur anak-anaknya yang kelaparan.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Ansari Hasyim
FOR SERAMBINEWS.COM
Ketua Komisi C Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Kota Banda Aceh, Tgk. H. Umar Rafsanjani, Lc., MA 

Kepemimpinan Umar bin Khattab, Pemimpin Adil dan Bijaksana: Beliau Merasakan Penderitaan Rakyat

SERAMBINEWS.COM - Khalifah Umar bin Khattab adalah salah satu pemimpin terbesar dalam sejarah Islam.

Beliau dikenal dengan ketegasannya yang luar biasa, tetapi di balik ketegasan itu tersembunyi kelembutan hati yang penuh kasih sayang terhadap rakyatnya. 

Umar bukan hanya seorang pemimpin yang memerintah dari kejauhan, melainkan seorang khalifah yang turun langsung ke tengah masyarakat, merasakan penderitaan mereka, dan memberikan solusi nyata bagi kesejahteraan umat.

Kepemimpinannya dicirikan oleh keadilan yang mutlak, sikap mendahulukan kepentingan rakyat, serta pengabdiannya yang tulus terhadap Islam dan Rasulullah.

Anggota Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Kota Banda Aceh, Tgk Umar Rafsanjani Lc MA mengatakan, Umar bin Khattab memimpin dengan cara tegas.

Beliau tidak segan-segan menegur para pejabat yang lalai dalam tugasnya dan menghukum mereka yang berbuat zalim, tetapi ia juga penuh kasih sayang terhadap kaum yang lemah dan tertindas.

Salah satu kisah terkenal adalah ketika Umar mendapati seorang ibu yang memasak batu di dalam panci untuk menghibur anak-anaknya yang kelaparan.

Melihat kejadian itu, Umar segera kembali ke gudang perbendaharaan negara, memikul sendiri sekarung gandum, dan membawanya ke rumah ibu tersebut.

Ketika ajudannya menawarkan diri untuk membawakan karung itu, Umar menolak dengan tegas dan berkata, "Apakah kamu mau memikul dosaku di hari kiamat?". 

“Sikap Umar ini menunjukkan bahwa kepemimpinan bukan hanya tentang memerintah, tetapi juga tentang merasakan penderitaan rakyat dan bertindak langsung untuk membantu mereka,” jelas Tgk Umar, Kamis (20/2/2025).

Kepemimpinan Umar tidak hanya duduk di istana atau menunggu laporan dari bawahannya, tetapi ia sendiri turun langsung ke lapangan untuk memastikan keadilan dan kesejahteraan rakyatnya.

Beliau juga menolak segala bentuk kemewahan dan lebih memilih hidup sederhana seperti rakyat biasa.

Umar bahkan melarang keluarganya untuk mendapatkan fasilitas atau keistimewaan karena posisinya sebagai khalifah.

Ketika seorang pejabat bertanya mengapa Umar memakai pakaian yang penuh tambalan, ia menjawab, "Sesungguhnya aku hanyalah seorang lelaki dari kaum Muslimin. Jika aku cukup dengan pakaian ini, maka itu sudah cukup bagiku."

Umar juga terkenal dengan kebiasaannya makan makanan sederhana seperti roti kering dan minyak zaitun, sama seperti rakyatnya yang paling miskin.

“Umar mendapatkan gelar Al-Faruq, yang berarti "pembeda antara yang haq dan yang batil."

Ini karena keberaniannya dalam menegakkan kebenaran dan menolak segala bentuk kebatilan, meskipun harus berhadapan dengan orang-orang terdekatnya,” jelas Pimpinan Dayah Mini Aceh ini.

Dijelaskan Tgk Umar, keadilan hukum pada Khalifah Umar begitu tinggi, yang menerapkan hukum tanpa pandang bulu, bahkan kepada dirinya sendiri dan keluarganya.

“Salah satu kisah yang terkenal adalah ketika anaknya sendiri melanggar hukum dan dijatuhi hukuman cambuk. Umar tidak menggunakan kekuasaannya untuk menyelamatkan anaknya, bahkan ia memastikan bahwa hukuman itu ditegakkan dengan adil,” paparnya.

Baginya, hukum Allah adalah mutlak dan tidak boleh dipermainkan.

Sikap inilah yang membuat rakyat begitu hormat dan takut kepada Umar, bukan karena kekuasaannya, tetapi karena keadilannya yang tidak bisa dibeli dengan apapun.

Kehidupan Umar sepenuhnya didedikasikan untuk Islam dan umatnya.

Seluruh waktunya dihabiskan untuk mengurus kepentingan rakyat dan memperjuangkan Islam di berbagai penjuru dunia.

Namun, Umar tidak pernah sombong atas pencapaiannya.

Meski seorang pemimpin besar, Umar tidak pernah merasa dirinya suci. Ia sering menangis ketika mengingat dosa-dosanya dan takut akan azab Allah.

Namun, ketika mengingat nikmat Islam dan kebaikan Allah, ia juga bisa tersenyum dan tertawa.

“Kepemimpinan Umar bin Khattab adalah contoh terbaik bagi setiap pemimpin Muslim. Ia tegas tetapi lembut, adil tanpa pandang bulu, berkhidmat dengan sepenuh hati, dan selalu mengutamakan rakyat di atas kepentingan pribadinya,"

"Umar adalah teladan bahwa kekuasaan bukanlah alat untuk menikmati kemewahan, tetapi amanah besar yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah,” pungkas Tgk Umar, yang juga Dewan Pembina Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh ini. (ar)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved