Konflik Rusia vs Ukraina

Mengaku Tertipu Rezim Kim Jong-un, Tentara Korut yang Ditawan Ukraina Ingin Membelot ke Korsel

Tentara yang diidentifikasi dengan nama belakang Ri tersebut mengaku merasa tertipu rezim Kim Jong-un usai dikirim ke Rusia.

Editor: Faisal Zamzami
X/Presiden Ukraina @ZelenskyyUa
TENTARA KORUT DITAWAN - Foto 2 pria Korea Utara yang diunggah oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Minggu (12/1/2025). Keduanya adalah tentara Korea Utara yang ditugaskan di Kursk, Rusia, menurut cuplikan video interogasi yang dirilis oleh Zelensky. 

SERAMBINEWS.COM, KIEV - Salah satu tentara Korea Utara yang ditawan Ukraina mengaku ingin membelot ke Korea Selatan.

Tentara yang diidentifikasi dengan nama belakang Ri tersebut mengaku merasa tertipu rezim Kim Jong-un usai dikirim ke Rusia.

Dalam wawancara bersama media Korea Selatan, Chosun Ilbo, Rabu (19/2/2025), Ri menyebut pemerintah Korea Utara mengirim unitnya ke Rusia dengan alasan latihan.

 
"Saya sudah mengambil keputusan 80 persen. Yang terpenting, saya ingin mencari suaka dan berpikir untuk pergi ke Republik Korea (Korea Selatan). Jika saya mendaftar suaka, apakah mereka mengizinkan?" kata Ri dikutip Chosun Ilbo.


Tentara kelahiran 1999 tersebut mengaku bertugas di badan intelijen Korea Utara, Biro Pengintaian Umum (RGB).

Ri ditangkap di daerah Kursk, Rusia dalam pertempuran lawan pasukan Ukraina.

Kata Ri, tentara Korea Utara yang dikirim ke Rusia diberi tahu bahwa mereka sedang menghadapi pasukan Korea Selatan

"(Pejabat Korea Utara) berkata pilot-pilot drone militer Ukraina adalah tentara ROK (Korea Selatan)," katanya.

Ri menyebut seluruh pasukan di unitnya tewas karena serangan artileri dan drone Ukraina.

Ia mengaku berniat meledakkan diri jika mempunyai granat saat ditangkap.

Pasalnya, Ri mengklaim ditawan musuh dianggap sebagai pengkhianatan di Korea Utara.

Belum diketahui apakah Ri akan diserahkan ke Korea Selatan sebagai pembelot.

Menurut Konvensi Jenewa, tawanan perang wajib direpatriasi ke negara asalnya setelah konflik berakhir.

Tetapi, sejumlah pakar menilai Korea Utara bisa dikecualikan. Pasalnya, tentara seperti Ri menghadapi ancaman pelanggaran hak asasi manusia yang serius jika dikembalikan ke Pyongyang.

Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Korea Selatan menyebut, pihaknya akan berunding dengan Ukraina mengenai kemungkinan pembelotan tentara Korea Utara.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved