Berita Luar Negeri
Suriah Berlakukan Jam Malam, Kekerasan Terhadap Sipil Meningkat, Dewan Militer Pembebasan Diumumkan
Akibatnya, Pasukan keamanan Suriah disergap oleh kelompok bersenjata loyalis Bashar Al-Assad di Latakia. Setidaknya 15 pasukan keamanan Suriah tewas.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Nur Nihayati
Bentrokan hebat telah dilaporkan di Suriah barat antara sisa-sisa Tentara Arab Suriah dan kelompok ekstremis yang didukung oleh Barat yang telah terintegrasi ke dalam pemerintahan baru.
Dewan Militer untuk Pembebasan Suriah diumumkan
Sebuah pernyataan yang dikaitkan dengan mantan perwira rezim Suriah Brigadir Jenderal Ghiath Suleiman Dalla telah beredar di media sosial.
Pernyataan tersebut mengumumkan pembentukan dan peluncuran “Dewan Militer untuk Pembebasan Suriah.”
Hal ini menyusul serangan terkoordinasi terhadap pasukan rezim di provinsi Latakia, yang mengakibatkan tewasnya lebih dari 15 personel keamanan.
Menurut pernyataan tersebut, tujuan dewan tersebut adalah untuk “membebaskan seluruh wilayah Suriah dari semua pasukan teroris pendudukan,” dan “menggulingkan rezim saat ini dan membongkar aparat keamanan sektarian yang menindas.”
Pernyataan tersebut menyerukan kepada warga Suriah dari berbagai sekte, wilayah, dan etnis untuk “bergabung dengan kami dan berdiri bersama kami di momen bersejarah ini.”
Ia mendesak masyarakat internasional untuk “mendukung keinginan rakyat Suriah untuk membebaskan diri dari penindasan dan tirani yang disamarkan dalam terminologi yang tidak jelas.”
Tak lama setelah serangan militan yang didukung asing, yang dipimpin oleh Hay'at Tahrir al-Sham (HTS), menggulingkan pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad pada bulan Desember 2024, pasukan Israel memasuki zona penyangga PBB antara wilayah pendudukan dan Suriah.
Pasukan Israel tetap berada di sana sejak saat itu, meskipun adanya protes dari pemerintahan HTS yang berkuasa di Suriah dan PBB.
Pesawat tempur Israel juga telah melakukan ratusan serangan udara terhadap Suriah pada minggu-minggu setelah jatuhnya pemerintahan Assad.
Akan tetapi, Damaskus menahan diri untuk tidak mengerahkan sisa angkatan bersenjata negaranya untuk melawan pendudukan ekspansionis Israel di wilayah Suriah.
Komandan kelompok militan HTS, yang menyerbu Suriah di tengah serangan gencar Israel terhadap negara Arab tersebut Desember lalu dan telah ditunjuk sebagai “presiden” baru negara tersebut, menyatakan pemerintahannya tidak menimbulkan ancaman militer terhadap Israel.
(Serambinews.com/Agus Ramadhan)
Donald Trump Gagal Raih Nobel Perdamaian, Presiden AS Minta Maria Corina Machado Berikan Padanya |
![]() |
---|
Federasi Sepak Bola Malaysia Akui Salah Upload Dokumen 7 Pemain Naturalisasi |
![]() |
---|
FIFA Kantongi Dokumen Khusus Kecurangan FAM, 'Kiamat' Sudah Sepak Bola Malaysia |
![]() |
---|
Drama Pemilu Jepang: PM Perempuan Pertama atau PM Termuda, Siapa yang Akan Menang? |
![]() |
---|
Pemerintah Amerika Serikat Shutdown, Apa Artinya? Ini Penjelasan dan Penyebabnya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.