Ramadhan 2025

Tidur Saat Berpuasa Bukan Ibadah, Tgk Alwy Akbar Minta Umat Tidak Bermalas-malasan

" yang dimaksud tidur bernilai ibadah adalah tidur untuk istirahat dari ibadah dan untuk melanjutkan ibadah,”

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Muhammad Hadi
Tangkap Layar Youtube Serambinews.
SERAMBI RAMADHAN - Pengurus ISAD Aceh, Tgk Alwy Akbar Al Khalidi SH MH menjadi narasumber dalam program ‘Serambi Ramadhan’ yang ditayangkan di Youtube Serambinews, Jumat (14/3/2025). Program yang mengangkat tema "Meluruskan Makna Hadis Tidur Orang Puasa Bernilai Ibadah”, dipandu oleh host Agus Ramadhan. 

Tidur Saat Berpuasa Bukan Ibadah, Tgk Alwy Akbar Minta Umat Tidak Bermalas-malasan

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Hadis yang menyebutkan bahwa tidur saat berpuasa adalah ibadah sering kali dijadikan alasan bagi sebagian orang untuk bermalas-malasan selama bulan Ramadhan

Hadis ini diriwayatkan oleh Baihaqi, “Tidurnya orang puasa adalah ibadah”.

Namun selama ini, hadis tersebut banyak diamalkan oleh sejumlah orang karena dinilai sebagai ibadah.

Padahal salah satu adab dalam menjalankan puasa adalah tidak memperbanyak tidur alias bermalas-malasan.

Hal itu disampaikan oleh Pengurus Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh, Tgk Alwy Akbar Al Khalidi SH MH dalam program ‘Serambi Ramadhan’ edisi Jumat (14/3/2025), bertepatan 14 Ramadhan 1446 H.

“Ada salah satu perawi yang bernama Ma’ruf bin Hasan yang menanggap hadis ‘tidurnya orang puasa adalah ibadah’ adalah dhaif atau lemah,”

“Meskipun dhaif, kita dapat mengambil motivasi bahwa yang dimaksud tidur bernilai ibadah adalah tidur untuk istirahat dari ibadah dan untuk melanjutkan ibadah,” jelasnya.

Program yang mengangkat tema "Meluruskan Makna Hadis Tidur Orang Puasa Bernilai Ibadah", dipandu oleh host Agus Ramadhan.

Program kerja sama Serambi Indonesia dengan ISAD Aceh, yang didukung Bank Aceh Syariah dan Kyriad Muraya Hotel Aceh, tayang setiap hari pukul 15.00 WIB selama bulan Ramadhan.

Tgk Alwy menjelaskan, sebagian masyarakat mengamalkan hadis ini sebagai pembenaran, dengan maksud untuk bersikap malas-malasan dan banyak tidur saat menjalankan puasa di bulan Ramadhan.

Padahal, hadis ini tidak dipahami secara harfiah begitu saja.

Baca juga: Keutamaan Shalat Tarawih Malam ke-15 Ramadhan: Didoakan Secara Khusus Oleh Malaikat Arsy dan Kursi

“Ayo kita berfikir bahwa ini bukan hadis shahih melainkan hadis dhaif atau lemah. Sehingga kita tidak bisa menjadikan hadis ini sebagai patokan dalam melaksanakan ibadah,”

“Maka jangan jadikan puasa ini untuk bermalas-malasan,” terang Almuni Dayah Mini Aceh ini.

Ia menjelaskan, puasa berbeda dengan ibadah lain seperti shalat, zakat, atau haji. Orang yang melaksanakan ibadah puasa tidak dituntut untuk melakukan sesuatu sebagaimana ibadah lain. 

Lain dari ibadah shalat, zakat, atau haji yang mengandung gerakan aktif, ibadah puasa tidak menuntut gerakan aktif, tetapi justru gerakan pengendalian.

Dikatakannya, orang yang shalat, zakat, dan haji tidak dapat melakukannya sekaligus beraktivitas lain, termasuk sambil tidur. 

Adapun orang yang melaksanakan ibadah puasa dapat melaksanakannya sekaligus dengan aktivitas lain karena memang tidak ada tuntutan untuk gerakan aktif ibadah pada puasa.

Karena itu, aktivitas apapun termasuk tidur pada siang hari Ramadhan dilakukan dalam kondisi ibadah karena memang tidak ada larangan aktivitas dalam ibadah puasa termasuk tidur. 

Dari sini dapat ditemukan perbedaan cukup mencolok antara ibadah puasa dan ibadah lain.

Tgk Alwy menjelaskan, ibadah puasa memiliki karakter yang berbeda dari jenis ibadah lainnya.

Keistimewaan ibadah puasa ini memungkinkan kita untuk tetap beraktivitas seperti pada bulan lainnya. Puasa tidak menyarankan kita untuk mengurangi aktivitas dan produktivitas kita. 

Selagi kita berpuasa, aktivitas dan produktivitas apapun yang kita lakukan bernilai ibadah.

“Jadikanlah puasa ini menjadi waktu-waktu produktif, sehinga kita benar-benar melaksanakan ibadah puasa sesuai dengan perintah Rasulullah SAW agar kita tidak terjebak dalam hal yang sia-sia,” paparnya.

Adapun mereka yang memiliki tanggung jawab dalam bekerja, seperti tukang sapu jalan, pelayanan, dan profesi lainnya yang menjalankan aktivitas pekerjaannya itu di siang hari Ramadhan, maka itu akan bernilai ibadah.

“Maka gunakanlah waktu puasa kita pada tahun ini dengan waktu yang bermanfaat. Sebagai seorang pekerja tetaplah bekerja, karena kerja mencari nafkah untuk keluarga itu merupakan suatu ibadah,”

“Sebaliknya, jika kita bermalas-malasan atau tidur-tiduran, maka kita telah melakukan perbuatan sia-sia,” pungkasnya. (ar) 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved