Musim Kemarau

BMKG Prediksi Musim Kemarau 2025: Puncak di Juni-Agustus, Wilayah Rawan Kekeringan, Siapkan Diri!

“Puncak musim kemarau 2025 di sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi terjadi pada Juni, pada Juli dan pada Agustus 2025,” terangnya.

Penulis: Sri Anggun Oktaviana | Editor: Muhammad Hadi
KOMPAS.com/Ardito Ramadhan D
Kepala Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati. 

Namun, hal ini tidak berarti bahwa Indonesia akan terbebas dari hujan. Beberapa wilayah yang diprediksi mengalami musim kemarau di atas normal berpotensi menerima akumulasi curah hujan yang lebih tinggi dari biasanya.

“Jadi utamanya adalah karena tidak adanya dominasi iklim global seperti El Nino, La Nina, dan IOD sehingga prediksi kami iklim tahun ini normal dan tidak sekering tahun 2023 yang berdampak pada banyak kebakaran hutan dan musim kemarau tahun 2025 cenderung mirip dengan kondisi musim kemarau tahun 2024,” kata Ardhasena.

Seiring dengan prediksi ini, Dwikorita Karnawati mengimbau sektor pertanian untuk menyesuaikan jadwal tanam di wilayah yang diperkirakan mengalami musim kemarau lebih awal atau lebih lambat. Selain itu, petani disarankan memilih varietas yang tahan terhadap kekeringan dan mengoptimalkan pengelolaan air, terutama di daerah yang diperkirakan mengalami musim kemarau yang lebih kering dari normal.

Di sisi lain, wilayah yang diperkirakan mengalami musim kemarau lebih basah disarankan untuk memanfaatkannya dengan memperluas lahan sawah guna meningkatkan produksi pertanian.

Untuk sektor kebencanaan, pemerintah diimbau untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap kebakaran hutan dan lahan (karhutla), terutama di wilayah yang diperkirakan mengalami musim kemarau dengan curah hujan normal atau lebih rendah dari normal.

Sektor lingkungan juga perlu mewaspadai potensi penurunan kualitas udara di kota-kota besar dan wilayah rawan karhutla, serta gangguan kenyamanan akibat suhu udara yang panas dan lembap selama musim kemarau.

Di sektor energi, disarankan untuk menghemat dan mengelola pasokan air secara efisien untuk menjaga kelangsungan operasi pembangkit listrik tenaga air (PLTA), irigasi, serta pemenuhan kebutuhan air baku, terutama di wilayah dengan musim kemarau lebih panjang atau lebih kering dari normal.

Terakhir, di sektor Sumber Daya Air, penting untuk mengoptimalkan penggunaan sumber air alternatif dan memastikan distribusi air yang efisien agar ketersediaan air tetap terjaga bagi masyarakat selama musim kemarau.

“BMKG menghimbau agar informasi dalam Prediksi Musim Kemarau 2025 ini dapat dijadikan dasar dalam mendukung program asta cita melalui optimalisasi kondisi iklim sesuai dengan sumber daya di wilayah masing-masing,” pungkasnya.

Baca juga: Harga Emas Antam Turun pada Sabtu, 15 Maret 2025, Berikut Rinciannya!

(Serambinews.com/ Sri Anggun Oktaviana)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved