Konflik Palestina dan Israel
Netanyahu Tegaskan Serangan di Gaza Baru 'Permulaan', Ratusan Tewas Dalam Serangan Mematikan!
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengonfirmasi pada Selasa malam, (18/3/2025), bahwa negara tersebut melanjutkan pertempuran "dengan kekuatan penuh"
Penulis: Sri Anggun Oktaviana | Editor: Muhammad Hadi
Netanyahu Tegaskan Serangan di Gaza Baru 'Permulaan', Ratusan Tewas Dalam Serangan Mematikan!
SERAMBINEWS.COM – Israel kembali melanjutkan serangan udara besar-besaran ke Jalur Gaza.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengonfirmasi pada Selasa malam, (18/3/2025), bahwa negara tersebut melanjutkan pertempuran "dengan kekuatan penuh" terhadap Hamas.
Dilansir dari BBC News (19/3/2025), dalam sebuah pernyataan video, Netanyahu menegaskan, “Negosiasi hanya akan terus berlanjut jika ada tembakan, dan ini baru permulaan.”
Komentar Netanyahu muncul setelah pesawat tempur Israel melancarkan serangan udara yang menghantam beberapa wilayah di Gaza, termasuk Beit Lahia, Rafah, Nuseirat, dan Al-Mawasi.
Serangan ini menewaskan lebih dari 400 orang dan melukai ratusan lainnya.
Menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas.
Gelombang serangan ini adalah yang terberat sejak dimulainya gencatan senjata pada (19/3/2025).
Meskipun gencatan senjata yang rapuh bertahan hingga sekarang, serangan baru ini menunjukkan bahwa rencana untuk mengakhiri perang secara permanen semakin jauh dari kenyataan.
Baca juga: Houthi Lanjut Gempur Kapal Perang AS yang Melintas di Laut Merah, Abaikan Ancaman Trump
Serangan Udara Menghancurkan Kedamaian yang Relatif Stabil
Serangan udara ini telah menghancurkan kedamaian relatif yang dinikmati warga Gaza sejak Januari, dengan rumah sakit kembali dipenuhi korban jiwa.
Serangan ini juga menargetkan sejumlah tokoh penting dalam Hamas, termasuk Mayor Jenderal Mahmoud Abu Watfa, wakil menteri dalam negeri di Gaza, yang tewas dalam serangan tersebut.
Pemerintah Israel menegaskan bahwa serangan udara ini merupakan bagian dari upaya untuk menghapuskan Hamas dan memulangkan sandera yang masih ditahan di Gaza.
Hamas sendiri menanggapi dengan keras, dengan menyatakan bahwa serangan udara tersebut adalah “pelanggaran terang-terangan” terhadap perjanjian gencatan senjata dan “eskalasi yang berbahaya.”
Negara-negara di kawasan, termasuk Mesir yang menjadi mediator dalam perundingan, juga mengutuk serangan ini.
Kegelisahan Warga Gaza dan Reaksi Internasional
Salah satu warga Gaza, Hael, yang tinggal di Jabalia al-Balad, mengungkapkan rasa lelahnya terhadap perang yang sudah berlangsung selama satu setengah tahun ini.
"Kita sudah muak satu setengah tahun ini! Sudah cukup," kata Hael, mengekspresikan keputusasaannya atas perpanjangan konflik yang tiada henti.
Dr. Sabrina Das, seorang dokter kandungan yang melatih tenaga medis Palestina di Gaza selatan, juga menggambarkan ketegangan yang meningkat.
“Semua terjadi begitu tiba-tiba. Suasana hati semua orang hancur, karena kami tahu perang akan segera dimulai lagi,” katanya.
Dr. Das menyebutkan bahwa rumah sakit tempat ia bekerja kembali menerima korban massal setelah serangan-serangan udara Israel yang mematikan.
Baca juga: Harga Emas di Banda Aceh Semakin Meroket per Tanggal 19 Maret 2025, Berikut Harga Emas per Mayam!
Ketegangan di Pihak Israel dan Internasional
Pemerintah Israel mengklaim bahwa serangan udara ini adalah bagian dari upaya untuk mencapai tujuan perangnya, yaitu memulangkan sandera dan menyingkirkan Hamas sebagai ancaman bagi Israel.
Netanyahu juga menyebutkan bahwa Israel akan terus berjuang untuk memenuhi tujuannya, meskipun gencatan senjata telah gagal dilanjutkan.
Pada saat yang sama, pejabat Dewan Keamanan Nasional AS mengungkapkan bahwa Israel berkonsultasi dengan Amerika Serikat sebelum melancarkan serangan ini.
Namun, gelombang serangan ini memicu reaksi keras dari keluarga-keluarga sandera yang masih ditahan Hamas.
Liran Berman, yang saudara kembarnya masih ditahan di Gaza, menyatakan bahwa meskipun pemerintah Israel telah melakukan banyak usaha, ia merasa “Israel tidak cukup berbuat banyak untuk membebaskan mereka.”
Ia menambahkan, “Jika Hamas mau, para sandera akan kembali. Mereka ada di tangan mereka.”
Perkembangan dan Dampak Jangka Panjang
Israel mengklaim bahwa Hamas masih menyandera 59 orang, dengan 24 di antaranya diyakini masih hidup.
Serangan ini terjadi setelah perang dimulai pada 7 Oktober 2023, ketika Hamas menyerang Israel dan menewaskan lebih dari 1.200 orang.
Sejak itu, Israel telah melakukan serangan militer besar-besaran, yang menyebabkan lebih dari 48.500 warga Palestina tewas, menurut kementerian kesehatan Gaza yang dikelola Hamas.
Sementara itu, situasi di Gaza semakin memburuk dengan adanya kekurangan pasokan medis dan infrastruktur yang hancur akibat serangan udara yang terus berlanjut.
Mohammed Zaquot, direktur rumah sakit di Gaza, mengungkapkan bahwa staf medis yang ada tidak cukup untuk menangani jumlah korban yang terus meningkat.
Ia mengatakan, “Serangan itu begitu tiba-tiba sehingga jumlah staf medis yang tersedia tidak memadai untuk skala serangan besar ini, dan tim tambahan segera dipanggil untuk membantu.”
Dengan serangan yang terus berlanjut, tampaknya situasi ini tidak akan berakhir dalam waktu dekat, dan upaya untuk mencapai perdamaian yang stabil dan abadi di kawasan ini semakin terhambat oleh perbedaan besar antara Israel dan Hamas dalam hal negosiasi dan kesepakatan gencatan senjata.\
Baca juga: Sosok Abu Razak, Tokoh Penting Dalam Sejarah GAM hingga Bawa Aceh Masuk 6 Besar Klasemen PON 2024
(Serambinews.com/ Sri Anggun Oktaviana)
| Hamas Ingin Tetap Kuasai Keamanan Gaza, Tak Bisa Janjikan Pelucutan Senjata |
|
|---|
| Pengakuan Jurnalis Palestina, Saleh Aljafarawi Sebelum Gugur di Gaza: Saya Hidup dalam Ketakutan |
|
|---|
| Pengakuan Aktivis GSF Gaza: Disiksa di Sel Israel sebelum Akhirnya Dideportasi |
|
|---|
| Armada Bantuan Gaza yang Bawa Greta Thunberg Dicegat Israel, Picu Gelombang Kecaman Internasional |
|
|---|
| Tank Israel Makin Dekat ke Pusat Kota Gaza, Trump dan Netanyahu Bahas Rencana Damai di Gedung Putih |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/aceh/foto/bank/originals/Perdana-Menteri-Israel-Netanyahu-berpidato-terkait-perpanjangan-gencatan-senjata.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.